Blog ini berisi Khotbah dan Renungan Kristen yang dapat menolong saudara-saudara dalam mempersiapkan diri saat memimpin ibadah persekutuan. Baik ibadah jemaat maupun unsur-unsur PKB, PW, PAM dan PAR. Bahan ini semoga dapat menolong dan menjadi referensi bagi saudara-saudara. Tuhan Yesus memberkati kita semua....

Renungan Dan Khotbah

  • Kumpulan Khotbah Dan Renungan

    Blog ini menolong kalian sobat Inspirasi Kristen Dalam Mempersiapkan Bahan Khotbah dan juga Renungan serta berbagai Kreatifitas dan Games menarik yang dapat dipakai dalam setiap pelayanan

Tampilkan postingan dengan label Edisi Lengkap Khotbah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Edisi Lengkap Khotbah. Tampilkan semua postingan

Roma 12 : 1 - 8 "Persembahan Yang Benar"

 "Kesehatian Dalam Persembahan Tubuh & Karunia Pelayanan"

Bacaan : Roma 12 : 1 - 8

                                         (Dokumentasi Setelah Ibadah Tahun Baru - GKI Pengharapan Sibena Permai)

Pengantar

Jemaat yang di kasihi Tuhan Yesus Kristus, shalom…
Hari ini kita ada pada hari ke-47, minggu ke-7 bulan Februari Tahun 2025. Dan disepanjang Triwulan I (Januari – Maret) kita akan belajar dari Firman Tuhan, dengan tema Triwulan yaitu “Sehati Dalam Hikmat Allah Menyembah Bapa, Anak & Roh Kudus”.
Dan Firman Tuhan yang menjadi dasar dalam minggu ini dari Roma 12:1-8 memberi arah pengajaran untuk kita sehati dalam hal penyembahan kepada Allah dalam 3 aspek :
-    Pertama, Persembahan tubuh
-    Kedua, Ibadah yang dikehendaki Allah
-    Ketiga yaitu Fungsi karunia dalam persekutuan
Sebab itu, Sinode GKI di Tanah Papua kemudian memberi tema bacaan  ini : “Kesehatian Dalam Persembahan Tubuh & Karunia Pelayanan”. Keseluruhan kitab Roma khusunya pasal 12- 15 ini membahas tentang Kekristenan dalam praktek. Pasal-pasal sebelumnya 1 – 11; adalah bagian-bagian dari Surat yang isinya asas-asas dan persoalan-persoalan. Paulus telah menguraikan secara mendalam tentang bagaimana orang dapat menjadi benar dan tetap dalam kebenaran dihadapan Allah. Dan sekarang Ia menerangkan hidup beriman dalam keadaan sehari-hari dan untuk menekankan pada pembaca kewajiban untuk hidup secara Kristen. 

Isi

Jemaat sekalian, hampir semua bentuk ibadah yang dilakukan mulai dari ibadah anak sekolah minggu, pemuda, kaum ibu, kaum bapak, lansia, ibadah hari minggu, ibadah keluarga dan lainnya melakukan pemberian persembahan sebagai korban syukur dan menjadi bagian dalam liturgi ibadah. Persembahan yang diberikan itu, dimaknai sebagai suatu bentuk penyataan iman dalam rasa syukur kepada Tuhan atas segala kasih dan berkat Tuhan yang dirasakan dalam hidup baik pribadi, keluarga dan persekutuan. Apa yang kita berikan hari ini sebagai persembahan bagi Tuhan ?
Kita memberi persembahan dalam bentuk uang untuk kemudian dipakai untuk menopang pekerjaan pelayanan/GerejaNya. Kita juga kenal hari ini dengan persembahan natura dalam ibadah kontekstual minggu ke-4.

Namun jika kita mendalami bagian Firman Tuhan disaat ini, yang berbicara tentang persembahan yang benar sesuai perikopnya, maka akan kita temui bahwa Paulus menekankan persembahan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah. Dalam ibadah PL dalam kurban bangsa Israel… tubuh binatang yang hidup dimatikan untuk dipersembahkan di Mezbah Allah sebagai korban persembahan. Dalam PB Kristus menjadi Anak Domba Allah yang dipersembahkan untuk keampunan dosa manusia. Sehingga konsep memberi persembahan kepada Tuhan hari ini, tidak lagi berupa menyembelih hewan/korban untuk korban penghapusan dosa/korban keselamatan. Tetapi sebagai bentuk respon Iman kita kepada Allah di dalam Kristus atas pengorbanannya dan karya keselamatannya yang kita terima.
Penekanan Paulus tentang mempersembahkan Tubuh yang dimaksudkan pada ayat 1, tidak terlepas dari makna kata mempersembahkan…. “parastesai” – menyerahkan hidup kita – segenap jiwa dan raga. Namun tidak hanya itu, apa yang kita persembahkan itu mesti kudus dan berkenan kepada Allah. Itulah ibadah yang sejati. Karena mempersembahkan tubuh atau hidup kita pada Tuhan sebagai ibadah itu berarti bentuk sebuah pengabdian diri. Mengabdikan seluruh hidup kepada Tuhan. Jadi sebenarnya, bagian ini mau memperluas pemahaman kita tentang persembahan,….tentang ibadah… yang tidak terbatas hanya dalam unsur liturgis, atau di dalam gedung gereja bahkan persekutuan. Ibadah yang sejati ialah mempersembahkan tubuh kita kepada Allah dan semua yang dikerjakan oleh tubuh itu setiap hari sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah dan berkenan kepadaNya.

Hidup beribadah seperti itu, lanjut Paulus menuntut perubahan hidup secara radikal. Ayat selanjutnya ayat 2, kita tidak boleh menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi sebaliknya harus berubahlah oleh pembaharuan budimu. Untuk menyatakan gagasan ini Paulus menggunakan istilah Yunani yang akan saya jelaskan secara sederhana bagi kita saat ini. Istilah yang dipakai Paulus yaitu schema yang artinya bentuk luar yang selalu berubah-ubah dari tahun ke tahun dan dari hari ke hari. Jadi seseorang tidak sama ketika ia berumur 17 tahun dengan ketika ia berumur 70 tahun; tidak sama ketika ia berpakaian untuk bekerja dan ketika ia berada di rumah. Schema itu terus menerus berubah. Oleh karena itu Pulus berkata, “Janganlah berusaha menyesuaikan kehidupanmu kepada kebiasaan-kebiasaan dunia; jangan menjadi bunglon yang warnanya berubah-ubah, menurut lingkungannya. Kita tidak boleh menggunakan ketentuan-ketentuan dunia ini sebagai pedoman utama kita untuk bertindak, atau menjadikan kesukaan dunia ini sebagai tujuan akhir. Tetapi perubahan itu haruslah dalam rana pembaharuan budi, pembaharuan pikiran. Sehingga kemudian, kita dapat membedakan mana  kehendak Allah dan yang bukan kehendak Allah, apa yang baik dan yang tidak baik, dapat membedakan yang berkenan kepada Allah dan yang tidak berkenan kepada Allah; membedakan yang sempurna dan yang tidak sempurna.
Sehingga kecenderungan kita untuk terpengaruh, terbawa arus dengan semua yang ada dan ditawarkan oleh dunia dapat kita batasi karena apa ? Karena kita tahu batasan kita sebagai orang-orang percaya. Kita tahu ini yang Allah kehendaki dan ini yang tidak boleh kita lakukan dalam hidup kita karena tidak dikehendaki Allah.
Sehingga bagian ini memungkinan Jemaat di Roma tetapi juga orang-orang percaya untuk mempersembahkan tubuh mereka, bukan untuk berbuat dosa sebagai alat kejahatan, tetapi kepada Allah sebagai korban yang hidup dan untuk menggunan pikiran yang tidak berpusat pada daging, tetapi pada Roh, untuk dapat membedakan perbuatan-perbuatan seperti apa yang menyenangkan Allah.
Dengan demikian, maka ini akan terlihat atau nampak dalam kehidupan orang-orang percaya yang di gambarkan Paulus dengan tubuh manusia, yang meskipun banyak anggota tetapi satu tubuh dalam Kristus. Dan sama seperti banyak anggota dengan berbagai fungsinya yang berbeda, demikian karunia-karunia yang berlainan dianugerahkan  Tuhan, yang meskipun berbeda-beda namun semuanya itu berguna untuk pelayanan bagi Tuhan.
Disebutkan tujuh jenis karunia, yang bekerja dengan saling membantu dalam fungsinya di tengah persekutuan. Karunia bernubuat dalam artian sebenarnya mengarah kepada (berkhotbah/memberitakan Firman); karunia melayani, mengajar, menasehati; membagi-bagikan sesuatu; memimpin dan juga menunjukan belas kasihan. Tubuh yang telah dipersembahkan kepada Tuhan; hidup kita yang kita persembahkan harus benar-benar secara totalitas. Selain dari pembaharuan pola pikir kita, menjaga batasan hidup kita dari segala rupa dunia, dengan melakukan kehendak-kehendak Allah tetapi juga memanfaatkan segala potensi atau karunia yang Tuhan berikan untuk pekerjaanNya, bagi pelayananNya dan bagi Kemuliaan NamaNya. 

Penerapan

Sehingga persekutuan, Firman Tuhan hari ini mengajarkan kita semua saya calon pelayan, bapak/ibu majelis/ bapak/ibu. sdar.i jemaat Tuhan :
1.    Mari merenungkan kembali persembahan apa yang kita bri pada Tuhan ? Apakah persembahan-persembahan kita berkenan dan menyukakan hati Tuhan sebagai sebuah ibadah yang sejati ?
Kita ingat bacaan Firman Tuhan di tanggal 19 Januari 2025 – Dari Kitab Mazmur 150:1-23. Tuhan Allah bilang….. semua yang Israel persembahkan adalah milik kepunyaanNya; lembu, kambing jantan, segala binatang hutan dan yang bergerak dipadang.
- Yang mengingatkan umat Allah bahwa ibadah tidak hanya tentang ritual korban, tetapi tentang ketaatan dan hati yang bersyukur.
- Menegur kemunafikan orang-orang Israel yang menjalankan ibadah secara lahiriah tetapi tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah.
- Mengajarkan bahwa Allah menghendaki hubungan yang sejati dengan umat-Nya, bukan sekadar formalitas agama.
Sebab itu mari kita menyadari bahwa, hidup kita yang kita persembahkan kepada Tuhan jauh lebih berarti daripada persembahan yang kita bawa dan berikan kepada Tuhan.  Jadi jang bilang – sa tra datang ibadah jadi ss titip persembahan, atau ss tra datang ke ibadah karena trada persembahan. Hidup dan diri kita inilah persembahan bagi Tuhan.
Apa yang kita berikan bagi Tuhan dari segala kelebihan dan kekurangan kita, dipersembahakan sebagai respon iman kita atas semua yang Allah kasih untuk kita nikmati hari ini sebagai wujud syukur dan menyukakan hati Tuhan; dalam konteks ibadah secarah liturgis. Namun persembahan tubuh yang kita persembahkan kepada Tuhan, hidup kita dalam kekudusan itu berkenan dihadapan Allah sebagai ibadah kita kepadaNya. Sebab tadi… pengertian ibadah latreuin itu berarti pengabdian diri kepada Tuhan. Dalam upaya inilah kemudian kita mau untuk konsep pemikiran kita diubahakan sesuai Firman Tuhan, kita mau untuk hidup sesuai dengan apa yang berkenan bagi Tuhan.

2.    Karena hari ini banyak kita, lebih suka dan memilih untuk hidup serupa dengan dunia ini.
Kita mengikuti segala perubahan zaman, menyesuaikan diri kita lalu tanpa kita sadari, pembedaan itu sudah tidak ada. Waktu saya kuliah di jayapura, disitu selain STT I.S Kijne ada beberapa kampus yang dekat, ada Uncen, ada USTJ tapi dari semua mahasiswa/i itu, bisa dibedakan yang mana mahasiswa STT. Dari apa ? Cara mereka berpakaian. Analogi ini kemudian menghantarkan kita untuk melihat, seharusnya dari semua manusia yang hidup di dunia hari ini, kita bisa bedakan yang mana anak-anak Tuhan, yang mana orang-orang percaya.
Namun kenyataannya adalah, kita sudah menjadi serupa dengan dunia; kita menjadikan standar dan ukuran dunia untuk hidup kita hari ini dan bukan Firman Tuhan.
-    Ada masalah sedikit, bukan berdoa, minta pelayanan dan pendampingan dari hamba Tuhan tetapi mabuk-mabukan.
-    Masalah Rumah Tangga bukan diselesaikan sebagai keluarga Kristen tetapi pergi cari pelampiasan lain.
-    Ada persoalan yang dialami sesama kita dalam persekutuan, bukan saling menguatkan dan saling mendukung tetapi jadikan itu sebagai bahan cerita.
-    Persoalan ekonomi, keinginan memiliki lebih membuat kita mencuri, korupsi, mengambil apa yang menjadi hak milik orang lain dan bukannya bersyukur.
-    dst…. cara-cara yang dunia tawarkan, yang instan, cepat, menyenangkan, nikmat dan menguntukan inilah yang hari ini kita jalani.
Kita memang tidak bisa menghidari itu semua, selama kita masih hidup di dunia ini. Namun ingatlah bahwa dunia dan semaraknya begitu hebat hari ini, namun konsekuensi membawa kita kepada penghakiman di hadapan Tuhan.

3.    Sebab itu, bagian terakhir dari Firman Tuhan hari ini.
Selagi Tuhan memberikan bagi kita kesempatan untuk hidup dan berkarya di tengah dunia ini, dengan segala yang kita punya, bahkan karunia yang Tuhan anugerahkan…apapun itu kita pakai untuk kemuliaan namaNya. Untuk memimpin kh, untuk melayani kha…. untuk menyanyi, bermain musik, mengajar dst…. jang baku iri karena kemampuan yang lain lebih dari pada kita, setiap orang Tuhan bri karunia. Apapun itu semua berguna dalam pelayanan.
Dengan demikian, kita berupaya untuk terus mempersembahkan segala apa yang kita miliki serta hidup kita…. semuanya bagi Tuhan. Amin

Semoga Menjadi Berkat.

Tuhan Yesus Memberkati :)


 

Share:

Minggu Adven II - Lukas 3 : 1 - 20 "Yohanes Pembaptis"

 Menantikan Kristus Dengan Pertobatan Dalam Perbuatan Kasih, Keadilan Dan Rasa Syukur Selalu.

Bacaan : Lukas 3:1-20

(Doc. Jemaat GKI Pengharapan Sibena Permai)

 Pengantar

Bapak/ibu persekutuan jemaat yang diberkati Tuhan…
Syalom, hari ini pada minggu adven ke-2; masih dalam minggu-minggu penantian kita kembali merenungkan Firman Tuhan untuk terus menghantarkan kita dalam persiapan-persiapan menyambut dan merayakan kelahiran Kristus tetapi juga menatikan kedatanganNya.
Sebuah pertanyaan mengawali khotbah saya di pagi ini…..
Bapak/ibu apa itu bertobat ? hmmnn…
Kalau bertobat itu satu kali kh ? ulang-ulang kali kh ? atau 1 minggu 1x pas ibadah di gereja?
Lalu pentingkah pertobatan itu dalam kehidupan kekristenan atau kehidupan umat Tuhan ?


Isi

Dalam bacaan Injil hari ini, Lukas mengawali dengan menyiapkan latar belakang pelayanan Yohanes Pembaptis. Ia menulis: “Pada tahun kelima belas pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes menjadi raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias menjadi raja wilayah Abilene, ketika Hanas dan Kayafas menjadi imam besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. Tetapi mengapa menyebut semua orang ini, Tiberius Caesar, Pontius Pilatus, Herodes sang raja wilayah, Filipus sang raja wilayah, dan Lisanias sang raja wilayah? Mereka semua adalah tokoh politik di berbagai tingkat pemerintahan. Tiberius Caesar, sebagai kaisar Romawi, adalah orang paling berkuasa di dunia. Roma menguasai dunia, dan Tiberius adalah yang terakhir dalam jajaran Kaisar. Kaisar akan memiliki berbagai penguasa lokal yang memerintah di bawahnya di wilayah yang telah ditaklukkan Roma. 

Dengan memberi kita serangkaian nama ini, Lukas memberi tahu kita siapa tokoh politik terkemuka saat itu. Kemudian ia mengidentifikasi tokoh agama terkemuka, orang-orang penting dalam agama Yahudi: "selama masa jabatan imam besar Hanas dan Kayafas." Mengapa Lukas melakukan ini? Mengapa ia menyiapkan panggung bagi pelayanan Yohanes dalam hal ini? 

Pertama, pengantar ini memberi tahu kita bahwa peristiwa-peristiwa ini benar-benar terjadi dalam sejarah. Ini bukan mitos atau khayalan yang dibuat-buat. Tidak, ini adalah sejarah manusia yang nyata dan membumi. Kedua, Lukas memberi tahu kita bahwa sementara semua orang penting ini duduk di kursi kekuasaan mereka, hal-hal besar yang sedang dilakukan Tuhan tidak terlalu diperhatikan. “Firman Allah datang kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun.” Yang benar-benar penting adalah apa yang terjadi dengan Firman Tuhan. Ketiga, dengan menulis pengantar seperti ini, Lukas memberi tahu kita satu hal lagi. Dia membandingkan Yohanes Pembaptis dengan para nabi Perjanjian Lama. Ini adalah gaya yang sama seperti "narasi panggilan" nabi Perjanjian Lama. Lukas memberikan pengantar yang sama untuk pelayanan Yohanes Pembaptis. Apa maksudnya? Lukas mengatakan bahwa sama seperti Firman Tuhan datang kepada para nabi di Perjanjian Lama, agar mereka memanggil umat Allah untuk bertobat dan beriman sebelum kedatangan khusus Allah, demikian pula sekarang firman Tuhan datang kepada Yohanes, agar dia memanggil orang-orang untuk bertobat dan beriman, sebelum kedatangan Yesus. Sesuatu yang besar akan terjadi, dan Allah mengutus seorang nabi terlebih dahulu untuk mengumumkan berita itu dan mempersiapkan jalannya

Sebelum Lukas mulai membahas tentang Kristus, Ia membahas lenih dulu tentang pendahulu dari Sang Mesias yaitu Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis digambarkan dalam Injil Lukas sebagai orang yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Raja. Dia mempersiapkan jalan sebagaimana yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama oleh nabi  Yesaya. Melalui Yesaya, Tuhan memberi tahu kita bahwa seorang nabi akan datang yang akan mempersiapkan jalan bagi Mesias. Dia menyerukan suara pertobatan. Dia mempersiapkan umat (Yes. 40:3-5), "Persiapkanlah jalan untuk Tuhan. Luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun; setiap gunung dan bukit akan diratakan; (jalan) yang berliku-liku akan diluruskan; (jalan) yang berlekuk-lekuk akan diratakan; dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan. Perhatikan dalam Yesaya 40 bahwa ada analogi tentang jalan raya. Ketika raja-raja zaman dahulu bepergian di padang gurun, para pekerja mendahului mereka untuk membersihkan puing-puing dan meratakan jalan agar perjalanan menjadi lebih lancar. Bagian Yesaya menggunakan bahasa hiperbolik – tidak hanya batu-batu disingkirkan dari jalan, tetapi lembah-lembah ditimbun dan gunung-gunung disingkirkan. Bahasa metaforis itu menggambarkan pertobatan – umat Allah dipersiapkan untuk kedatangan Allah melalui pertobatan. 

Dalam konteks Yesaya pada saat itu, ia bernubuat tentang keselamatan bangsa Israel yang ada di pembuangan, yang menanti-nantikan kebebasan dan kelepasan di Babel. Dan dalam konteks Yohanes Pembaptis, ia menyerukan kelepasan dan keselamatan yang akan dikerjakan Allah di dalam pribadi Yesus Kristus. Agar kehadiran Yesus diterima dan pekerjaan penyelamatan itu terlaksana, maka semua orang harus bertobat. Namun secara tersirat nubuatan ini sebenarnya juga merujuk kepada Yohanes Pembatis sendiri. Kita tentu ingat kisah tentang kelahirannya ketika malaikat Tuhan menjumpai Zakharia dan berbicara tentang anak yang akan dikandung Elisabeth, Luk. 1 : 16 – 17 “Ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Ia akan berjalan mendahului Tuhan, membuat hati bapa berbalik kepada anak-anaknya, dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar. Dengan demikian ia mempersiapkan suatu umat yang siap sedia bagi Tuhan.

Ketika Yohanes Pembaptis tampil dan berbicara, ia berbicara dengan begitu tegas dan keras, kepada semua orang yang hadir pada saat itu.
“Bertobatlah supaya kamu mendapatkan pengampunan dari Tuhan, berbaliklah dari dosa-dosamu”. Dan ketika orang-orang banyak datang untuk memberi diri dibaptis, Yohanes Pembaptis tidak langsung membaptis mereka. Ia berbicara dan menegur mereka dengan begitu keras “siapa bilang kamu bebas dari murka Allah? Kamu bangga karena kamu keturunan Abraham? Aku berkata kepadamu Allah dapat membangkitkan keturunan bagi Abraham dari batu-batu ini”. Ini khotbah yang benar-benar tidak pandang bulu. Yohanes juga menekan soal penghakiman atau murka Allah. dikatakan bahwa Abraham bukanlah jaminan keselamatan bagi orang-orang Israel, meski mereka meyakini bahwa Abraham adalah leluhur mereka yang mana Tuhan berkenan menyatakan janji kepada Abraham, tapi itu bukanlah jaminan untuk selamat dari dosa dan hukuman kekal. Maka dari itu Yohanes meminta agar setiap orang menghasilkan buah-buah pertobatan yang baik dan benar dalam hidup mereka agar keselamatan itu layak mereka terima. Karena semua orang pasti akan dihakimi dan siapa yang menghasilkan hidup sesuai dengan buah pertobatan tidak akan binasa, dan yang dibinasakan adalah orang-orang yang hidupnya tidak berbuah dalam pertobatan.

Hari ini, kalau hamba Tuhan bicara tentang dosa dengan keras dari mimbar, umat tidak suka mendengar. Telinga kita lebih suka mendengar khotbah-khotbah yang menyenangkan, khotbah-khotbah yang menghibur yang hanya bicara tentang penyertaan Tuhan, yang hanya bicara tentang berkat Tuhan. Tapi kalau sudah bicara tentang kesalahan, bicara tentang dosa, kita mulai tersinggung dan marah. Padahal sebenarnya tanpa kita sadari teguran Tuhan itu selalu datang dengan berbagai cara kepada kita, untuk membawa kita kepada pertobatan dan pembaharuan hidup yang benar. Dan salah satu cara yang Tuhan pakai adalah melalui pemberitaan Injil atau pemberitaan Firman.Yohanes memaparkan sikap yang seharusnya ketika seseorang mengalami pertobatan, maka orang yang bertobat harus menunjukkan kasih, keadilan dan rasa syukur.

Para pemungut pajak yang dibenci datang bertanya kepada Yohanes apa yang harus dilakukan. Ia memberi tahu mereka untuk tidak mengambil lebih dari yang diminta dari orang-orang. Yohanes Pembaptis mengatakan “jangan pungut lebih dari yang seharusnya”, ini nasihat yang sangat praktis. Yohanes Pembaptis mengatakan “engkau punya tugas apa, jangan ambil lebih”. Kepada para pemungut pajak yang tamak, korup, dan dibenci, ia tidak menyuruh mereka meninggalkan pekerjaan mereka. Yohanes tidak tertarik pada revolusi sosial. Ia menyuruh mereka untuk bersikap jujur, tidak tamak. Tunjukkan integritas. Inilah buah pertobatan. Para prajurit bertanya apa yang harus mereka lakukan. Yohanes memberi tahu mereka untuk merasa cukup dengan upah mereka dan tidak memeras uang dari orang-orang. Yohanes memberi mereka cara-cara praktis untuk menunjukkan kemurahan hati, integritas, keadilan, dan kepuasan. Ia memberi tahu mereka agar tidak menggunakan wewenang dan senjata untuk mengintimidasi dan mengancam orang serta memeras uang, tetapi bersikap puas.Kamu dapat apa, nikmatilah apa yang Tuhan percayakan, jangan mau lebih dengan cara yang tidak benar. Pemungut cukai boleh mengerjakan pekerjaannya, asalkan pajak yang dipungut sesuai dengan kebijakan pemerintah. Tentara harus mengerjakan tugasnya dan tidak boleh mengambil lebih dari tugasnya. Yohanes Pembaptis mengatakan “cukupkan dengan gajimu”.
Apa yang membuat kita benar-benar hidup dengan baik hanya satu yaitu kalau saya merasa apa yang Tuhan berikan itu cukup, saya mendapatkannya dengan jalur yang baik, saya tidak merugikan siapa pun, saya mengambil tanpa peras siapa pun. Tapi kalau Saudara mendapatkan dengan merugikan orang lain, peras orang lain, Saudara berada dalam bahaya besar karena Tuhan akan mengancam dan memusuhi Saudara. Ini yang Yohanes Pembaptis peringatkan kepada para tentara. 

Jadi siapa yang berlimpah uang, Yohanes Pembaptis mengingatkan jangan serakah. Siapa yang kurang, Yohanes Pembaptis mengingatkan jangan merasa kurang karena ini adalah dorongan untuk memeras orang lain, menipu orang lain demi kepentingan diri. Jadi inilah satu nasihat simple dari Yohanes Pembaptis untuk menantikan Kristus. Kristus sudah mau datang, hidup dengan baik. Bagaimana hidup dengan baik? Tunjukkan buah pertobatan. Bagaimana buah pertobatan? Kalau lebih ingat orang lain yang kurang, kalau rasa diri kurang jangan mau ditipu, jangan peras orang orang. Dan Tuhan nanti akan memberkati dan memimpin kita.
Kita selalu diingatkan untuk terus setia kepada cara hidup yang berkenan menghasilkan buah yang diperkenan Tuhan dan memberkati banyak orang, menunjukan kasih dalam hidup kita, menyatakan keadilan kepada sesama dengan senantiasa bersyukur kepada Tuhan.


Penerapan

Seruan Yohanes Pembaptis ini sebenarnya merupakan seruan rohani bagi umat Tuhan, baik dahulu maupun sekarang. Kita diperintahkan untuk mempersiapkan hati dan hidup selayaknya untuk menyambut kehadiran-Nya. Jalan hidup kita harus diluruskan. Lembah, yaitu hati yang putus asa dan jauh dari Tuhan, harus ditimbun dengan percaya dan penuh pengharapan hanya kepada-Nya. Gunung dan bukit kesombongan kita harus diratakan. Cara hidup kita yang berliku-liku, yang seenaknya dan tidak benar, harus diluruskan. Jalan hidup yang berlekuk-lekuk, tidak stabil, dan tidak konsisten dalam iman harus dikuatkan. 

Bertobat supaya ada jalan yang siap. Jalan apa yang harus disiapkan? Ini jalannya, jalan supaya ada yang menyambut Kristus waktu datang. Bagaimana siapkan jalan itu?
Kita pun menantikan kedatangan Sang Raja untuk kedua kalinya nanti. Kita yang menantikan Yesus datang pun, harus hidup dalam buah pertobatan sejati. Yohanes Pembaptis mengatakan “siapa bilang kamu selamat? Mana buah pertobatannya? Tidak perlu beri tahu kamu keturunan siapa, namun tunjukan buah pertobatanmu

Dan pertanyaan yang sama pula datang kepada kita hari ini..... “Orang Kristen, kamu sudah bertobat, mana buah pertobatanmu, ada atau tidak?”.
Mengatakan bahwa kita adalah orang Kristen saja tidak cukup !
Mengatakan bahwa kita selalu pergi ke gereja saja tidak cukup !
Mengatakan bahwa saya dulu seorang majeli bertahun-tahun; atau hari ini saya seorang majelis saja tidak cukup !
Mengatakan bahwa saya yang memberi lebih banyak dalam pekerjaan Tuhan saja tidak cukup.

Firman Tuhan hari ini katakana : “Mana buah pertobatanmu ?”
Ini yang harus kita miliki sebagai bentuk penantian kedatangan Kristus, yaitu pertobatan dan tindakan pertobatan. Sebab buah dari pertobatan kita menunjukan bahwa kita sudah ada dalam keselamatan, yang menyelamatkan, yaitu iman kita kepada Kristus.
Sebab kalau sudah bertobat…. Jemaat Tuhan
Kita tidak boleh lagi berbalik kepada dosa dan kejahatan.
Sebab kalau hari ini tong datang ke gereja, minta ampun untuk kita pu dosa bicara orang, iri hati, kedengkian, dendam dan akar pahit, dosa mencuri, dosa kekerasan, dosa perzinahan….
Lalu keluar pintu gereja kita kembali melakukan hal itu, maka itu bukan pertobatan. Kita seperti peribahasa yang dikatakan dalam 2 Petrus 2:22 “Anjing kembali ke muntahnya dan babi kembali ke kubungannya”. Kita mempermainkan Kasih dan Anugerah Tuhan yang telah berkenan menjumpai kita, supaya kita mengalami keselamatan itu.

Karena itu marilah kita kembali merenungkan bagian ini.
Sudahkan kita mempersiapkan diri kita untuk menyambut kedatang Kristus ? Maknai minggu-minggu adven ini dalam pertobatan yang sungguh. Ya… Kristus datang segera. Amin

 

Semoga Jadi Berkat :)




Share:

Musa Di Utus TUHAN - Keluaran 2:23-25; 3:1-22; 4:1-17

PEMILIHAN MUSA DAN PEMBEBASAN ISRAEL

Bahan Bacaan : Keluaran 2:23-25; 3:1-22; 4:1-17

(Dokumentasi Pelayanan di Jemaat GKI Imanuel KM-64 Centriko Klasis Nabire)

Jemaat yang diberkati oleh Tuhan....

Alkitab memberi kesaksian bahwa relasi antara Israel dan Mesir pada awalnya berjalan baik. Hal ini dimulai ketika terjadi bencana kelaparan hebat yang melanda seluruh dunia dan mengharuskan Yakub dan anak-anaknya (saudara-saudara Yusuf) berimigrasi ke Mesir (Kej. 41:56-57; 46:1-47:4). Atas perintah Firaun mereka diperbolehkan untuk tinggal menetap di wilayah terbaik di Mesir, yaitu tanah Gosyen. Lama sesudah itu, penguasa di Mesir pun berganti dengan seorang raja baru yang tidak mengenal Yusuf. Relasi awal yang tadinya baik antara Israel dan Mesir berubah.

Raja Mesir yang baru itu tidak merasa nyaman dan takut dengan banyaknya populasi orang Israel di Mesir dan kuatir kalau suatu saat bangsa Israel akan bersekutu dengan musuh untuk menyerang Mesir. Sebelum kelahiran Musa, raja Mesir memperbudak orang-orang Israel secara brutal mereka ditindas secara kejam dengan kerja paksa/kerja rodi (Kel. 1:11-14), bahkan hal itu terus berlanjut sampai saat Musa lahir, ketika Firaun memberi perintah agar membunuh setiap bayi laki-laki orang Ibrani/Israel (Kel. 1:15-22). Itulah mengapa kemudian Musa ditempatkan dalam keranjang ditepi sungai dan miryam ada disana untuk mengawasinya. Perbudakan yang dialami bangsa itu terus berlanjut dan tampaknya semakin parah. Sampai kepada Musa dewasa dan melihat sendiri bagaimana bangsanya diperbudak dan ditindas.Karena itulah, ada saat dimana Ia melarikan diri ke Midian, sebab membunuh seorang Mesir yang melakukan kekerasan terhadap bangsanya sendiri.

Orang Israel tidak tahan lagi menghadapi perlakuan kejam; kerja paksa yang merupakan tindakan pelucutan harkat dan martabat manusia serta pembunuhan bayi-bayi Ibrani sebagai penghapusan eksistensi manusia. Oleh karena itu kita dapat memahami bahwa dalam ayat 23-24 mereka mengeluh, mereka berseru meminta pertolongan kepada Allah. Dan Allah mendengar seruan bangsa itu. Allah mendengar keluh kesah mereka dan teringat akan perjanjianNya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. “Allah mengingat akan perjanjianNya” adalah ungkapan yang sering kita temui dan digunakan di dalam Alkitab untuk menyatakan Allah menepati janjiNya. Bukan saja sekedar mengingat perjanjianNya, tetapi inilah juga waktu yang Allah pilih untuk bertindak menggenapi janjiNya dan menyelamatkan bangsa itu.

Sebagai orang-orang percaya, pernakah kita merasa Tuhan sepertinya meninggalkan kita ? Bahwa tangisan dan seruan yang kita naikkan padanya hanya memantul di langit. Seakan-akan Tuhan tidak peduli akan segala keberadaan dan apa yang kita alami ? Jika Ya… maka bagian ini hendak mengingatkan kita, Tuhan tidak pernah melupakan kita. Ia mendengat semua seruan, tangisan dan rintihan yang di naikkan umat-Nya. Namun ingatlah bahwa, sudut pandang Tuhan di dalam rancangan dan kehendakNya sangat berbeda dengan sudut pandang kita manusia. Dia melihat gambaran besarnya dan mengetahui apa yang terbaik bagi kehidupan kita. Kini Allah bertindak menolong umatNya itu dengan memilih dan memanggil Musa menjadi alatNya untuk membawa pembebasan bagi orang Israel dari tanah perbudakan di Mesir, melalui peristiwa “semak duri berapi”. Perjumpaan Allah dengan Musa menunjukan tindakan pembebasan Israel dari tanah perbudakan merupakan inisiatif Allah sendiri. Dalam penggembalaannya dihari itu, Musa melihat semak yang terbakan namun tidak habis dimakan api, menandakan kehadiran Allah yang hendak berbicara kepadanya. Allah menyampaikan maksud dalam panggilanNya kepada Musa dan mengutus Musa kepada Firau untuk membebaskan bangsa Israel.

Namun kita melihat, beberapa kali Musa berusaha menolak dan mengelak dari panggilan Allah dengan sejumlah alasan atau dalih yang ia berikan.
- Siapakah aku ?
- Bagaimana jika orang Israel bertanya “siapakah yang mengutus engkau/tentang namaNya”?
- Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku ?
- Ah Tuhan, aku tidak pandai berbicara !
-  Tuhan utuslah kiranya siapa saja yang patut Kau utus.
Tetapi Allah tetap meneguhkan Musa dengan kuasa dan otoritasNya. Bahkan untuk lebih menyakinkan Musa, Allah memperkenalkan diriNya atau menyebutkan namaNya YAHWEH (TUHAN) kepada Musa. Kini Allah berbicara kepada Musa :
1.  Ia meyakini Musa bahwa hal itu harus dilakukan sekarang (ay.7-9)
2.  Allah memberinya tugas untuk bertindak memimpin bangsa itu dan menghadap Firaun.
3.  Allah menjawab semua keberatan Musa atas ketidaklayakan dirinya.
4. Allah memberikan kepada Musa perintah (Instruksi) lengkap tentang apa yang harus dikatakan kepada Firaun dan bangsa Israel.
5. Dan Allah menyatakan penyertaan-Nya bagi Musa

Penerapan
• Kadangkala waktu Allah memilih seseorang untuk melaksanakan amanatNya, ada saja alasan untuk menolak panggilan Allah, termasuk dalam pelayanan. Tetapi sesungguhnya, Allah hanya minta kita mendengarkan yang paling ingin Ia lakukan melalui diri kita. Sering kita menolak panggilan Allah untuk melayani Dia dalam pelayanan kepada sesama; panggilan Tuhan dalam persekutuan denganNya melalui setiap ibadah-ibadah baik Rayon, KSP & Unsur dengan berbagai alasan, tidak sempurna, tidak layak dihadapan Tuhan, penuh keterbatasan; Tetapi juga hal-hal yang kita lakukan yang sebenarnya menunjukan bahwa kita sedang mengabaikan panggilan dan pelayanan Tuhan – Majelis/badan pelayan datang terlambat, atau tidak ikut serta dalam pelayanan dan kegiatan gereja dengan alasan yang jelas atau guru sekolah minggu yang mengajar tanpa persiapan yang serius. Rasa bosan dan jenuh dengan segala pelayanan yang dilakukan dst……
Semua penolakan yang diberikan Musa, ini bukanlah sikap rendah hati melainkan rendah diri. Musa telah menerima panggilan Tuhan, tetapi ia tidak mempunyai keyakinan pada dirinya sendiri dan juga kepada Allah. Namun semua keterbatasan yang dirasakan olehNya, dijawab dalam jaminan penyertaanNya. Ketika Tuhan memanggil kita dan mengutus kita, marilah kita mau bersedia mengikuti panggilanNya, karena Ia yang akan memampukkan kita. Janganlah mengikat diri kita dengan kualifikasi atau syarat-syarat tertentu yang sebenarnya Tuhan tidak minta karena Ia mengenal kita. Seperti halnya Musa, kita memang tidak mampu namun penyertaan-Nyalah yang akan memampukan dan memberdayakan kita. Marilah kita mendengarkan yang paling ingin Ia lakukan melalui diri kita. Jangan keras kepala dan menilak serta mengelak panggilan-Nya dengan berbagai alasan.

• Allah peduli kepada umat-Nya, Ia melihat/memperhatikan kesengsaraan mereka; ia mendengar semua seruan yang mereka naikkan kepadaNya. Manusia tidak pernah lepas dari keadaan yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh diri kita sendiri atau orang lain, pergumalan serta kesukaran. Namun yang harus dilakukan adalah tidak berhenti pada keadaan buruk/tidak menyenangkan itu. Hari ini ketidakadilan terjadi, pelanggaran HAM, masalah sosial politik, masalah lingkungan hidup semuanya membuat kita begitu menderita, kita tertekan, kita menangis; melihat kejahatan yang terjadi dimana-mana,  seperti tidak ada lagi kasih antara sesama, masyarakat kecil semakin dibuat menderita oleh mereka yang memiliki kekuasaan, tindakan pelucutan harkat dan martabat, banyak kebijakan-kebijakan, keputusan-keputusan para petinggi yang seenaknya dan membuat masyarkat semakin menderita…
Rumitnya mendapatkan penghasilan tetap karena rusaknya norma administrasi dan sistem birokrasi yang memagari lapangan kerja dengan syarat yang terlalu sulit dijangkau. Keadaan ini menciptakan banyak pengangguran, kemiskinan dan ketergantungan. Golongan atas dan menengan dalam strata sosial mengambil alih pasar dan mengabaikan usaha golongan bawah yang konsumtif. Hasil bumi sebagai sumber pendapatan masyarakat di patok dengan standar harga yang murah meriah bahkan bisa ditawar hingga nilai terkecil. Disisi yang lain, golongan atas dan menengah cenderung mengisi bahan pokoknya di mini market, toko atau bahkan mendapatkan bahan baku dari luar daerah. Banyak uang ditimbun di bank, di brankas untuk menyambut peluang bisnis dan investasi yang lebih besar. Bahkan secara nyata terhamburkan di saat pehelatan pesta demokrasi Pilpres,Pileg, Pilkada maupun Pemilihan Kepala Kampung. Pilihan ini dianggap lebih baik ketimbang membeli jualan mama-mama Papua yang beralaskan karung dipinggir jalan.
Aparat pemerintah, aparat penegak hukum terus bersaing merebut posisi demi jahib yang lebih besar. Menggunakan cara yang baik hingga ancaman bahkan pembunuhan pun dilegalkan sendiri demi kepentingan. Politik kambing hitam, politik adu domba, politik provokasi menjadi acuan ternyaman untuk meraih tujuan. Ketidakpercayaan diri, ketidakpuasan berujung pungli, sogok dan korupsi. Dan berdampak pada pembuatan keputusan dan kebijakan yang pada akhirnya menjajah hak-hak hidup kaum latah seperti yang terjadi di atas tanah Papua. Legalitas tambang dan lahan perkebunana mengedepankan kepentingan penguasa dan membunuh pemilik ulayat warisan leluhur.
(Dikutip dari tulisan Facebook Pdt. Decky N.K Maker, S.Si Th – Ketua Klasis GKI Nabire)
Dengan semua ini, kita hanya dapat menaikan doa kepada Tuhan Allah : Tuhan sertai kami, Tuhan berkati kami, Tuhan lindungi kami. Kita tidak dapat melepaskan semua situasi ini dengan kekuatan kita sendiri, kita membutuhkan pertolongan Tuhan. Datang kepadaNya untuk memohonkan pertolongan dan keselamatan dari padaNya sehingga Ia dalam kuasa dan kehendakNya dapat menolong kita dari semua hal yang kita alami kini. Kita berdoa supaya pemulihan terjadi atas tanah ini, kita berdoa supaya kehidupan di dunia ini ada keseimbangan, kita berdoa bagi peradaban manusia agar kehidupan jauh lebih baik, terus berlanjut sesuai rencana Allah. Kita percaya bahwa Allah memperhatikan kesengsaraan umat-Nya, Allah mendengar setiap seruan-seruan dalam tiap doa yang kita panjatkan kepadaNya, dan kita mengimani bahwa dalam rancangan, kuasa dan kehendakNya, pertolongan Tuhan pasti dinyatakan. Amin

Share:

Mimpi Firaun & Yusuf Di Mesir Sebagai Penguasa - Kejadian 41:1-57

 MIMPI FIRAUN - YUSUF DI MESIR SEBAGAI PENGUASA

Bahan Bacaan : Kejadian 41:1-57

(Dokumentasi Dekor Urusan P2J bersama Panitian HBG Jemaat GKI Sion Kampung Harapan)

Jemaat yang diberkati Tuhan Syalom...

Pembacaan kita hari ini, Yusuf adalah putra ke-11 dari Yakub, anak pertama yang diperolehnya dari Rahel. Ia lahir di kota Haran. Nama Yusuf berarti “Kiranya ditambahkan-Nya anak laki” bagiku”. Kita tahu bahwa Yakub sangat menyayangi Yusuf, lebih dari saudara-saudaranya yang lain, karena Yusuf lahir dari Rahel, istri kesayangannya, tetapi juga karena Ia lahir pada masa tua Yakub”. Karena itu ada momen dimana Yusuf ini diberikan jubah warna-warni khusus dari ayahnya, yang membuat semua saudara-saudaranya menjadi tidak suka kepadanya. Sebelum Kejadian  Pasal 41, Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya kepada pedagang Midian yang kemudian membawanya ke Mesir. Yusuf mengalami berbagai peristiwa yang sulit, termasuk difitnah oleh istri Potifar dan dipenjarakan. Meskipun demikian, Yusuf tetap setia kepada Tuhan, dan Tuhan menyertainya dalam segala situasi. Ketika ia bekerja sebagai budak, di rumah Potifar kepala pengawal raja, ia melakukan pekerjaannya dengan baik, bahkan ketika digoda oleh istri Potifar pun, Yusuf menolak yang akhirnya membawa dia ke penjara.

Waktu Yusuf di penjara Ia menafsirkan mimpi juru minuman dan juru roti Firaun. Tafsirannya terbukti benar, mereka lalu membuat kesepakatan dan juru minuman akhirnya mengingat Yusuf ketika Firaun mengalami mimpi yang tidak dapat ditafsirkan oleh orang bijak atau ahli nujum yang ada di Mesir. Walaupun ini terjadi setelah 2 tahun dari waktu dimana ia dibebaskan. Sebuah ironi; Yusuf dimampukan Tuhan untuk menyampaikan apa yang akan terjadi dimasa depan, melalui mimpi orang lain, tetapi dia sendiri tidak tahu masa depannya. 2 tahun adalah waktu yang sangat lama bagi siapa pun terutama dipenjara; apalagi jika kita berada disana karena ketidakadilan dan tunduhan palsu padahal kita sama sekali tidak melakukan kesalahan.Tetapi ia memiliki kepercayaan yang tiada habis kepada Tuhan; itu terbukti dalam pengakuannya ketika Ia berbicara dengan Firaun. Kita mungkin bertanya-tanya, apa yang membuat Yusuf dia mampu bertahan ? karena Ia menyadari bahwa dalam segala sesuatu yang ia alami, Allah tetap menyertainya. Saat dijual sebagai budak, dirumah potifar 39:3 – Tuhan membuat menyertai dan membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya. Ketika Ia dimasukan kepenjara karena tuduhan, 39:21 – Tuhan menyertainya dan melimpahkan kasih setiaNya sehingga Yusuf menjadi kesayangan kepala penjara.

Kita perhatikan disini, bahwa terkadang segala hal bahkan yang mungkin tidak kita inginkan, Tuhan ijinkan terjadi didalam kehidupan kita. Tapi bukan dengan maksud bahwa kejadian tersebut menghancurkan kita, tetapi justru melalui peristiwa atau pada saat-saat seperi itulah, kemudian Tuhan menyatakan kasihNya, pemeliharaanNya serta penyertaanNya. Dalam berbagai bentuk, dalam berbagai hal. Seperti sebuah lagu yang mungkin kita tahu dalam kidung jemaat, yang syair nya begini “Suka duka dipakaiNya untuk kebaikan ku”. Hanya saja, terkadang dalam penantian-penatian kita akan waktu dimana Allah bertindak untuk menyelamatkan kita, kalau menunggu sampai su terlalu lama, yhaaa sebagai manusia kita pasti mulai bosan dan tidak dapat lagi menunggu terlalu lama, kita mulai mengeluh, kita mulai komplain dan bertanya-tanya pada Tuhan. 2 Tahun kemudian Firaun mendapat mimpi. Dan inilah waktu yang ditetapkan Allah. Mengapa saya katakana inilah waktu yang ditetapkan Allah. Karena Allah sendiri yang memberikan mimpi itu kepada Firaun. Ini kasusnya mirip seperti ketika Allah memberikannya juga kepada raja Nabukadnezar dan Daniel yang ditetapkan Allah untuk menafsirkan mimpinya itu. Hanya bedanya kalau nebukadnezar tidak mau menceritakan apa yang menjadi mimpinya, tetapi Firau dalam ay. 8 memanggil semua orang berilmu di Mesir dan menceritakan mimpinya kepada mereka, tetapi tidak ada yang dapat mengartikannya. Padahal para penyihir biasanya terdapat di Mesir, orang-orang pintar atau mereka menyebutnya orang berhikmat/berilmu, tukang tenung dan itu sangat terkenal (Kel.7:11;8:7;9:11) dst….. Tetapi tidak ada satu orang pun yang bisa menjelaskan arti mimpi Firaun. Kedua mimpi yang dijelaskan pada ayat 1 – 7, ini sangat menggelisahkan hati Firaun.
 

7 ekor lembuk yang gemuk keluar dari sungai Nil – memakan rumput; kemudian keluar lagi 7 ekor lembu yang kurus dari sungai Nil dan memakan 7 ekor lembuk gemuk tadi. Lalu 7  bulir gandum yang baik ditelan 7 bulir gandum yang kurus dan layu. Dan Allah telah memilih Yusuf untuk mengartikan mimpi itu bagi Firaun. Segala kemampuan, ilmu dan kehebatan yang dimiliki orang-orang pintar di Mesir tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan hikmat yang diberikan Allah kepada orang pilihanNya. Maka inilah hal yang harus kita tentang mimpi. Ketika Tuhan memberikan seorang mimpi, dia tidak akan meninggalkan mereka dalam pertanyaan tentang apa arti mimpi itu. seperti 2 contoh yang telah saya sebutkan tadi, semua mimpi ini diberikan oleh Tuhan adalah untuk menyampaikan informasi penting yang Tuhan ingin mereka ketahui dan Tuhan ingin mereka mengerti. Tuhan tidak memberikan mimpi untuk membingungkan orang. Dan pada bagian ini kita akan melihat, Tuhan memberikan arti mimpi itu kepada Yusuf, mengapa ?   karena Tuhan ingin Firaun mengetahui informasi itu. Mimpi itu tidak dimaksudkan untuk mejadi misteri yang membuat Firaun menjadi gelisah, dan merasa kebingungan sampai frustasi/stress. Karena itulah Yusuf hadir dan menjelaskan arti mimpi itu bahwa akan ada tujuh tahun kelimpahan dan diikuti oleh tujuh tahun kelaparan. Tahun-tahun kelaparan akan sangat buruk sehingga tahun-tahun yang baik akan terlupakan (Ay.25-32). Hal yang disampaikan Yusuf memberikan pengetahuan kepada Firaun , memberitahunya apa yang akan terjadi , seperti yang terungkap dalam mimpi yang merupakan pesan dari Tuhan serta apa yang harus dilakukan oleh Firaun sebagai jawaban dari mimpinya itu. Kisah Yusuf menyoroti tema pemeliharaan Allah yang nyata. Meskipun Yusuf mengalami banyak penderitaan, Tuhan menggunakan situasi tersebut untuk tujuan yang lebih besar, yaitu menyelamatkan banyak orang dari kelaparan dan mengangkat Yusuf ke posisi berkuasa. Kini dalam penyertaan dan rencana Allah, keadaan Yusuf dipulihkan.

• Ia kini menjadi orang penting di Mesir setelah Firaun, kita lihat bagaimana kekuasaan itu diberikan kepada Yusuf (pada Ay. 41-45)
• Ia diberikan nama baru; diberikan juga sebagai isterinya putri imam agung yaitu Asnat – yang nanti dari istri ini kemudian mereka memiliki 2 anak yaitu Manasye dan Efraim.
• Bahkan dalam kepemimpinan dan kekuasaanNya itu Yusuf mengatur segalanya, sampai kepada masa 7 tahun masa kelimpahan, dan 7 tahun kemudian masa kelaparan terjadi.

Penerapan
Jemaat sekalian, bagian yang kemudian hendak kita belajar bersama dari Firman Tuhan dihari ini bahwa :
• Kehidupan masa depan, tidak ditentukan oleh karena ramalan manusia atau guru-guru sihir palsu, atau bahkan juga kita sendiri tetapi ditentukan oleh Tuhan dengan pasti sesuai dengan janjiNya untuk mendatangkan kebaikan bagi umat kepunyaanNya. Kejadian 41:1-57 menunjukan Allah sedang bekerja di dalam kehidupan Yusuf tapi juga Firaun, untuk mengendalikan masa depan bangsa-bangsa dan menyediakan tempat bagi umat pilihanNya; dalam hal ini pemeliharaan Yakub sekeluarga di masa kelaparan. Semua bangsa tunduk pada campur tangan Allah dan penguasaanNya. Adakalanya Tuhan ingin mengajar kita untuk bersabar dalam menantikan waktu yang ditetapkan-Nya untuk memberikan berkat kepada kita. Penangguhan kebebasan Yusuf ini baru terjadi setelah dua tahun lamanya. Yusuf tetap berada di penjara sampai FirmanNya genap. Kita perlu belajar bersabar, bukan sekedar kesabaran dalam bertahan, melainkan juga dalam menanti saat itu tiba, meskipun tampaknya berlambat-lambat. Waktu Allah memberi kelegaan kepada umatNya, akhirnya akan terbukti  sebagai waktu yang paling tepat.

• Masa penantian bukan masa yang sia-sia; atau membuang-buang waktu. Apabila kita menanti-nantikan Tuhan, sesungguhnya kita sedang membuka diri selebar-lebarnya bagi karya Allah di dalam hidup kita. Dalam penantian kita berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan. Mengimani setiap rencana dan rancanganNya. Adakalanya Tuhan ingin mengajarkan kita untuk bersabar dalam menantikan waktu yang telah ditetapkan olehNya untuk memberikan berkat kepada kita, ketika segala sesuatu dalam hidup kita  berjalan tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Bagian ini mengingatkan kita kembali pada bacaan kita diminggu yang lalu, saat masalah, tantangan, pergumulan itu datang, para murid menanggapinya dengan berdoa di dalam persekutuan, sebab mereka tahu dan meyakini bahwa hanya Tuhan sajalah yang dapat menolong mereka, ditengah situasi yang sedang mereka alami. Karena kita mungkin tidak bisa selalu mengandalkan orang lain. (Sekali kalau kita minta tolong, mungkin mereka bisa cepat membantu, tapi kalau itu terjadi terus menerus atau berulang, mereka mungkin akan merasa bosan); lalu saat kita mau minta tolong lagi sudah malu dsb. Kita tidak bisa selalu mengandalakan orang lain, tetapi kita bisa selalu mengandalkan Tuhan; namun ketika kita mengandalakan Tuhan –  tantangannya adalah menanti Tuhan bertindak didalam waktu dan jalanNya. Dan waktu seringkali terasa begitu lama saat kita sedang menantikan sesuatu. Dalam hal ini, kesabaran kita dalam penantian kepada Tuhan ada 2 hal : Pertama : Mempercayai Tuhan, bahwa Dia benar-benar mengetahui & peduli dengan situasi kita. Kedua : Menunggu/menanti Tuhan sampai Dia bertindak memperbaiki situasi atau menunjukan tindakan apa yang harus di ambil. Bagaikan tujuh tahun hidup dalam kesusahan dan Tuhan mengubah tujuh tahun lagi menjadi masa bahagia dari janji Tuhan bagi kita. Ketika Tuhan turun tangan dan bertindak, Dia bertindak melampaui harapan kita. Sebagaimana Ia memulihkan keadaan yang dialami oleh Yusuf.

• Bagian yang terakhir,
Perjalanan hidup Yusuf, nampaknya seperti musim kehidupan kita hari ini.
- Ada saatnya hujan turun begitu lebat, tetapi kemudian kekeringan terjadi
- Ada saat dimana semua tumbuhan bersemi tetapi kemudian mulaii beguguran.
- Ada saat dimana kita mengalami dan merasakan betapa berkat Tuhan mengalir di dalam kehidup kita, saat-saat dimana semua yang kita lakukan dan kerjakan berhasil, saat semua yang kita inginkan kita dapatkan. Kemudian terjadi, dan kita mengalami saat-saat dimana  pekerjaan kita kacau, rumah tangga kita berantakan, anak-anak hidup dalam ketidakaturan, pergumulan dengan kesehatan kita, kehilangan orang-orang yang kita kasihi. Seperti semua terjadi diluar kendali dan kuasa kita. Namun bagian Firman Tuhan ini, mengingatkan dan menguatkan kita. Bahwa percayalah penyertaan Tuhan selalu ada. Segala yang terjadi dalam kehidupan kita, dapat menjadi cara yang dipakai Tuhan untuk membawa kita semakin dekat kepadaNya. Seperti yang telah saya sampaikan tadi. Kita perlu belajar bersabar, bukan sekedar kesabaran dalam bertahan, melainkan juga dalam menanti saat itu tiba, meskipun tampaknya berlambat-lambat. Waktu Allah memberi kelegaan kepada umatNya, akhirnya akan terbukti  sebagai waktu yang paling tepat.Seperti kata Firman Tuhan dalam kita Pengkhotbah 3:11 “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya” Amin

 

Semoga Menjadi Berkat Bagi Kita Semua :)

Share:

Khotbah Kebangkitan Yesus - Lukas 23:56b-24:1-12

(Dokumentasi Pawai Obor Jemaat GKI Harapan Abe Tahun 2018)   

 KEMENANGAN ATAS KEMATIAN DI DALAM KEBANGKITAN YESUS

(Lukas 23:56b-24:1-12)

Latar Belakang

Peristiwa ini merupakan kelanjutan, setelah Yesus disalibkan, lalu mati dan dikuburkan. Para perempuan-perempuan yang selalu mengikutiNya dari Galilea, mereka juga turut ikut untuk melihat kubur Yesus dan bagaimana mayatNya dibaringkan. Dan karena  rasa kasih mereka kepada Tuhan, maka setelah mereka pulang, mereka menyiapkan rempah-rempah dan minyak mur. Tetapi karena hari itu adalah hari persiapan dan sabat hampir mulai (ay. 23), maka mereka tidak dapat melanjutkan tindakan tersebut dan mereka beristirahat menurut hukum Taurat. Sehingga pada bagian berikutnya mereka pergi pada pagi-pagi sekali untuk melanjutkan apa yang tidak sempat mereka lakukan.

PenjelasanTeks

Dikatakan bahwa para perempuan-perempuan ini datang ke kubur membawa rempah-rempah yang telah mereka siapkan, dengan tujuan untuk merempahi tubuh Yesus. Ini artinya apa? para perempuan ini sadar bahwa Yesus masih ada di dalam kubur, dengan badan yang terbungkus, lalu terbaring kaku, Yesus yang telah meninggalkan mereka semua dalam kematianNya di kayu salib. Sebab apa yang hendak dilakukan oleh para perempuan ini adalah sebuah tradisi pemakaman Yahudi untuk mengurapi jenazah, menghormati  orang yang meninggal. Jadi tujuan kedatangan mereka sama sekali tidak berkaitan dengan kebangkitan Yesus, sebab itu terlihat dari tujuan mereka ke kubur Yesus. Bahkan dalam Injil lain mereka sempat saling bertanya satu dengan yang lain, tentang siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi mereka dari pitu kubur. Kondisi yang para perempuan ini temukan saat tiba adalah batu sudah terguling atau pintu ke dalam kubur itu sudah terbuka dan mayat Yesus tidak ada didalamnya. Perempuan-perempuan itu begitu terkejut, mereka bingung, heran dengan apa yang terjadi. Mereka masih berduka karena kematian Yesus, mereka sedih dengan tragedi Golgota dan kini mereka bingung dengan kenyataan di Makam Yesus. Segala pikiran yang bercampur aduk itu membuat mereka tidak mengingat dan menyadari tentang apa yang pernah Yesus katakan bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga. Malaikat hadir dan menjawab segala kebingungan mereka “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup di antara orang mati? Ia tidak ada disini, Ia telah bangkit. Malaikat itu mengingatkan mereka kembali tentang apa yang pernah Yesus sampaikan. Mereka kembali pulang unutuk menyaksikan peristiwa tersebut, tetapi bagi para murid itu hanyalah omong kosong, para murid yang lain tidak percaya. Petrus ingin memastikan sendiri apa yang terjadi sehingga ia pergi kesana, tetapi kemudian ia pulang dengan perasaan yang penuh dengan tanda tanya, apa gerangan yang sedang terjadi.

Penerapan

Lihatlah bahwa kubur telah kosong, bukan karena Tuhan di ambil orang, tetapi karena Ia telah bangkit, bukan karena Ia tidak berdaya dalam kematian melainkan karena Ia bangkit dan hidup. Peristiwa kebangkitan Yesus adalah pusat dan inti iman Kristen. Bagian ini menggaris bawahi kemenangan Yesus atas kematian dan memberikan harapan akan kehidupan kekal bagi umat manusia. Kebangitan Yesus menunjukan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, tetapi ada kehidupan kekal setelahnya. Tuhan sudah menang atas kematian, Ia menang atas kuasa maut. Dan kuasa kebangkitan itu berlaku dalam hidup kita. Ini menjadi bukit bagi semua nubuatan PL tetapi juga apa yang disampaikan Yesus, bahwa apa yang disaksikan Alkitab bagi kita bukanlah sebuah berita bohong atau omong kosong belaka seperti yang dikatakan para murid yang lain. Mungkin kita pernah ragu akan janji Tuhan, akan FirmanNya, mungkin terkadang kita juga sangat mirip dengan para perempuan ini. Kita perlu pengingat. Tuhan telah menjanjikan kita begitu banyak janji di dalam kasih dan setiaNya, namun kita cenderung lupa. Inilah salah satu alasan mengapa Tuhan terus mengingatkan kita dangan FirmanNya agar kita tidak lupa bahwa Yesus Tuhan kita adalah Tuhan yang menang atas kuasa maut. Hiduplah sebagai orang-orang pemenang yang telah dimenangkan Yesus dari kutuk dosa dan maut, hidup yang dibaharui sebagai orang-orang yang telah diselamatkan. Ini menjadi jaminan dan pengharapan hidup kita di dunia ini. Seperti sebuah pujian sekolah minggu “Sebab Dia hidup, ada hari esok. Sebab Dia hidup ku tak gentar. Karena ku tahu Dia pegang hari esok, hidup jadi berarti sebab Dia hidup” Amin

 

Semoga menjadi berkat :)



Share:

Khotbah Jumat Agung - Lukas 23:26-49


 

(Dokumentasi Camping Paskah GKI Harapan Abe Tahun 2018)

 "JALAN DERITA BAGI KEBAIKAN MANUSIA"

Bahan Bacaan : Lukas 23:26-49

Pengantar

Bapak/Ibu…
Saudara.i jemaat Tuhan, syalom…
Di dalam dunia ini, kita kenal banyak sekali jalan. Ada jalan utama/jalan raya, dengan begitu banyak sebutan nama-namanya, jln. Merdeka, jln. pemuda, jln. samratulangi, dst… kita juga mengenai jalan potong (biar lebih cepat tidak putar jauh). Di antara jalan-jalan ini, ada yang menyenangkan tapi ada juga jalan yang tidak menyenangkan. Dan jujur atau harus kita akui bahwa, seringkali kita manusia menginginkan jalan yang gampang, mudah dan tidak merepotkan, kalaupun jalan itu sulit dan susah maka kita akan mencari jalan lain yang lebih bagus. Apalagi kalau jalan itu tidak aspal baik, penuh lubang, kalau hujan itu becek minta ampun genangan air dimana-mana. Kalau jalan itu mau ke pasar karang mungkin kita bisa pilih mau putar dari jalan sana kah, dari jalan kodim dan depan sion tadi. Tapi bagaimana kalau jalan itu,adalah satu-satunya jalan menuju rumah kita… yhaa mau tidak mau harus tetap situ, biar lagi sakit hati dengan de pu jalan, tetapi tetap lewat saja… yah kalau tidak kn tidak bisa sampe rumah to ? Jalan itu harus tetap di ambil, supaya dapat sampai ke tempat atau tujuan yang kita inginkan.

Kehadiran Yesus dalam dunia ini, dengan jalan yang dinyatakan Bapa di sorga, bukanlah melalui sebuah proses jalan yang gampang dan mudah untuk dilalui. Yang selalu kita sebut dengan Jalan Penderitaan – atau Jalan Kesengsaran.Pada minggu lalu, kita sampai kepada Yesus yang ditangkap oleh imam-imam kepala, dengan pengawal dibawah pimpin muridnya yaitu Yudas. Disinilah, dimana jalan penderitaan itu dimulai.

Ia dibawa kehadapan Mahkama Agung, dibawah kepada Pilatus, lalu kepada Herodes untuk diadili atas berbagai macam tuduhan kejahatan yang tidak pernah Ia lakukan, mereka mengolok-olok Dia, mengejekNya, bahkan mempermainkan Dia(22:63). Ia dituduh, Ia dihina, kalau di ayat. 11 Lukas pakai istilh mengolok-olok dan menista. Artinya kehormatannya sebagai Tuhan dipermainkan, menjadi bahan ejekan dan candaan, seperti seeorang yang tidak memiliki harga diri, Yesus dihadapan mereka semua.
Sampai kepada saat dimana Pilatus mengambulkan permintaan banyak orang yang berteriak pada saat itu, yang meminta agar Ia disalibkan dan dihukum mati. Tindakan pertama bagi seorang yang akan disalibkan adalah dia disesah. Kita sudah melihat bagaimana penderitaan Yesus. Alat yang digunakan sangat mengerikan, ujungnya dari cemeti, dari potongan-potongan tulang dan besi, begitu dihujam ke punggung, ke tangan, dan ditarik, dagingnya akan tercabik keluar. Itu harus dilakukan sebanyak 39 kali dan banyak orang yang mengalami seperti ini, pada akhirnya mati sebelum disalibkan. Yesaya menggambarkan bagaimana keadaan Yesus pada waktu itu "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” (Yesaya 53:4-5).


Penjelasan Teks

Kemudian mereka yang akan disalibkan itu dipaksa untuk memikul salib melintasi kota menuju tempat penyaliban. Yesus jatuh bangun saat memikul salib, sehingga darah-Nya keluar begitu banyak sampai Dia tidak kuat lagi. Karena itu mereka menahan Simon dari Kirene untuk memikul  Salib Yesus. Perempuan-perempuan yang mengikutiNya menangis, mereka tidak dapat menahan kesedihan melihat bagaimana Yesus diperlakukan. Mereka menangisi sakit yang ia derita. Sesampainya di Bukit Golgota, Bukit Tengkorak, Yesus mulai disalibkan. Paku dihantam ke kaki dan tangan Yesus, betapa sakitnya Yesus pada waktu itu. Rasa sakit yang luar biasa akibat cairan yang mulai menekan jantung, membuat Tuhan Yesus berlumuran darah. Dia ditonton oleh banyak orang dan itu tidak cukup bagiNya. Semua orang yang melewati-Nya menghujat Yesus, para prajurit mempermainkan Yesus dengan membagi pakaianNya, memberinya anggur asam. Imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, tua-tua, semua menghujat Tuhan Yesus. Bahkan satu dari penyamun yang ada di sebelah Tuhan Yesus juga ikut menghujatNya.

Bapak/Ibu. Jemaat Tuhan kita bisa bayangkan ?
Bagaimana jika semua yang ditanggung Yesus, ditimpahkan kepada kita ?
Sanggupkah kita menaggungNya ? Ia disiksa sepanjang jalan, dengan mendengar cacian, makian dan hinaan, Ia berjalan memikul salib, paku dikedua tangan dan kaki menahan beban tubuhNya, dalam kesakitannya ia merasa haus, begitu banyak cairan yang keluar dari tubuhNya, mereka memberiNya anggur asam, mereka menikam lambungNya. Namun apa yang Yesus katakan “ Ya BapaKu, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Yesus terengah-engah, dan dengan suara nyaring Ia berseru "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.” (Lukas 23:46). Seketika itu kegelapan meliputi daerah itu selama 3 jam, tabir bait suci terbelah dan kepala pasukan yang melihat segala yang terjadi lalu mereka berkata "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." (Matius 27:54)

Penerapan 

Siapa diantara kita yang hari ini siap untuk mengambil jalan penderitaan sebagaimana Yesus ? Ada ? Kita tidak siap untuk mengalamiNya, tetapi kita selalu siap untuk berkompromi dengan kejahatan dosa. Lain kali, ketika kita dihadapkan pada godaan untuk berbuat dosa, mari kita berhenti sejenak dan merenungkan berbagai penderitaan yang dialami Tuhan kita di kayu salib saat Ia mencurahkan darah-Nya untuk menebus kita. Mengapa Yesus mau menanggung semua itu ? mengapa Ia mau menanggung semua penderitan ? Mengapa Ia rela sampai mati di salib ? Peringatan di Eden adalah, “Pada hari kamu memakannya (pohon terlarang) kamu pasti mati” ( Kejadian 2:17 ). Kematian rohani datang dengan segera, kematian jasmani datang bersamaan dengan kefanaan, dan kematian kekal akan menjadi akibat akhir bagi semua orang, jika Allah tidak mengutus AnakNya Yesus Kristus bagi kita. Via Dolorosa atau jalan peneritaan memiliki makna yang mendalam di hati umat Kristen atau kita orang-orang percaya, karena “jalan” yang dianggap paling hina itu harus ditempuh oleh Tuhan Yesus demi menyelamatkan umat manusia dari kuasa dosa. Sungguh sebuah pengorbanan yang tak ternilai harganya. Demi cintanya akan manusia, Tuhan rela mengorbankan nyawaNya. Namun, oleh bilur-bilurnya, manusia beroleh pengampunan dan pembebasan dari hukuman maut. Paskah tanpa via dolorosa dan pengorbanan Yesus adalah sia-sia. Karena itu, setiap kali kita memperingati Paskah, kita selalu diingatkan bahwa betapa berharganya manusia di mata Tuhan sampai Ia yang Maha Kudus itu rela mengorbankan Nyawa demi penebusan manusia dari kuasa dosa. 

Yesus pernah mengalami penderitaan sampai darah-Nya tercurah, Dia pernah diolok-olok dan mendapat hinaan dari semua orang. Yesus pernah dibelenggu, maka Dia bisa membebaskan kita yang terbelenggu. Walaupun kita rajin ke gereja dan kelihatannya sudah bersungguh-sungguh dengan Tuhan, tetapi kehidupan kita masih terbelenggu dengan: rokok, narkoba, kebiasan buruk menonton film porno, sakit hati dsb. Tuhan Yesus mampu dan mau membebaskan kita dari belenggu itu dan menanggung semua itu. Karena itu mari kita tinggalkan semua itu, dengan menghargai setiap pengorbananNya bagi kita.

Yesus pernah menanggung beban yang begitu berat yaitu salib, sebagai pengganti beban berat kita. Adakah diantara Saudara yang menanggung beban berat hari ini? Mungkin itu dalam keluarga, masalah kesehatan, pekerjaan, pelayanan, tetapi Tuhan Yesus pernah berkata “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28). Datanglah kepada Tuhan Yesus, Dia telah menaggung semua ini supaya Saudara dan saya disegarkan.

Yesus telah menunjukkan jalan yang seharusnya dilalui oleh seorang manusia yang hidup sungguh-sungguh di dalam Tuhan. Melalui ketaatan Yesus sampai mati di kayu salib, sehingga kita manusia memperoleh pengampunan dihadapan Tuhan. Kasih Kristus yang telah menyelamatkan kita seharusnya membuat kita sadar diri. Seharusnya membuat kita tertunduk malu di  hadapanNya. Tidak sepantasnya kita menjadi sombong dan angkuh dengan segala kelebihan dan kehebatan kita didunia ini. Hiduplah dengan menghargai setiap penderitaan dan pengorbanan Yesus bagi kita. Hiduplah sebagai orang-orang yang bersyukur karena telah di tebus dan diselamatkan. Amin

Semoga Menjadi Berkat :)

Share:

Percakapan Waktu Perjamuan Malam - Lukas 22:24-38

PERCAKAPAN WAKTU PERJAMUAN MALAM

Bacaan : Lukas 22:24-38

Tema : "Ciri-ciri Menjadi Murid Tuhan" (Bagian II)

(Dokumentasi Ibadah Kontekstual - Jemaat GKI Judea Wagete)


Bapak, ibu saudara-saudari Jemaat Tuhan…
Melanjutkan dari perikop sebelumnya mengenai Penetapan Perjamuan Malam
.


(Ay. 24 – 30) Bukan saja pada momen dalam misalnya Lukas pasal 9, ketika murid-murid mempersoalkan siapa yang terbesar. Tapi sampai pada perjamuan bersama Yesus mereka masih memperdebatkan tentang siapa yang terbesar. Masih menjadi perbincangan hangat dan perdebatan sampai pada pertengkaran yang terus terbawa dalam setiap percakapan para murid. Dan keadaan-keadaan seperti ini, bisa memicul timbulnya keterpecahan antara mereka satu dengan yang lain. Sebab itu dalam kesempatan ini juga, sebelum saat dimana Yesus akan ditangkap dan menjalani semua penderitaan sampai kepada kematianNya dimana Ia tidak akan ada lagi bersama-sama mereka. Ia kembali mengingakan murid-muridNya, meluruskan jalan pikiran mereka tentang konsep “Yang Terbesar” ini.
Berbeda sekali dengan konsep dunia tentang “Yang Terbesar” Sebaliknya ! Siapa yang dipandang sebagai “yang pertama” atau “yang terbesar”di antara kamu, haruslah bertingkah laku seakan-akan dialah yang paling muda; siapa yang dipandang sebagai “pemimpin”, haruslah menyadari bahwa ia seorang pelayan. Luk 9:45, di mana maksudnya ialah : siapa yang rendah hati dan bersedia untuk menjadi yang paling kecil, ia benar-benar “besar” menurut ukuran yang berlaku dalam kerajaan Allah. Dalam ayat 26 ini terdapat jalan pikiran yang sebaliknya: hendaknya seorang “pemuka” di antara kamu (menurut usianya atau pembawaannya atau jabatannya)  menjadi seolah-olah yang paling muda (sehingga misalnya, bersedia juga untuk melakukan pekerjaan yang biasa/rendah Kis.Pr 5:6,10) atau dengan kata lain hendaknya seorang “pemimpin” menjadi seorang yang sungguh-sungguh melayani. Bahkan Yesus memberikan gambaran, dengan bertanya “Sebab siapakah yang lebih besar yang duduk makan atau yang melayani meja ? bukankah dia yang duduk makan ? Tetapi Aku datang sebagai pelayan". Ini mengingatkan kita kepada perkataan Yesus dalam Injil Matius 20:28 “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”. Bahkan di dalam bagian tersebut Yesus sudah menekankan ayat 26 & 27 bahwa yang ingin menjadi besar hendaklah menjadi pelayan,dan ingin menjadi terkemuka hendaklah menjadi hamba. Yesus menegaskan pentingnya pelayanan sejati yang ditandai oleh pelayanan dan pengorbanan, bukan oleh kekuasaan dan penghargaan dunia. Pesan ini menyoroti pentingnya sikap rendah hati dan pelayanan bagi para pengikut Kristu. Itulah yang terpenting, karena dengan demikian pengikut-pengikut Yesus sekali kelak akan mendapat bagian dalam kemuliaan-Nya, sukacita dalam kerajaan Allah dan kehormatan, yakni mereka yang tetap setia kepada Yesus ditengah-tengah segala pencobaan. Ini menjadi penghiburan bagi mereka, apabila bagi mereka juga datang penderitaan,

(Ayat 31-34) Dalam bagian berikutnya di jelaskan juga, Yesus menegaskan kepada petrus bahwa, Yasus mendoakan dia supaya imannya jangan gugur atau hilang. Pengakuan Petrus adalah bentuk percaya dirinya. Mungkin kita akan menilai dari perkataan Petrus bahwa Ia  hanya omong kosong, seorang yang hanya besar mulut tetapi penakut. Namun pada bagian berikutnya akan diceritakan bahwa hanya Petrus saja yang berani mengikut Yesus kendati pun dari jauh; ia dipenjarakan sebagai pengikut Yesus; Dan menurut tradisi, pada akhirnya ia disalibkan di Roma sekitar tahun 67 diwaktu pemerintahan Nero (dengan disalibkan terbalik). Namun yang hendak ditekankan dari pernyataan Petrus adalah, bahwa ia mengandalakan dirinya sepenuhnya dan juga sesudah peringatan Yesus, Petrus pastilah masih menganggap mustahil  bahwa ia akan menyangkal Yesus. Petrus merasa dirinya sudah siap menjadi korban, karena itu dia merasa dirinya paling layak untuk menjadi yang paling penting.
Ini hal yang kita pahami, mengikut Kristus berarti menyadari kekosongan diri, menyadari ketiaadaan makna dari diri selain di dalam salib Kristus. Petrus merasa dirinya rela berkorban, tanpa tahu bahwa keyakinan kerelaan untuk berkorban itu akan membuat dia jatuh. Yesus menginginkan kita menjadi pemimpin, menjadi yang rela berkorban. Tapi Tuhan mengingatkan hal yang demikin yang harus kita waspadai, Yesus mau tekankan, jadi pemimpin berarti menyadari diri bukan siapa-siapa, jadi pemimpin menyadari bahwa diri itu tidak berarti kecuali di dalam Tuhan. Dan keyakinan Petrus itu runtuh seketika  saat dia mengatakan “aku rela mati bagiMu’, setelahnya dia menyangkal Tuhan 3 kali. Tetapi setelah itu, dalam perjumpaan bersama Yesus, ia mengalami pemulihan dan justru dengan giat dan lebih sungguh Ia melayani Tuhan, makanya Yesus bilang “Jikalau engkau sudah insyaf,kuatkanlah saudara-saudaraMu. 


(Ayat 35 – 38) Pada bagian terakhir,  sebagaimana Yesus diperlakukan, demikian juga para pengikutnya diperlakukan. Tapi Yesus mengatakan demikian karena selama ini murid-murid pergi berjuang, mereka tidak perlu takut kekurangan apa pun karena selalu ada Yesus. Yesus selalu ada dekat mereka, sehingga mereka tidak kekurangan apa pun. Tapi Yesus mengatakan “kamu akan dipanggil untuk melayani Kristus dengan keadaan seolah-olah Kristus tidak ada”, ini poin penting yang saya ingin Saudara ketahui. Kita adalah orang-orang yang mengalami keadaan seperti tidak ada Kristus waktu kita berjuang untuk Dia. Maka penyertaan Yesus itu tidak pernah berubah, tidak pernah beda, tidak pernah berubah, tapi pengalaman yang dialami para murid dan kita itu beda. PenyertaanNya tidak beda, tapi pengalaman disertaiNya beda. Karena murid-murid melayani, Yesus ada di tengah-tengah mereka waktu mereka melayani. Tapi sebentar lagi Yesus akan mati di kayu salib. Dan sejak Yesus mati sampai nanti Dia datang kembali, Dia tidak pernah menyatakan kehadiranNya secara fisik di tengah-tengah murid. Murid-murid akan berjuang seperti tidak ada Yesus.
Kalimat ini sangat mengharukan bagi saya, karena Yesus akan mengatakan kepada para murid “kamu tahu dulu kita tidak pernah kekurangan apa pun”, “betul Guru, karena Engkau ada bersama dengan kami”, “sebentar lagi Aku akan diambil dari kamu”, lalu bagaimana, haruskah murid-murid tetap bersikap sama? Tidak bisa, sekarang mereka harus bersiap untuk masuk ke dalam konflik yang besar. Apa yang harus mereka lakukan? “siapkan pundi-pundi, bawa bekal. Yang tidak punya bekal siap dengan cara menjual jubah dan membeli pedang”. Apa maksud menjual jubah dan membeli pedang? Artinya seorang yang punya kedudukan baik, dengan jubah, sekarang harus lepas jubahnya dan pegang pedang. Orang yang keadaannya tidak perlu berperang, sekarang harus perang. Seorang raja akan berperang kalau tentaranya sudah berhasil menaklukan, raja zaman itu seperti itu. Yesus mengatakan “kamu yang seharusnya tidak perang, sekarang harus perang. Jual jubahmu dan bawa pedang”. Berarti akan membawa pedang untuk menghantam orang? Ini salah tafsir. Yesus tidak mengatakan “jual jubah supaya kamu bisa bunuh orang dengan pedang”, tapi menjual jubah dan membeli pedang artinya bersiap dalam keadaan konflik.
Maka pada bagian ini Yesus mengatakan “kamu akan Aku sertai, tapi bukan dengan cara yang kamu pikir. Aku tidak berada di tengah-tengah kamu untuk mengambil kamu dari keadaan sulit. Kamu harus siap sulit, siap konflik, siap mendapatkan keadaan yang sangat susah, dan kamu harus tahu bahwa Tuhan menyertai meskipun tidak kelihatan”. Para murid akan masuk di dalam cara melayani yang baru, sekarang tidak ada lagi Tuhan Yesus. Kalau tidak ada Tuhan Yesus, maka hantaman yang mau diberikan kepada Yesus, sekarang kena kepada murid-muridNya. Kalau dulu yang kena adalah Yesus, yang ditangkap adalah Yesus, maka Yesus mengatakan “kalau Aku yang kamu cari, biarkan mereka ini pergi”. Tapi setelah Yesus tidak ada, target dari musuh Kerajaan Allah adalah murid-muridNya. Sekarang yang menjadi target dari musuh-musuh Tuhan adalah orang-orang Kristen. Tuhan dimusuhi oleh musuh-musuhNya, dan musuh-musuhNya akan serang orang Kristen. Mereka tidak akan serang Yesus, sekarang Dia sudah ada di sorga, dulu Dia sudah diserang. Dia diserang danmati, tapi Dia bangkit. Maka Yesus mengatakan kepada murid-murid, “sekarang kamu adalah target serangan. Kamu akan dibuat kacau, menderita, kamu akan dibuat imannya menjadi goyah”
Maka biarlah kita mempersiapkan diri untuk mengingat hal-hal seperti ini, bahwa meskipun keadaan kita damai dan tenang, tidak tentu keadaan akan terus begini. Akan ada saat di mana kita mempunyai keadaan sangat sulit dan kita mengerti satu hal bahwa Tuhan menginginkan kita untuk percaya kepada Dia karena kita diutus oleh Tuhan. Tuhan mengutus kita dan dalam keadaan paling sulit pun, Tuhan adalah Tuhan yang akan menyatakan penyertaanNya. Kalau kita ada dalam keadaan sulit, penuh konflik karena kita orang Kristen, kita harus tahu bahwa kita mengalami keadaan ini karena kita diutus oleh Tuhan. Tetapi kita percaya bahwa penyertaanNya itu selalu ada bagi kita.

Penerapan :
Bagaimana kita menunjukan ciri-ciri dalam karakter kita sebagai murid-murid Tuhan dalam bacaan ini ?
- Ketika kita selalu memperingati akan setiap pengorbanan Kristus dalam penebusanNya bagi keselamatan kita manusia. Kita dipanggil untuk merayakan Perjamuan Kudus atau Perjamuan Tuhan sebagai tanda persatuan  dengan Kristus dan komunitas orang percaya. Ini adalah panggilan untuk menghargai pengorbanan Kristus dan hidup dalam persekutuan denganNya. Mengingatkan kita Kasih Allah dengan menghadirkan bagi kita Yesus Kristus, memberi tubuhNya terpecah dan darahNya ditumpahkan untuk menebus dosa kita manusia tetapi juga mengingatkan  kita untuk tetap setia menjadi anak-anak Tuhan.
- Kita menyadari panggilan kita adalah untuk melayaniNya, bukan mencari keutamaan diri kita, dengan segala kemuliaan diri, tetapi belajar dari Yesus bahwa pelayanan sejati adalah pelayanan kepada orang lain. Melayani dengan rendah hari, kesetiaan tanpa mencari pujian atau kedudukan yang tinggi.
- Kita mengakui dan menyadari kekosongan diri, menyadari ketiaadaan makna dari diri selain di dalam salib Kristus. Amin

Semoga menjadi berkat bagi kita semua :)


(Sumber : Tafsiran Alkitab Injil Lukas-Dr. B.J. Boland; Pedoman Penafsiran Alkitan Injil Lukas- ‘adaptasi’ M.K. Sembiring)

Share:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Khotbah & Renungan

Roma 12 : 1 - 8 "Persembahan Yang Benar"

 "Kesehatian Dalam Persembahan Tubuh & Karunia Pelayanan" Bacaan : Roma 12 : 1 - 8                                            ...

Label

Postingan Terbaru