Blog ini berisi Khotbah dan Renungan Kristen yang dapat menolong saudara-saudara dalam mempersiapkan diri saat memimpin ibadah persekutuan. Baik ibadah jemaat maupun unsur-unsur PKB, PW, PAM dan PAR. Bahan ini semoga dapat menolong dan menjadi referensi bagi saudara-saudara. Tuhan Yesus memberkati kita semua....

Renungan Dan Khotbah

  • Kumpulan Khotbah Dan Renungan

    Blog ini menolong kalian sobat Inspirasi Kristen Dalam Mempersiapkan Bahan Khotbah dan juga Renungan serta berbagai Kreatifitas dan Games menarik yang dapat dipakai dalam setiap pelayanan

Pemberdayaan Tuhan Di Dalam Penderitan Ayub - Ayub 29:1-25

KEMULIAAN YANG DAHULU DAN KESENGSARAAN YANG SEKARANG

Bacaan : Ayub 29 : 1-25

Tema  "Pemberdayaan Tuhan Di Dalam Penderitaan Ayub"

 

Pengantar
Bapak, ibu jemaat Tuhan.....Syalom…………………
Pasti diantara kita semua yang hadir pada saat ini memiliki yang namanya kenangan indah.  Kenangan baik yang kita miliki bersama keluarga, sahabat, rekan kerja, rekan pelayanan, bersama orang-orang disekitar kita.
Kenangan indah karena hal baik yang pernah orang lain lakukan dan bri bagi kita; atau juga sebaliknya hal baik yang pernah kita lakukan dan beri bagi orang lain.Namun dapatkah sebuah kenangan baik menolong kita untuk melewati sebuah kesulitan hidup yang kita alami?
 
PenjelasanTeks
Ayub secara khusus menyaksikan bagi kita sekalian dalam pembacaan disaat ini.  Jika pada minggu lalu kita belajar bersama ketika Ayub bertanya tentang apa maksud Allah dengan semua penderitaan yang ia alami, bahkan juga semua keluh kesah, segala kepahitan yang ada di dalam hatinya diutarakan atau disampaikan kepada Allah. Pada pasal 29 ini merupakan bagian dari serangkaian pidato yang diberikan oleh Ayub dalam konteks penderitaannya. Ayub mengenang masa lalu ketika dia merasa berkat dan kelimpahan Allah sangatlah menyertainya. Ayub menggambarkan betapa makmur dan dihormatinya di diantara masyarakatnya. Dia menceritakan bagaimana dia diberkati oleh Allah dan dihormati oleh orang-orang disekeliingnya.Sesuatu yang sangat kontras/berbeda sekali dengan keadaannya yang sekarang. Kehidupa Ayub tentang kesalehannya, tentang bagaiman ia hidup bergaul dengan Allah, tentang cara hidup dari seorang Ayub, biasanya kita hanya tahu dari pasal satu kitab ini. Tetapi kali ini seperti kita melihat sebuah biografi dimana Ayub sendiri menceritakan dan menyaksikan tentang bagaimana Ia hidup, tentang keadaannya yang dulu, tentang semua keadaan baik, semua kenangan baik yang pernah di alami olehnya bersama dengan keluarganya.
 
Ujian kehidupan membuat Ayub merindukan masa lalu.
Sambil duduk di abu dan menggaruk badannya dengan sekeping beling, terkenanglah ia kepada keluarga, kekayaan, kehormatan dan segala kemuliaannya di masa lalu. Dan itulah yang tergambarkan dalam pasal 29 ini.
 

Ayub menceritakan bagaimana ia mengingat masa mudanya dimana Allah melindunginya (ay.2); dan ia benar-benar merindukan kehidupannya di dalam perlindungan Allah. Ayub menguraikan  dengan luar biasa, sekalipun ia berjalan dalam kegelapan, Allah meneranginya. (ay.3); bahkan pada ay.4 ia menggambarkan bahwa Allah itu sudah seperti seorang sahabat baginya. Kasih Allah bagi keluarganya diungkapkan dengan anak-anaknya duduk disekelilngnya (ay.5). Ketika ia keluar pintu gerbang, begitu banyak berkat diterimanya (ay.6)
 
Dari sini kita melihat dan memperoleh gambaran, betapa indahnya hidup Ayub dan setianya kepada Allah. Kita melihat bagaiaman hubungan, relasi dan kedekatan seorang Ayub dengan Allah. Tidak hanya itu… Ayub tidak hanya mengenang bagaimana ia hidup begitu dekat dengan Allah, tetapi juga ia mengungkapkan bagaimana kehidupannya dalam relasi dengan sesamanya.
 
Ketika Ayub mengingat-ingat masa lalunya; ia menyadari beberapa hal :
Pertama :

Allah mengasihinya. Allah memelihara dan menuntun Ayub dalam situasi baik (ay.5-6) dan keadaan yang buruk sekalipun (ay.3)
 
Oleh karena itu, Kedua :
Ayub bertumbuh menjadi seorang yang mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Hidupnya di abdikan untuk menolong orang-orang yang kesusahan (ay.12) menghibur mereka yang menderita (ay.13). Tindakannya senantiasa adil…..
Bagi orang tertindas ia adalah pembela (ay.14-16)  Pada zaman Ayub, seperti yang masih terjadi di banyak tempat di dunia ini, mereka yang mempunyai kekuasaan paling kecil mempunyai akses terhadap keadilan yang paling kecil. Namun Ayub tidak bekerja seperti itu. Dia takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Dan salah satu dari banyak dampaknya adalah ia menyelamatkan orang-orang miskin yang berteriak minta tolong – meskipun ia bisa melakukan sebaliknya. Tapi juga, tentang gerbang kota ay.6.  disebutkan dalam sebuah penafsiran bahwa ini adalah tempat berbisnis Di sinilah perselisihan disidangkan dan keputusan pengadilan diberikan. Dan Ayub merupakan bagian integral dari lingkungan itu. Dia mengambil tempat duduknya dalam situasi itu – yang berarti bahwa dia bertanggung jawab atas proses tersebut. Sehingga bagi orang-orang orang-orang lalim, Ayub adalah seorang hakim yang tegas.
Ketiga :
Karena kualitas hidup yang seperti itu, Ayub dihormati banyak orang. Orang muda hormat kepadanya (Ay.7-8), para pejabat, serta orang-orang petinggi pemerintah segan terhadapnya (ay.9-10). Kehadirannya yang menebarkan pengharapan, kesejukan dan sukacita selalu ditunggu dan dinantikan oleh orang lain. Ayub menyadari semuanya itu, namun ia tidak terhanyut dalam keadaan masa lalu itu (ay.24-25). Ayub merenungkan perubahan dramatis dalam hidupnya dan mencoba untuk tetapi memahami maksud dibalik penderiaan yang ia hadapi.

Penerapan
:

Jadi jika Ayub menyesali bahwa Tuhan – menurut penilaiannya – tidak memelihara dan mengawasinya. Kenangan nya di masa lalu menunjukan betapa kasih, berkat dan penyertaan Tuhan selalu ia rasakan. Kita pun menyadari bahwa kita ada sampai hari ini karena Tuhan, bagaimana mungkin kita mempertanyakan kasih dan kuasaNya, sedang ia masih mengizinkan kita untuk ada sampai dihari ini, menikmati nafas hidup yang masih ia anugerahkan, bahkan keluarga kita yang mash terus Tuhan pelihara, pekerjaan kita yang Tuhan berkati dengan segala penghasilan kita, bahkan dengan pekerjaan yang sekalipun, biar itu jual pinang kh, jualan di pasarkah, buruh kh tapi dari situlah berkat Tuhan mengalir dalam kehidupan kita, mungkin memang tidak banyak tetapi kita senantiasa berkecukupan.
Bahkan kekuatan, kesehatan… tapi juga talenta, skil/kemampuan yang kita punya…
Bukankah semuanya ini adalah pemberian Tuhan bagi kita ?
 

Ayub dengan jelas menggambarkan keberkatan dan keberlimpahan yang dia nikmati sebelum penderitaan datang. Ini mengingatkan kita untuk selalu menghargai dan bersyukur atas segala berkat yang Allah berikan dalam hidup kita sebelum masa ujian atau kesulitan,gunakan waktu dan semua potensi yang kita miliki saat ini dengan bijaksana.
Ayub membagikan bagaimana dia membantu yang lemah dan melindungi yang tertindas. Ini mengajarkan kepada kita pentingnya menjadi orang yang membantu dan berempati terhadap mereka yang membutuhkan, ketika kita memilki segala seuatu bahkan berkelebihan.
Hari ini kita hidup dimasa dimana, Kasih kepada sesama itu semakin menipis. Orang melakukan kebaikan hanya karena ada maunya saja, orang memberi hanya karena mengingkan sebuah imbalan atau supaya diperlakukan sama. Orang berbuat baik supaya diakui, supaya disenangi, hanya sebagai sebuah pencitraan. Tidak disertai dengan sebuah ketulusan hati yang benar-benar sungguh.
Marilah kita belajar seperti Ayub, sebagaimana ia hidup ketika ia memiliki segalanya,ia tidak hidup untuk dirinya sendiri. Dia tahu bahwa di sekitarnya banyak orang yang menderita, disekitarnya banyak orang yang berkekurangan, disekitarnya banyak orang yang membutuhkan pertolongan. Hari ini kita bisa makan nasi, sayur, ikan dengan lauk yang lengkap…. tapi mungkin sesama kita di dalam persekutuan jemaat ini, ada yang tidak bisa makan hari ini hanya karena sudah tidak ada lagi beras. Ada yang hendak membawa keluarganya berobat tapi tidak memiliki cukup uang akhirnya dirumah saja dengan obat seadanya. Ada yang harus membayar pendidikan anak-anaknya tetapi kesulitan dan terus menunggak sampai pada jumlah yang begitu banyak. Dari Ayub kita belajar, bahwa Tuhan memberkati kita dengan begitu banyak hal, supaya kita menjadi saluran berkat bagi orang lain. Tuhan menjawab setiap doa-doa yang dinaikan dari mereka yang berkekurangan kepadanya dengan bercucuran air mata melalui kita yang memiliki kelebihan. Itulah sebabnya kita diberkati, adalah untuk menjadi berkat bagi orang lain.
 

Nah, lalu dalam menjalani masa raya sengsara, khususnya di Minggu Sengsara ke-II ini; apa yang hendak kita pelajari melalui bagian ini. Yaitu sebagai anak-anak Tuhan/ orang-orang percaya yang sudah ditebus, kita menengok kebelakang dan melihat kembali pada Salib Kristus, melihat kembali karya keselamatan Allah di dalam anakNya Yesus Kristus yang menjalani semua penderitaan dan semua pengorbananNya, agar iman kita diteguhkan untuk menghadapi masa kini.
Kita harus mengarahkan pengharapan kita ke depan kepada janji Allah yang akan digenapinya pada waktunya. Jalanilah hidup ini dalam kasih, sehingga hidup ini berarti bagi diri sendiri, menjadi berkat bagi sesame kita dan berkenan bagi Tuhan. Amin


 Semoga khotbah ini menjadi berkat :)

 

Share:

Kesudahan Segala Sesuatu Sudah Dekat - 1 Petrus 4:7-111

Hidup Orang Kristen

Bahan Bacaan : 1 Petrus 4 : 7 - 11

Tema : "Kesudahan Segala Sesuatu Sudah Dekat"

 

Bapak/ibu/sadra.i syalom….
Hari ini kita ada dibulan yang baru, yaitu bulan November. Bulan ke 11 ditahun ini. Puji syukur bagi Tuhan, karena kasih dan anugerahNya kita boleh ada sampai di saat ini. Mengawali perenungan ibadah disaat ini, saya punya pertanyaan kecil bagi kita sekalian.
“Bapak/ibu persekutuan Ksp…… Hal apakah yang selalu kita lakukan yang begitu membuat kita sibuk dan menyita waktu kita setiap hari ?
- Apakah pekerjaan dikantor/dirumah keluarga, atau juga
- Sekolah atau mungkin HP/Media Sosial seperti Fb, Game Online, Tv
- Atau juga pelayanan


Semua itu adalah bagian dari hidup kita setiap hari. Yang akhirnya menjadi gaya/pola hidup.
Habis bangun pagi, mandi, makan pagi, ada yang ke  kantor, ke sekolah, lalu memasak, mencuci, menyiapkan makan. Setelah semua pulang ada yang langsung tidur, atau duduk cerita dengan keluarga dst…. Seperi itu  setiap harinya…..
Lalu ditengah-tengah kesibukan kita yang padat itu. Sebuah pertanyaa muncul kepada kita….
“ Bapak/ibu jika waktu hidup kita tingga satu hari lagi, apa yang akan kita lakukan?
Ketika waktu kita terbatas, maka kita harus mencari hal paling penting untuk dilakukan.
Banyak orang sudah begitu nyaman hidup di dunia ini, sehingga menganggap seoalah-olah dunia ini tujuan akhirnya. Lupa bahwa Firman Tuhan sudah berbicara kepada kita tentang kesudahan segala sesuatu.
Mari melihat nasehat Petrus kepada orang-orang pendatang yang tersebar dibeberapa kota yaitu Pontus, Galitia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinian (Pasal 1 ay.1) yang berbicara mengenai hidup orang Kristeng menghadapi akhir zaman. Petrus mengawali perkataannya dengan kalimat “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat” Lalu kemudian ia melanjutkannya dengan nasehat tentang apa yang harus dilakukan sambil menanti akan waktu kesudahan itu tiba.
 
Bagaimana kita harus menyiapan diri  ?
Pertama :
- Kuasailah dirimu supaya kamu dapat berdoa

Kuasailah dirimu…
Akhir-akhir ini ada banyak kejadian yang dapat memancing kita berbuat dosa. Banyak orang begitu mudah marah, mudah terpancing untuk melakukan hal-hal yang jahat. Jika kita menyelidiki, mungkin salah satu jawaban yang bisa ditemukan adalah karena “kita tidak mampu menguasai diri”. Kemudian dilanjutkan dengan “Jadilah tenang”. Tenang adalah kebutuhan semua orang. Karena tanpa ketenangan orang tidak akan mampu menjalani hidup dengan baik. Coba bayangkan kalau kita hidup didalam rumah yang hari-hari, Bapa tukang batariak, mama tukang batariak, anak-anak juga. Itu yang ada tiap hari bisa rebut trus. Karena itu menjadi tenang itu penting.
 
Supaya apa ? Supaya kita dapat berdoa.
Jadi dalam hal berdoa pun kita tidak bisa asal berdoa, seenaknya saja. Ketika seseorang tidak bisa menguasai dirinya dan menjadi tenang ia tidak akan pernah bisa berdoa dengan baik. Pikirannya ini akan terganggu dengan hal-hal yang mungkin baru saja terjadi, atau pikiran-pikiran yang lain… Jadi mata ini tertutup, mulut ini mengucapkan doa tapi pikiran ini ada lari ke pekerjaan kantor, pakaian-pakaian kotor dirumah, tugas-tugas sekolah yang belum selesai.
 
Doa bukanlah sesuatu hal yang biasa saja. Doa adalah saat dimana kita membangun hubungan dengan Tuhan. Paulus mengawali nasehat bagaimana orang Kristen seharus menghadapi akhir zaman yaitu dengan cara berdoa. Kemarin dalam ibadah kunci bulan, saya sempat bertanya bagi jemaat yang ikut beribadah “Berapa kali kita berdoa dalam sehari ? 1 kali, 2 kali, ataukah saat hendak makan dan berpergian saja ?Keberadaan orang-orang percaya ditengah-tengah dunia ini, tentu untuk tetap setia dan taat bukanlah hal yang mudah.
- Mau belajar sabar, sebentar ada saja yang bikin tong marah
- Mau belajar senyum dan sukacita, tapi anak-anak bikin emosi
- Mau belajar memberi tetapi kita pun punya banyak kebutuhan
- Mau belajar mengasihi, namun kita pernah diperlakukan tidak baik, membuat kita sakit hati akhirnya sulit untuk mengampuni
Namun ini semua adalah tantangan, yang dapat membuktikan dan menunjukan sejauh mana kita beriman kepada Tuhan. Karena itu persekutuan kita dengan Tuhan dalam doa-doa pribadai dapata menjadi kekuatan bagi kita. Hubungan dengan Tuhan dulu kita bangun, barulah itu mengalir, dan terlihat kepada sesama kita, yaitu :
- Mengasihi
- Memberi tumpangan tanpa bersungut-sungut
- Melayani seorang akan yang lain dengan karunia yang kita miliki.
Kedua :
- Kedua yaitu kasih yang sungguh-sungguh.
Seperti contoh yang sebelumnya tadi. Saat ada yang buat kita marah, emosi, sakit hati dst… Rasa kasih itu akan memampukan kita untuk bertahan ditengah kekecewaan dan menolong kita untuk tetap melakukan kebaikan. Berusaha memahami masalah dan persoalan dari sudut pandang orang lain. Kasih memampukan seseorang untuk tidak mencari-cari atau membesarkan kesalah orang lain. Karena itulah Petrus katakana disini sebab kasih menutup banyak sekali dosa. Bentuk kasih yang lain juga terlihat/nampak dari keramahan kita pada orang asing. Petrus berbicara mengenai keramahan kepada orang asing yang memutuhkan tumpangan yang merupakan budaya pada saat itu.Jika orang asing saja pantas diperlakukan begitu, apalagi kita sesame orang-orang percaya didalam persekutuan. Bukankah kasih itu harus lebih nyata terihat ?
Amsal 3 : 11 & 12 katakan begini “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu : “pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,” sedangkan yang diminta ada padamu.
 
Lalu kita diminta untuk melayani satu dengan yang lain sesuai karunia yang kita peroleh. Dalam pelayanan-pelayanan yang telah Tuhan percayakan, juga dengan karunia-karunia yang Tuhan berikan. Pakailah itu untuk saling menopang satu dengan yang lain dalam persekutuan. Banyak orang terjebak dengan segala kesenangan dan kenikmatan hidup di dunia ini. Dan lupa bahwa Yesus bisa datang kapan saja. Bisa besok, atau minggu depan, atau tahun depan. Yesus sendiri pernah menubuatkan bahwa pada hari-hari terakhir, orang-orang seperti biasa, akan makan dan minum, kawin dan mengawinkan, menghasilkan banyak uang untuk diri sendiri, mencari nama dan kehormatan.
Karena itu semua ini penting bagi kita dan inilah yang harus kita lakukan sambil menantikan kedatangan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Sehingga pada akhirnya, ketika Ia datang kembali, kita semua akan diubahkan. Dari tubuh yang hina ini menjadi tubuh yang mulia, didalam kemuliaan Kristus. Ingatlah bahwa bumi bukanlah tempat dimana kita menghabiskan waktu dan hidup kita selamanya, kita adalah orang asing dan pendatang dibumi ini yang merindukan tanah air kita, tanah air sorgawi. Seperti bacaan kita pada minggu yang lalu. Karena Yesus katakan :
"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:21). Amin
 
Semoga renungan ini menjadi berkat :)

Share:

Abraham Teladan Pembaharuan Iman - Kejadian 15:1-21

 PERJANJIAN ALLAH DENGAN ABRAM; JANJI TENTANG KETURUNANNYA

Bahan Bacaan : Kejadian 15:1-21

TEMA : ABRAHAM TELADAN PEMBAHARUAN IMAN

 

Pengatar !
Bapak Ibu, Sdra.i Jemaat Tuhan.. Syalom…

Berbicara tentang perjanjian…
Kata janji sendiri adalah sebuah kata yang begiru dekat dengan kehidupan manusia. Banyak kita sering atau bahkan selalu mendengar tentang janji, dan bahkan kita sendiri pun sering mengucapkan kata janji.Dalam kehidupan berumah tangga, ketika diteguhkan dalam nikah yang kudus, ada janji, dalam kehidupan pekerjaan ada janji, juga dalam kehidupan bertetangga, berteman dst.., bahkan jua dalam kehidupan muda-mudi ada janji yang dong biasa bilang janji sehidup semati – Dari sekian banyak janji, perosalannya Cuma satu, yaitu apakah janji itu ditepati atau tidak. Hanya itu persoalan tentang jani. Dan memang sering kali terjadi, janji manusia lebih banyak yang tidak ditepati. Lalu bagaimana jika yang berjanji itu adalah Allah sendiri ?Bagaiaman bisa kita percaya akan janji-janji Allah dalam hidup kita ? Mari kita melihat bacaan kita disaat ini…
 
Isi
Siapa diantara kita yang baru pertama kali mendengar nama Abraham ?
Nama yang sudah tidak asing ditelinga, dan kalau kita mendengar nama ini, kita tahu bahwa ia adalah orang yang begitu terkenal dalam kisah Alkitab karena Imannya, disebut sebagai bapa orang beriman, ia juga adalah leluhur dari bangsa Israel. Tetapi pernahkah Abraham mengalami keraguan ?
 Pada ayat 1 dimulai dengan Firman Tuhan kepada Abram yang mengatakan “Jangan takut”. Apa yang menyebabkannya takut?  dia baru saja mengalahkan beberapa raja yaitu kemenangan besar atas Kedorlaomer dan tiga raja timur lainnya (Kej. 14 : 14 -15) bahkan membuat ia mendapat pengakuan dari raja kafir Sodom. Tetapi ketakutan apa yang menghantui iman abram pada saat kemenangan itu ?Allah tahu bahwa Abram merasa takut, memang ia sudah menang, tetapi apa yang kemudian terjadi ? Ia sudah membuat musush yang banyak dan merasa kuatir akan pembalasaan yang akan ia terima kelak dari pertempuran itu.Itulah mengapa, Allah mengatakan “Jangan takut, Akulah Perisaimu. Perisai adalah alat untuk melindungi diri dari serangan musuh. Dan secara tidak langsung Allah hendak mengatakan bahwa Ialah yang akan menjadi pelindung bagi Abram.
Tetapi setelah itu apa respon Abram ?

Ketika Abram mengalami ketakutan akan apa yang akan terjadi dihari depan, ketika Ia mengalami keragu-raguan, Tuhan Allah memberikan kepada-Nya apa yang Ia butuhkan dengan mengadakan suatu perjanjian. Ayatnya yang ke 9 & 10, Tuhan meminta kepadanya membawa beberapa ekor binatang yaitu lembu, kambing betina, domba jantan, burung tekukur dan anak burung merpati. dan yang menarik adalah di ayat berikutnya, Abram langsung memotong binatang tersebut, padahal di ayat 9 Tuhan tidak memintanya.
Mengapa karena Ia tahu bahwa Allah hendak mengadakan perjanjian dengan-Nya. Abram tidak harus Tanya, Tuhan saya bawa ini mau buat apa ?
Ia langsung mengerjakan apa yang harus ia kerjakan.
Abraham tahu bahwa Tuhan Allah hendak mengadakan perjanjian dengannya, perjanjian yang mengikat dengan menggunakan binatang. Seperti yang dikatakan dalam Yeremia 34 : 18 “Mereka memotong binatang menjadi dua, diletakan dikiri dan kanan, lalu mereka berjalan ditengahnya” Dengan berjalan ditengah-tengahnya, mereka sedang mangatakan, saya sedang mengidentikan diri saya dengan binatang-binatangyang terbelah ini, bahwa akan ada konsekuensi jika mereka gagal dalam perjanjian itu.

Sangat luar biasa sekali bapa/ibu, Sdrai jemaat Tuhan…
Saya ketika membaca bagian ini, terlebih khusus pada saat bagaiamana Allah mengadakan perjanjian dengan Abram, begitu sangat menyentuh. Allah tidak hanya sedang mengikat diriNya dengan manusia dalam suatu perjanjian tetapi Allah sedang menunjukan kasihNya, kesetiaanNya yang begitu sangat luar biasa, yang kadang kala sering kita manusia mempertanyakan itu. Di mana Allah  ? dimana janji-janjiNya? Dimana kasih dan setiaNya itu ?

Penerapan
 Lalu apa yang hendak kita belajar dari bagian ini, sebagai umat yang juga percaya kepada Tuhan seperti halnya Abram, apa pesan Firman Tuhan untuk kita dihari ini :
 
- Ketika kita dalam situasi dimana kita baru mendengar janji Tuhan, atau ketika kita setelah mendengar Firman dihari ini, kita menjadi dikuatkan, atau mungkin ketika kita merasakan janji Tuhan terjadi dalam kehidupan kita, kita pasti memberikan respon iman yang baik, ucapan syukur, pujian kepada Tuhan.
Namun bisakah kita tetapi memberikan respon iman yang baik, ucapan syukur dan pujian kepada Tuhan, ketika reealita dunia ini sepertinya jauh sekali dengan janji yang telah kita dengar.
- Karena itu hari ini kita mau belajar dari Abram, kita belajar bagaiamana kita harus hidup diantara realita dan kenyataan dunia ini dengan janji Tuhan. Mari kita belajar percaya seperti Abram. Percaya akan setiap janji yang diFirmankan Allah. Ketika kita mengalami masalah, tantangan dan pergumulan yang begitu berat, lalu kita membaca Firman Tuhan, kita melihat janji Tuhan didalamNya. Percayalah itu semua bukan hanya sebatas kata-kata biasa yang tertulis disana, melainkan Firman Allah, yang disampaikan Allah sendiri bagi kita. Percayalah bapa/ibu, jemaat Tuhan Ketika Allah menepati janjiNya, Ia memberikan bukan sekedar apa yang kita inginkan, tetapi apa yang kita butuhkan. Kisah dan peristiwa yang tadi kita baca dan renungkan, itu adalah perjanjian antar Allah dengan Abram yang sudah mati ribuan tahun yang lalu. Lalu bagaimana dengan kita ? Sebenarnya kita jauh lebih dikuatkan daripada Abram, karena kita sudah melihat bagaimana Allah menggenapi janji-janjiNya.
     Seperti bunyi 2 Petrus 3 : 9a. Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalalian. Percayalah bahwa Allah yang kita percayai didalam Yesus Kristus yang menjanjikannya adalah setia. Amin
 
Semoga Khotbah Ini Menjadi Berkat :)

 

 

 

 

 

Share:

Setiakah Kita Menanti Janji Tuhan ? - Kejadian 16:1-16

 

HAGAR DAN ISMAEL

Bahan Bacaan : Kejadian 16:1-16

 

                              "Tema : Setiakah Kita Akan Menanti Janji Tuhan" ?


Pengantar
Sebuah pertanyaan mengawali perenungan di saat ini.
Pernakah kita menantikan sesuatu yang menjadi harapan dan kerinduan kita ? Apa yang kita lakukan dalam masa-masa penanti itu ?
Di minggu yang lalu kita merenungkan tentang Abram yang dipanggil Allah dan diberikan janji berkat Kejadian 12 khususnya ayat 2 & 3. Berkat bagi Abram yaitu, pertama : Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar; kedua :  Memberkati engkau serta membuat nama mu masyhur; ketiga : Dan engkau akan menjadi berkat.

Isi

Dan pembecaan kita disaat ini, juga berkaitan dengan janji Allah kepada Abram yaitu tentang keturunan. Janji tentang keturunan bagi Abram direncanakan Allah. begitu pula untuk waktu dan masanya juga ada di dalam kendali  Allah. Karena itulah untuk menantikan akan janjiTuhan ini, komitmen untuk tetap taat dan setia sangat diperlukan. Bukan saja bagi Abram, tapi juga bagi isterinya sarai. Namun kita melihat sebuah hal yang berbeda disini. Saat Sarai merasa sudah tua usianya dan tidak mungkin melahirkan anak, ia tidak punya harapan lagi mengenai kegenapan janji Allah kepada Abram tentang keturunan.


Rasa frustasi ini kemudian menghasilkan sebuah tindakan tanpa bertanya pada Tuhan, sebuah tindakan berdasarkan pemikirannya sendiri, sesuai dengan kondisi dan keadaan yang ia alami. Sebuah tindakan yang menurut Sarai,  inilah solusi yang dapat daua lakukan, inilah jalan yang dapat saya ambil untuk persoalan di dalma rumah tangga saya. Tanpa bertanya pada TUHAN, sarai menyarankan Abram suaminya untuk pergi menghampiri hambanya Hagar untuk memiliki anak darinya.
 
Bagi bangsa Israel, keturunan/anak adalah bagian penting dari rumah tangga. Anak-anak diperlukan untuk melestarikan rumah tangga. Dalam konteks Patriakhat “Tujuan memiliki isteri adalah untuk memiliki anak laki-laki yang kemudian sebagai penerus, yang meneruskan kelanjutan kekuasaan. Dna kalau bicara tentang pentingnya keturunan/anak dalam kehidupan bangsa Israel. Kita melihat bukan saja kisah Sarai dan Hagar, tetapi juga kita ingat tentang bagaimana kisa dar Hana dan Penina. Hana yang selalu disakiti hatinya oleh Penina membuat pergumulan tentang seorang anak ini, selalu ia baawa kepada TUHAN dengan penuh air mata. Karena itu kita melihat persoalan untuk memiliki keturunan ini, bukanlah sebuah hal/perkara yang mudah bagi seorang perempuan yang hidup pada masa itu. Dan saya kira, bukan terjadi bukan terjadi pada konteks Israel saja, tetapi juga terjadi pada kita hari ini. Bagaimana seorang Istri/menantu perempuan dalam sebuah keluarga tidak bisa memiliki seorang anak. Ia akan merasa tekanan-tekakan dari keluarga-keluarga khususnya keluarga dari pihak suaminya, mertuanya, atau bahkan juga suaminya sendiri.
 
Sehingga ini menjadi sebuah beban, menjadi hal yang terus menerus terbawa dalam pikiran dan batin Sarai sehingga dia mengambil tindakan dan jalan keluar yang menurutnya benar. Dan jika kita melihat kelanjutan dari tindakan Sarai mendatangkan penderitaan baginya sendiri. Karena ia merasa tidak dihargai dan dihormati Hagar settelah Hagar mengandung. Sarai merasa Hagar telah menggeser posisinya. Akhirnya singkat cerita, Sarai mengadukan peristiwa ini kepada Abra, Hagar ditindas sehingga melarikan diri, tetapi dalam pelariannya itu Malaikat TUHAN menampakan diri kepada Abram, memberitahukan 3 berkat bagi keturunan Abram dari Hagar sera memberinya nama. Inilah yang kemudian menjadi kekuatan bagi Hagar untuk kembali ke rumah tuannya.
Pengalaman perjumpaan Hagar membuat Ia memanggil nama Tuhan dengan sebutan El-Roi yang berarti “Bukankah disini kulihat Dia yang melihat aku?” dan orang menyebut tempat itu dengan nama Lahai-Roi.

 
Penerapan

1. Penantian akan janji Tuhan dalam kehidupan kita.
Menanti bukanlah kegiatan yang menyenangkan bagi kebanyakan orang. Ketika seseorang menanti, ia menghadapi ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi. Apalagi kalau masa penantian itu begitu lama. Tidaklah mengherankan jika ada orang yang akhirnya menyerah dan mengambil jalan pintas. Ketidaktaatan Sarai menantikan penggenapan janji Allah membuat Dia bertindak menurut kehendakNya.
2. Allah memperhatikan segala keberadaan hidup kita.
Pengalaman dan pengakuan Hagar ini yang seirngkali kita lupakan. Dimanapun kita ada, Tuhan melihat kita dalam pelarian-pelarian kita sebab persoalan hidup yang kita berat. Bagaimana anak itu diberi berkat tetapi juga nama menunjukan bahwa Tuhan tidak pernah membiakan umatnya sendiri. Ia selalu ada, memimpin kita kepada apa yang seharusnya kita buat dan menolong kita untuk bertindak kepada sesuatu yang benar yang mendatangkan berkat atas kehidupan kita. Amin

 Semoga khotbah ini menjadi berkat... :)

Share:

Hikmat Allah Dan Hikmat Manusia - I Kor. 1:18-31; 2:1-5

 

HIKMAT ALLAH DAN HIKMAT MANUSIA

Bahan Bacaan : 1 Korintus 1:18-31 2:1-5

Tema : "Yesus Kristus Hikmat Allah, Membenarkan, Menguduskan & Menebus Manusia".

Pengantar

Bapak/Ibu Jemaat Tuhan Syalom…
Surat Pertama Korintus merupakan salah satu surat yang ditulis oleh dan ditujukan kepada jemaat di Korintus, sebuah kota di Yunani yang pada waktu itu merupakan salah satu kota perdagangan terbesar di dunia sebab kota itu adalah kota pelabuhan. Sebagai seorang Rasul, Paulus melakukan perjalanan ke berbagai kota untuk memberitakan Injil dan mendirikan jemaat-jemaat baru. Korintus adalah salah satu kota yang dia kunjungi dalam perjalanannya dalam keadaan di mana jemaat di Korintus sedang mengalami berbagai permasalahan internal yang mempengaruhi kehidupan rohani mereka. Hal-hal seperti perpecahan dalam jemaat, perselisihan atas ajaran-ajaran Kristen, dan sifat-sifat duniawi yang telah merasuki jemaat menjadi masalah yang dihadapi oleh Paulus. Oleh karena itu, Paulus menuliskan surat ini untuk memberikan nasihat, teguran, dan pengajaran kepada jemaat di Korintus agar mereka bisa memperbaiki keadaan mereka dan hidup sesuai dengan ajaran Kristus.

Isi
 
Kata sambung “sebab” di awal ayat 18 mengindikasikan bahwa ayat 18-25 memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan bagian sebelumnya. Bagian ini merupakan penjelasan terhadap apa yang sudah disinggung di ayat 10-17. Secara khusus, bagian ini menjelaskan ayat 17b “itupun bukan dengan hikmat perkataan supaya salib Kristus tidak dikosongkan kuasanya”. Surat I Korintus 1:18-31;2:1-5 menunjukkan kepada kita hikmat dan kekuatan Allah yang terwujud dalam diri Yesus Kristus. Ayat-ayat ini menggambarkan betapa kuatnya kekuatan salib Kristus dalam mengubah dan menyelamatkan manusia. Dan itulah mengapa kemudian Sinode GKI di Tanah Papua memilih bagian ini untuk menghatarkan kita memasuki masa raya sengsara yang sedianya dimulai pada minggu depan. Mengajak kita untuk melihat dan memandang kepada Salib Kristus
Cukup menarik jika kita membaca keseluruhan perikop ini, tentang penjelasan Paulus mengenai Salib dan juga mereka yang menganggap Salib sebagai kebodohan karena hikmat yang mereka miliki. Paulus memiliki suatu uraian argumentasi yang sangat indah dalam menjawab pertayaan orang Yahudi dan Yunani tentang makna Salib itu. Bagi mereka yang ada dalam kelompok orang-orang Yahudi kita tahu bahwa bukan saja terjadi pada zaman Paulus tetapi ini seringkali terjadi pada masa ketika Yesus masih di dalam dunia dan melakukan pelayananNya. Mereka selalu datang kepada Yesus dan memintanya memberi tanda untuk mencobai Dia bahkan juga meminta tanda bahwa benar dialah Mesias. (Mrk. 8:11; Luk. 11:16; Yoh. 6:30),  Karena Mesias yang mereka harapkan adalah seorang pemimpin yang perkasa, yang diurapi, yang dapat memimpin dan membebaskan mereka dari belenggu penjajahan romawi pada saat itu. Menurut mereka, kematian Yesus di kayu salib menunjukkan bahwa Dia tidak mampu menyelamatkan diri-Nya sendiri, apalagi mau menyelamatkan bangsa Yahudi. Karena itu ketika Allah menyatakan karyaNya melalui seorang Yahudi yang tersalib tentu bagi mereka ini adalah suatu kebodohan.
Di sisi lain, orang-orang Yunani yang menyukai “hikmat” (bdk. Kis. 17:21) melihat berita salib sebagai kebodohan. Sebagian dari mereka mungkin mempercayai konsep seorang dewa yang menjadi manusia (walaupun sebagian dari mereka – terutama di kalangan filsuf – menganggap hal ini sebagai mitos), namun konsep yang mereka pegang berbeda dengan inkarnasi Yesus. Dewa yang menjadi manusia tidak mungkin mengalami kematian. Di samping itu, kematian di atas kayu salib hanya dikhususkan bagi para penjahat yang biadab. Bagaimana bisa Allah menjadi manusia, mati dan dengan cara disalib? Semua ini jelas sulit diterima oleh orang Yunani.

Penerapan

Rasul Paulus Paulus menyadari bahwa konsep keselamatan melalui salib merupakan hal yang sulit diterima oleh orangorang pada jamannya, baik orang Yahudi maupun Yunani. sehingga menganggap itu sebagai suatu kebodohan. Karena itulah karena hikmat yang mereka miliki yang disebutkan Paulus sebagai hikmat manusia telah membuat mereka tidak dapat mengenal Allah (ay.21). Tetapi bagi mereka yang percaya Kristus adalah Hikmat Allah dan Kekuatan Allah. Hikmat Allah bukan hanya sekedar pengetahuanNya yang sempurna, melainkan juga termasuk rencanaNya yang sempurna bagi manusia, pimpinanNya bagi sejarah manusia dalam karya keselamatanNya di dalam Yesus Kristus. Amin

Share:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Khotbah & Renungan

Roma 12 : 1 - 8 "Persembahan Yang Benar"

 "Kesehatian Dalam Persembahan Tubuh & Karunia Pelayanan" Bacaan : Roma 12 : 1 - 8                                            ...

Postingan Terbaru