PERCAKAPAN WAKTU PERJAMUAN MALAM
Bacaan : Lukas 22:24-38
Tema : "Ciri-ciri Menjadi Murid Tuhan" (Bagian II)
 |
(Dokumentasi Ibadah Kontekstual - Jemaat GKI Judea Wagete)
|
Bapak, ibu saudara-saudari Jemaat Tuhan…
Melanjutkan dari perikop sebelumnya mengenai Penetapan Perjamuan Malam.
(Ay. 24 – 30) Bukan saja pada momen dalam misalnya Lukas pasal 9, ketika murid-murid mempersoalkan siapa yang terbesar. Tapi sampai pada perjamuan bersama Yesus mereka masih memperdebatkan tentang siapa yang terbesar. Masih menjadi perbincangan hangat dan perdebatan sampai pada pertengkaran yang terus terbawa dalam setiap percakapan para murid. Dan keadaan-keadaan seperti ini, bisa memicul timbulnya keterpecahan antara mereka satu dengan yang lain. Sebab itu dalam kesempatan ini juga, sebelum saat dimana Yesus akan ditangkap dan menjalani semua penderitaan sampai kepada kematianNya dimana Ia tidak akan ada lagi bersama-sama mereka. Ia kembali mengingakan murid-muridNya, meluruskan jalan pikiran mereka tentang konsep “Yang Terbesar” ini.
Berbeda sekali dengan konsep dunia tentang “Yang Terbesar” Sebaliknya ! Siapa yang dipandang sebagai “yang pertama” atau “yang terbesar”di antara kamu, haruslah bertingkah laku seakan-akan dialah yang paling muda; siapa yang dipandang sebagai “pemimpin”, haruslah menyadari bahwa ia seorang pelayan. Luk 9:45, di mana maksudnya ialah : siapa yang rendah hati dan bersedia untuk menjadi yang paling kecil, ia benar-benar “besar” menurut ukuran yang berlaku dalam kerajaan Allah. Dalam ayat 26 ini terdapat jalan pikiran yang sebaliknya: hendaknya seorang “pemuka” di antara kamu (menurut usianya atau pembawaannya atau jabatannya) menjadi seolah-olah yang paling muda (sehingga misalnya, bersedia juga untuk melakukan pekerjaan yang biasa/rendah Kis.Pr 5:6,10) atau dengan kata lain hendaknya seorang “pemimpin” menjadi seorang yang sungguh-sungguh melayani. Bahkan Yesus memberikan gambaran, dengan bertanya “Sebab siapakah yang lebih besar yang duduk makan atau yang melayani meja ? bukankah dia yang duduk makan ? Tetapi Aku datang sebagai pelayan". Ini mengingatkan kita kepada perkataan Yesus dalam Injil Matius 20:28 “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”. Bahkan di dalam bagian tersebut Yesus sudah menekankan ayat 26 & 27 bahwa yang ingin menjadi besar hendaklah menjadi pelayan,dan ingin menjadi terkemuka hendaklah menjadi hamba. Yesus menegaskan pentingnya pelayanan sejati yang ditandai oleh pelayanan dan pengorbanan, bukan oleh kekuasaan dan penghargaan dunia. Pesan ini menyoroti pentingnya sikap rendah hati dan pelayanan bagi para pengikut Kristu. Itulah yang terpenting, karena dengan demikian pengikut-pengikut Yesus sekali kelak akan mendapat bagian dalam kemuliaan-Nya, sukacita dalam kerajaan Allah dan kehormatan, yakni mereka yang tetap setia kepada Yesus ditengah-tengah segala pencobaan. Ini menjadi penghiburan bagi mereka, apabila bagi mereka juga datang penderitaan,
(Ayat 31-34) Dalam bagian berikutnya di jelaskan juga, Yesus menegaskan kepada petrus bahwa, Yasus mendoakan dia supaya imannya jangan gugur atau hilang. Pengakuan Petrus adalah bentuk percaya dirinya. Mungkin kita akan menilai dari perkataan Petrus bahwa Ia hanya omong kosong, seorang yang hanya besar mulut tetapi penakut. Namun pada bagian berikutnya akan diceritakan bahwa hanya Petrus saja yang berani mengikut Yesus kendati pun dari jauh; ia dipenjarakan sebagai pengikut Yesus; Dan menurut tradisi, pada akhirnya ia disalibkan di Roma sekitar tahun 67 diwaktu pemerintahan Nero (dengan disalibkan terbalik). Namun yang hendak ditekankan dari pernyataan Petrus adalah, bahwa ia mengandalakan dirinya sepenuhnya dan juga sesudah peringatan Yesus, Petrus pastilah masih menganggap mustahil bahwa ia akan menyangkal Yesus. Petrus merasa dirinya sudah siap menjadi korban, karena itu dia merasa dirinya paling layak untuk menjadi yang paling penting.
Ini hal yang kita pahami, mengikut Kristus berarti menyadari kekosongan diri, menyadari ketiaadaan makna dari diri selain di dalam salib Kristus. Petrus merasa dirinya rela berkorban, tanpa tahu bahwa keyakinan kerelaan untuk berkorban itu akan membuat dia jatuh. Yesus menginginkan kita menjadi pemimpin, menjadi yang rela berkorban. Tapi Tuhan mengingatkan hal yang demikin yang harus kita waspadai, Yesus mau tekankan, jadi pemimpin berarti menyadari diri bukan siapa-siapa, jadi pemimpin menyadari bahwa diri itu tidak berarti kecuali di dalam Tuhan. Dan keyakinan Petrus itu runtuh seketika saat dia mengatakan “aku rela mati bagiMu’, setelahnya dia menyangkal Tuhan 3 kali. Tetapi setelah itu, dalam perjumpaan bersama Yesus, ia mengalami pemulihan dan justru dengan giat dan lebih sungguh Ia melayani Tuhan, makanya Yesus bilang “Jikalau engkau sudah insyaf,kuatkanlah saudara-saudaraMu.
(Ayat 35 – 38) Pada bagian terakhir, sebagaimana Yesus diperlakukan, demikian juga para pengikutnya diperlakukan. Tapi Yesus mengatakan demikian karena selama ini murid-murid pergi berjuang, mereka tidak perlu takut kekurangan apa pun karena selalu ada Yesus. Yesus selalu ada dekat mereka, sehingga mereka tidak kekurangan apa pun. Tapi Yesus mengatakan “kamu akan dipanggil untuk melayani Kristus dengan keadaan seolah-olah Kristus tidak ada”, ini poin penting yang saya ingin Saudara ketahui. Kita adalah orang-orang yang mengalami keadaan seperti tidak ada Kristus waktu kita berjuang untuk Dia. Maka penyertaan Yesus itu tidak pernah berubah, tidak pernah beda, tidak pernah berubah, tapi pengalaman yang dialami para murid dan kita itu beda. PenyertaanNya tidak beda, tapi pengalaman disertaiNya beda. Karena murid-murid melayani, Yesus ada di tengah-tengah mereka waktu mereka melayani. Tapi sebentar lagi Yesus akan mati di kayu salib. Dan sejak Yesus mati sampai nanti Dia datang kembali, Dia tidak pernah menyatakan kehadiranNya secara fisik di tengah-tengah murid. Murid-murid akan berjuang seperti tidak ada Yesus.
Kalimat ini sangat mengharukan bagi saya, karena Yesus akan mengatakan kepada para murid “kamu tahu dulu kita tidak pernah kekurangan apa pun”, “betul Guru, karena Engkau ada bersama dengan kami”, “sebentar lagi Aku akan diambil dari kamu”, lalu bagaimana, haruskah murid-murid tetap bersikap sama? Tidak bisa, sekarang mereka harus bersiap untuk masuk ke dalam konflik yang besar. Apa yang harus mereka lakukan? “siapkan pundi-pundi, bawa bekal. Yang tidak punya bekal siap dengan cara menjual jubah dan membeli pedang”. Apa maksud menjual jubah dan membeli pedang? Artinya seorang yang punya kedudukan baik, dengan jubah, sekarang harus lepas jubahnya dan pegang pedang. Orang yang keadaannya tidak perlu berperang, sekarang harus perang. Seorang raja akan berperang kalau tentaranya sudah berhasil menaklukan, raja zaman itu seperti itu. Yesus mengatakan “kamu yang seharusnya tidak perang, sekarang harus perang. Jual jubahmu dan bawa pedang”. Berarti akan membawa pedang untuk menghantam orang? Ini salah tafsir. Yesus tidak mengatakan “jual jubah supaya kamu bisa bunuh orang dengan pedang”, tapi menjual jubah dan membeli pedang artinya bersiap dalam keadaan konflik.
Maka pada bagian ini Yesus mengatakan “kamu akan Aku sertai, tapi bukan dengan cara yang kamu pikir. Aku tidak berada di tengah-tengah kamu untuk mengambil kamu dari keadaan sulit. Kamu harus siap sulit, siap konflik, siap mendapatkan keadaan yang sangat susah, dan kamu harus tahu bahwa Tuhan menyertai meskipun tidak kelihatan”. Para murid akan masuk di dalam cara melayani yang baru, sekarang tidak ada lagi Tuhan Yesus. Kalau tidak ada Tuhan Yesus, maka hantaman yang mau diberikan kepada Yesus, sekarang kena kepada murid-muridNya. Kalau dulu yang kena adalah Yesus, yang ditangkap adalah Yesus, maka Yesus mengatakan “kalau Aku yang kamu cari, biarkan mereka ini pergi”. Tapi setelah Yesus tidak ada, target dari musuh Kerajaan Allah adalah murid-muridNya. Sekarang yang menjadi target dari musuh-musuh Tuhan adalah orang-orang Kristen. Tuhan dimusuhi oleh musuh-musuhNya, dan musuh-musuhNya akan serang orang Kristen. Mereka tidak akan serang Yesus, sekarang Dia sudah ada di sorga, dulu Dia sudah diserang. Dia diserang danmati, tapi Dia bangkit. Maka Yesus mengatakan kepada murid-murid, “sekarang kamu adalah target serangan. Kamu akan dibuat kacau, menderita, kamu akan dibuat imannya menjadi goyah”
Maka biarlah kita mempersiapkan diri untuk mengingat hal-hal seperti ini, bahwa meskipun keadaan kita damai dan tenang, tidak tentu keadaan akan terus begini. Akan ada saat di mana kita mempunyai keadaan sangat sulit dan kita mengerti satu hal bahwa Tuhan menginginkan kita untuk percaya kepada Dia karena kita diutus oleh Tuhan. Tuhan mengutus kita dan dalam keadaan paling sulit pun, Tuhan adalah Tuhan yang akan menyatakan penyertaanNya. Kalau kita ada dalam keadaan sulit, penuh konflik karena kita orang Kristen, kita harus tahu bahwa kita mengalami keadaan ini karena kita diutus oleh Tuhan. Tetapi kita percaya bahwa penyertaanNya itu selalu ada bagi kita.
Penerapan :
Bagaimana kita menunjukan ciri-ciri dalam karakter kita sebagai murid-murid Tuhan dalam bacaan ini ?
- Ketika kita selalu memperingati akan setiap pengorbanan Kristus dalam penebusanNya bagi keselamatan kita manusia. Kita dipanggil untuk merayakan Perjamuan Kudus atau Perjamuan Tuhan sebagai tanda persatuan dengan Kristus dan komunitas orang percaya. Ini adalah panggilan untuk menghargai pengorbanan Kristus dan hidup dalam persekutuan denganNya. Mengingatkan kita Kasih Allah dengan menghadirkan bagi kita Yesus Kristus, memberi tubuhNya terpecah dan darahNya ditumpahkan untuk menebus dosa kita manusia tetapi juga mengingatkan kita untuk tetap setia menjadi anak-anak Tuhan.
- Kita menyadari panggilan kita adalah untuk melayaniNya, bukan mencari keutamaan diri kita, dengan segala kemuliaan diri, tetapi belajar dari Yesus bahwa pelayanan sejati adalah pelayanan kepada orang lain. Melayani dengan rendah hari, kesetiaan tanpa mencari pujian atau kedudukan yang tinggi.
- Kita mengakui dan menyadari kekosongan diri, menyadari ketiaadaan makna dari diri selain di dalam salib Kristus. Amin
Semoga menjadi berkat bagi kita semua :)
(Sumber : Tafsiran Alkitab Injil Lukas-Dr. B.J. Boland; Pedoman Penafsiran Alkitan Injil Lukas- ‘adaptasi’ M.K. Sembiring)