Blog ini berisi Khotbah dan Renungan Kristen yang dapat menolong saudara-saudara dalam mempersiapkan diri saat memimpin ibadah persekutuan. Baik ibadah jemaat maupun unsur-unsur PKB, PW, PAM dan PAR. Bahan ini semoga dapat menolong dan menjadi referensi bagi saudara-saudara. Tuhan Yesus memberkati kita semua....

Renungan Dan Khotbah

  • Kumpulan Khotbah Dan Renungan

    Blog ini menolong kalian sobat Inspirasi Kristen Dalam Mempersiapkan Bahan Khotbah dan juga Renungan serta berbagai Kreatifitas dan Games menarik yang dapat dipakai dalam setiap pelayanan

Roma 12 : 1 - 8 "Persembahan Yang Benar"

 "Kesehatian Dalam Persembahan Tubuh & Karunia Pelayanan"

Bacaan : Roma 12 : 1 - 8

                                         (Dokumentasi Setelah Ibadah Tahun Baru - GKI Pengharapan Sibena Permai)

Pengantar

Jemaat yang di kasihi Tuhan Yesus Kristus, shalom…
Hari ini kita ada pada hari ke-47, minggu ke-7 bulan Februari Tahun 2025. Dan disepanjang Triwulan I (Januari – Maret) kita akan belajar dari Firman Tuhan, dengan tema Triwulan yaitu “Sehati Dalam Hikmat Allah Menyembah Bapa, Anak & Roh Kudus”.
Dan Firman Tuhan yang menjadi dasar dalam minggu ini dari Roma 12:1-8 memberi arah pengajaran untuk kita sehati dalam hal penyembahan kepada Allah dalam 3 aspek :
-    Pertama, Persembahan tubuh
-    Kedua, Ibadah yang dikehendaki Allah
-    Ketiga yaitu Fungsi karunia dalam persekutuan
Sebab itu, Sinode GKI di Tanah Papua kemudian memberi tema bacaan  ini : “Kesehatian Dalam Persembahan Tubuh & Karunia Pelayanan”. Keseluruhan kitab Roma khusunya pasal 12- 15 ini membahas tentang Kekristenan dalam praktek. Pasal-pasal sebelumnya 1 – 11; adalah bagian-bagian dari Surat yang isinya asas-asas dan persoalan-persoalan. Paulus telah menguraikan secara mendalam tentang bagaimana orang dapat menjadi benar dan tetap dalam kebenaran dihadapan Allah. Dan sekarang Ia menerangkan hidup beriman dalam keadaan sehari-hari dan untuk menekankan pada pembaca kewajiban untuk hidup secara Kristen. 

Isi

Jemaat sekalian, hampir semua bentuk ibadah yang dilakukan mulai dari ibadah anak sekolah minggu, pemuda, kaum ibu, kaum bapak, lansia, ibadah hari minggu, ibadah keluarga dan lainnya melakukan pemberian persembahan sebagai korban syukur dan menjadi bagian dalam liturgi ibadah. Persembahan yang diberikan itu, dimaknai sebagai suatu bentuk penyataan iman dalam rasa syukur kepada Tuhan atas segala kasih dan berkat Tuhan yang dirasakan dalam hidup baik pribadi, keluarga dan persekutuan. Apa yang kita berikan hari ini sebagai persembahan bagi Tuhan ?
Kita memberi persembahan dalam bentuk uang untuk kemudian dipakai untuk menopang pekerjaan pelayanan/GerejaNya. Kita juga kenal hari ini dengan persembahan natura dalam ibadah kontekstual minggu ke-4.

Namun jika kita mendalami bagian Firman Tuhan disaat ini, yang berbicara tentang persembahan yang benar sesuai perikopnya, maka akan kita temui bahwa Paulus menekankan persembahan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah. Dalam ibadah PL dalam kurban bangsa Israel… tubuh binatang yang hidup dimatikan untuk dipersembahkan di Mezbah Allah sebagai korban persembahan. Dalam PB Kristus menjadi Anak Domba Allah yang dipersembahkan untuk keampunan dosa manusia. Sehingga konsep memberi persembahan kepada Tuhan hari ini, tidak lagi berupa menyembelih hewan/korban untuk korban penghapusan dosa/korban keselamatan. Tetapi sebagai bentuk respon Iman kita kepada Allah di dalam Kristus atas pengorbanannya dan karya keselamatannya yang kita terima.
Penekanan Paulus tentang mempersembahkan Tubuh yang dimaksudkan pada ayat 1, tidak terlepas dari makna kata mempersembahkan…. “parastesai” – menyerahkan hidup kita – segenap jiwa dan raga. Namun tidak hanya itu, apa yang kita persembahkan itu mesti kudus dan berkenan kepada Allah. Itulah ibadah yang sejati. Karena mempersembahkan tubuh atau hidup kita pada Tuhan sebagai ibadah itu berarti bentuk sebuah pengabdian diri. Mengabdikan seluruh hidup kepada Tuhan. Jadi sebenarnya, bagian ini mau memperluas pemahaman kita tentang persembahan,….tentang ibadah… yang tidak terbatas hanya dalam unsur liturgis, atau di dalam gedung gereja bahkan persekutuan. Ibadah yang sejati ialah mempersembahkan tubuh kita kepada Allah dan semua yang dikerjakan oleh tubuh itu setiap hari sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah dan berkenan kepadaNya.

Hidup beribadah seperti itu, lanjut Paulus menuntut perubahan hidup secara radikal. Ayat selanjutnya ayat 2, kita tidak boleh menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi sebaliknya harus berubahlah oleh pembaharuan budimu. Untuk menyatakan gagasan ini Paulus menggunakan istilah Yunani yang akan saya jelaskan secara sederhana bagi kita saat ini. Istilah yang dipakai Paulus yaitu schema yang artinya bentuk luar yang selalu berubah-ubah dari tahun ke tahun dan dari hari ke hari. Jadi seseorang tidak sama ketika ia berumur 17 tahun dengan ketika ia berumur 70 tahun; tidak sama ketika ia berpakaian untuk bekerja dan ketika ia berada di rumah. Schema itu terus menerus berubah. Oleh karena itu Pulus berkata, “Janganlah berusaha menyesuaikan kehidupanmu kepada kebiasaan-kebiasaan dunia; jangan menjadi bunglon yang warnanya berubah-ubah, menurut lingkungannya. Kita tidak boleh menggunakan ketentuan-ketentuan dunia ini sebagai pedoman utama kita untuk bertindak, atau menjadikan kesukaan dunia ini sebagai tujuan akhir. Tetapi perubahan itu haruslah dalam rana pembaharuan budi, pembaharuan pikiran. Sehingga kemudian, kita dapat membedakan mana  kehendak Allah dan yang bukan kehendak Allah, apa yang baik dan yang tidak baik, dapat membedakan yang berkenan kepada Allah dan yang tidak berkenan kepada Allah; membedakan yang sempurna dan yang tidak sempurna.
Sehingga kecenderungan kita untuk terpengaruh, terbawa arus dengan semua yang ada dan ditawarkan oleh dunia dapat kita batasi karena apa ? Karena kita tahu batasan kita sebagai orang-orang percaya. Kita tahu ini yang Allah kehendaki dan ini yang tidak boleh kita lakukan dalam hidup kita karena tidak dikehendaki Allah.
Sehingga bagian ini memungkinan Jemaat di Roma tetapi juga orang-orang percaya untuk mempersembahkan tubuh mereka, bukan untuk berbuat dosa sebagai alat kejahatan, tetapi kepada Allah sebagai korban yang hidup dan untuk menggunan pikiran yang tidak berpusat pada daging, tetapi pada Roh, untuk dapat membedakan perbuatan-perbuatan seperti apa yang menyenangkan Allah.
Dengan demikian, maka ini akan terlihat atau nampak dalam kehidupan orang-orang percaya yang di gambarkan Paulus dengan tubuh manusia, yang meskipun banyak anggota tetapi satu tubuh dalam Kristus. Dan sama seperti banyak anggota dengan berbagai fungsinya yang berbeda, demikian karunia-karunia yang berlainan dianugerahkan  Tuhan, yang meskipun berbeda-beda namun semuanya itu berguna untuk pelayanan bagi Tuhan.
Disebutkan tujuh jenis karunia, yang bekerja dengan saling membantu dalam fungsinya di tengah persekutuan. Karunia bernubuat dalam artian sebenarnya mengarah kepada (berkhotbah/memberitakan Firman); karunia melayani, mengajar, menasehati; membagi-bagikan sesuatu; memimpin dan juga menunjukan belas kasihan. Tubuh yang telah dipersembahkan kepada Tuhan; hidup kita yang kita persembahkan harus benar-benar secara totalitas. Selain dari pembaharuan pola pikir kita, menjaga batasan hidup kita dari segala rupa dunia, dengan melakukan kehendak-kehendak Allah tetapi juga memanfaatkan segala potensi atau karunia yang Tuhan berikan untuk pekerjaanNya, bagi pelayananNya dan bagi Kemuliaan NamaNya. 

Penerapan

Sehingga persekutuan, Firman Tuhan hari ini mengajarkan kita semua saya calon pelayan, bapak/ibu majelis/ bapak/ibu. sdar.i jemaat Tuhan :
1.    Mari merenungkan kembali persembahan apa yang kita bri pada Tuhan ? Apakah persembahan-persembahan kita berkenan dan menyukakan hati Tuhan sebagai sebuah ibadah yang sejati ?
Kita ingat bacaan Firman Tuhan di tanggal 19 Januari 2025 – Dari Kitab Mazmur 150:1-23. Tuhan Allah bilang….. semua yang Israel persembahkan adalah milik kepunyaanNya; lembu, kambing jantan, segala binatang hutan dan yang bergerak dipadang.
- Yang mengingatkan umat Allah bahwa ibadah tidak hanya tentang ritual korban, tetapi tentang ketaatan dan hati yang bersyukur.
- Menegur kemunafikan orang-orang Israel yang menjalankan ibadah secara lahiriah tetapi tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah.
- Mengajarkan bahwa Allah menghendaki hubungan yang sejati dengan umat-Nya, bukan sekadar formalitas agama.
Sebab itu mari kita menyadari bahwa, hidup kita yang kita persembahkan kepada Tuhan jauh lebih berarti daripada persembahan yang kita bawa dan berikan kepada Tuhan.  Jadi jang bilang – sa tra datang ibadah jadi ss titip persembahan, atau ss tra datang ke ibadah karena trada persembahan. Hidup dan diri kita inilah persembahan bagi Tuhan.
Apa yang kita berikan bagi Tuhan dari segala kelebihan dan kekurangan kita, dipersembahakan sebagai respon iman kita atas semua yang Allah kasih untuk kita nikmati hari ini sebagai wujud syukur dan menyukakan hati Tuhan; dalam konteks ibadah secarah liturgis. Namun persembahan tubuh yang kita persembahkan kepada Tuhan, hidup kita dalam kekudusan itu berkenan dihadapan Allah sebagai ibadah kita kepadaNya. Sebab tadi… pengertian ibadah latreuin itu berarti pengabdian diri kepada Tuhan. Dalam upaya inilah kemudian kita mau untuk konsep pemikiran kita diubahakan sesuai Firman Tuhan, kita mau untuk hidup sesuai dengan apa yang berkenan bagi Tuhan.

2.    Karena hari ini banyak kita, lebih suka dan memilih untuk hidup serupa dengan dunia ini.
Kita mengikuti segala perubahan zaman, menyesuaikan diri kita lalu tanpa kita sadari, pembedaan itu sudah tidak ada. Waktu saya kuliah di jayapura, disitu selain STT I.S Kijne ada beberapa kampus yang dekat, ada Uncen, ada USTJ tapi dari semua mahasiswa/i itu, bisa dibedakan yang mana mahasiswa STT. Dari apa ? Cara mereka berpakaian. Analogi ini kemudian menghantarkan kita untuk melihat, seharusnya dari semua manusia yang hidup di dunia hari ini, kita bisa bedakan yang mana anak-anak Tuhan, yang mana orang-orang percaya.
Namun kenyataannya adalah, kita sudah menjadi serupa dengan dunia; kita menjadikan standar dan ukuran dunia untuk hidup kita hari ini dan bukan Firman Tuhan.
-    Ada masalah sedikit, bukan berdoa, minta pelayanan dan pendampingan dari hamba Tuhan tetapi mabuk-mabukan.
-    Masalah Rumah Tangga bukan diselesaikan sebagai keluarga Kristen tetapi pergi cari pelampiasan lain.
-    Ada persoalan yang dialami sesama kita dalam persekutuan, bukan saling menguatkan dan saling mendukung tetapi jadikan itu sebagai bahan cerita.
-    Persoalan ekonomi, keinginan memiliki lebih membuat kita mencuri, korupsi, mengambil apa yang menjadi hak milik orang lain dan bukannya bersyukur.
-    dst…. cara-cara yang dunia tawarkan, yang instan, cepat, menyenangkan, nikmat dan menguntukan inilah yang hari ini kita jalani.
Kita memang tidak bisa menghidari itu semua, selama kita masih hidup di dunia ini. Namun ingatlah bahwa dunia dan semaraknya begitu hebat hari ini, namun konsekuensi membawa kita kepada penghakiman di hadapan Tuhan.

3.    Sebab itu, bagian terakhir dari Firman Tuhan hari ini.
Selagi Tuhan memberikan bagi kita kesempatan untuk hidup dan berkarya di tengah dunia ini, dengan segala yang kita punya, bahkan karunia yang Tuhan anugerahkan…apapun itu kita pakai untuk kemuliaan namaNya. Untuk memimpin kh, untuk melayani kha…. untuk menyanyi, bermain musik, mengajar dst…. jang baku iri karena kemampuan yang lain lebih dari pada kita, setiap orang Tuhan bri karunia. Apapun itu semua berguna dalam pelayanan.
Dengan demikian, kita berupaya untuk terus mempersembahkan segala apa yang kita miliki serta hidup kita…. semuanya bagi Tuhan. Amin

Semoga Menjadi Berkat.

Tuhan Yesus Memberkati :)


 

Share:

Minggu Adven II - Lukas 3 : 1 - 20 "Yohanes Pembaptis"

 Menantikan Kristus Dengan Pertobatan Dalam Perbuatan Kasih, Keadilan Dan Rasa Syukur Selalu.

Bacaan : Lukas 3:1-20

(Doc. Jemaat GKI Pengharapan Sibena Permai)

 Pengantar

Bapak/ibu persekutuan jemaat yang diberkati Tuhan…
Syalom, hari ini pada minggu adven ke-2; masih dalam minggu-minggu penantian kita kembali merenungkan Firman Tuhan untuk terus menghantarkan kita dalam persiapan-persiapan menyambut dan merayakan kelahiran Kristus tetapi juga menatikan kedatanganNya.
Sebuah pertanyaan mengawali khotbah saya di pagi ini…..
Bapak/ibu apa itu bertobat ? hmmnn…
Kalau bertobat itu satu kali kh ? ulang-ulang kali kh ? atau 1 minggu 1x pas ibadah di gereja?
Lalu pentingkah pertobatan itu dalam kehidupan kekristenan atau kehidupan umat Tuhan ?


Isi

Dalam bacaan Injil hari ini, Lukas mengawali dengan menyiapkan latar belakang pelayanan Yohanes Pembaptis. Ia menulis: “Pada tahun kelima belas pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes menjadi raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias menjadi raja wilayah Abilene, ketika Hanas dan Kayafas menjadi imam besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. Tetapi mengapa menyebut semua orang ini, Tiberius Caesar, Pontius Pilatus, Herodes sang raja wilayah, Filipus sang raja wilayah, dan Lisanias sang raja wilayah? Mereka semua adalah tokoh politik di berbagai tingkat pemerintahan. Tiberius Caesar, sebagai kaisar Romawi, adalah orang paling berkuasa di dunia. Roma menguasai dunia, dan Tiberius adalah yang terakhir dalam jajaran Kaisar. Kaisar akan memiliki berbagai penguasa lokal yang memerintah di bawahnya di wilayah yang telah ditaklukkan Roma. 

Dengan memberi kita serangkaian nama ini, Lukas memberi tahu kita siapa tokoh politik terkemuka saat itu. Kemudian ia mengidentifikasi tokoh agama terkemuka, orang-orang penting dalam agama Yahudi: "selama masa jabatan imam besar Hanas dan Kayafas." Mengapa Lukas melakukan ini? Mengapa ia menyiapkan panggung bagi pelayanan Yohanes dalam hal ini? 

Pertama, pengantar ini memberi tahu kita bahwa peristiwa-peristiwa ini benar-benar terjadi dalam sejarah. Ini bukan mitos atau khayalan yang dibuat-buat. Tidak, ini adalah sejarah manusia yang nyata dan membumi. Kedua, Lukas memberi tahu kita bahwa sementara semua orang penting ini duduk di kursi kekuasaan mereka, hal-hal besar yang sedang dilakukan Tuhan tidak terlalu diperhatikan. “Firman Allah datang kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun.” Yang benar-benar penting adalah apa yang terjadi dengan Firman Tuhan. Ketiga, dengan menulis pengantar seperti ini, Lukas memberi tahu kita satu hal lagi. Dia membandingkan Yohanes Pembaptis dengan para nabi Perjanjian Lama. Ini adalah gaya yang sama seperti "narasi panggilan" nabi Perjanjian Lama. Lukas memberikan pengantar yang sama untuk pelayanan Yohanes Pembaptis. Apa maksudnya? Lukas mengatakan bahwa sama seperti Firman Tuhan datang kepada para nabi di Perjanjian Lama, agar mereka memanggil umat Allah untuk bertobat dan beriman sebelum kedatangan khusus Allah, demikian pula sekarang firman Tuhan datang kepada Yohanes, agar dia memanggil orang-orang untuk bertobat dan beriman, sebelum kedatangan Yesus. Sesuatu yang besar akan terjadi, dan Allah mengutus seorang nabi terlebih dahulu untuk mengumumkan berita itu dan mempersiapkan jalannya

Sebelum Lukas mulai membahas tentang Kristus, Ia membahas lenih dulu tentang pendahulu dari Sang Mesias yaitu Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis digambarkan dalam Injil Lukas sebagai orang yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Raja. Dia mempersiapkan jalan sebagaimana yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama oleh nabi  Yesaya. Melalui Yesaya, Tuhan memberi tahu kita bahwa seorang nabi akan datang yang akan mempersiapkan jalan bagi Mesias. Dia menyerukan suara pertobatan. Dia mempersiapkan umat (Yes. 40:3-5), "Persiapkanlah jalan untuk Tuhan. Luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun; setiap gunung dan bukit akan diratakan; (jalan) yang berliku-liku akan diluruskan; (jalan) yang berlekuk-lekuk akan diratakan; dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan. Perhatikan dalam Yesaya 40 bahwa ada analogi tentang jalan raya. Ketika raja-raja zaman dahulu bepergian di padang gurun, para pekerja mendahului mereka untuk membersihkan puing-puing dan meratakan jalan agar perjalanan menjadi lebih lancar. Bagian Yesaya menggunakan bahasa hiperbolik – tidak hanya batu-batu disingkirkan dari jalan, tetapi lembah-lembah ditimbun dan gunung-gunung disingkirkan. Bahasa metaforis itu menggambarkan pertobatan – umat Allah dipersiapkan untuk kedatangan Allah melalui pertobatan. 

Dalam konteks Yesaya pada saat itu, ia bernubuat tentang keselamatan bangsa Israel yang ada di pembuangan, yang menanti-nantikan kebebasan dan kelepasan di Babel. Dan dalam konteks Yohanes Pembaptis, ia menyerukan kelepasan dan keselamatan yang akan dikerjakan Allah di dalam pribadi Yesus Kristus. Agar kehadiran Yesus diterima dan pekerjaan penyelamatan itu terlaksana, maka semua orang harus bertobat. Namun secara tersirat nubuatan ini sebenarnya juga merujuk kepada Yohanes Pembatis sendiri. Kita tentu ingat kisah tentang kelahirannya ketika malaikat Tuhan menjumpai Zakharia dan berbicara tentang anak yang akan dikandung Elisabeth, Luk. 1 : 16 – 17 “Ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Ia akan berjalan mendahului Tuhan, membuat hati bapa berbalik kepada anak-anaknya, dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar. Dengan demikian ia mempersiapkan suatu umat yang siap sedia bagi Tuhan.

Ketika Yohanes Pembaptis tampil dan berbicara, ia berbicara dengan begitu tegas dan keras, kepada semua orang yang hadir pada saat itu.
“Bertobatlah supaya kamu mendapatkan pengampunan dari Tuhan, berbaliklah dari dosa-dosamu”. Dan ketika orang-orang banyak datang untuk memberi diri dibaptis, Yohanes Pembaptis tidak langsung membaptis mereka. Ia berbicara dan menegur mereka dengan begitu keras “siapa bilang kamu bebas dari murka Allah? Kamu bangga karena kamu keturunan Abraham? Aku berkata kepadamu Allah dapat membangkitkan keturunan bagi Abraham dari batu-batu ini”. Ini khotbah yang benar-benar tidak pandang bulu. Yohanes juga menekan soal penghakiman atau murka Allah. dikatakan bahwa Abraham bukanlah jaminan keselamatan bagi orang-orang Israel, meski mereka meyakini bahwa Abraham adalah leluhur mereka yang mana Tuhan berkenan menyatakan janji kepada Abraham, tapi itu bukanlah jaminan untuk selamat dari dosa dan hukuman kekal. Maka dari itu Yohanes meminta agar setiap orang menghasilkan buah-buah pertobatan yang baik dan benar dalam hidup mereka agar keselamatan itu layak mereka terima. Karena semua orang pasti akan dihakimi dan siapa yang menghasilkan hidup sesuai dengan buah pertobatan tidak akan binasa, dan yang dibinasakan adalah orang-orang yang hidupnya tidak berbuah dalam pertobatan.

Hari ini, kalau hamba Tuhan bicara tentang dosa dengan keras dari mimbar, umat tidak suka mendengar. Telinga kita lebih suka mendengar khotbah-khotbah yang menyenangkan, khotbah-khotbah yang menghibur yang hanya bicara tentang penyertaan Tuhan, yang hanya bicara tentang berkat Tuhan. Tapi kalau sudah bicara tentang kesalahan, bicara tentang dosa, kita mulai tersinggung dan marah. Padahal sebenarnya tanpa kita sadari teguran Tuhan itu selalu datang dengan berbagai cara kepada kita, untuk membawa kita kepada pertobatan dan pembaharuan hidup yang benar. Dan salah satu cara yang Tuhan pakai adalah melalui pemberitaan Injil atau pemberitaan Firman.Yohanes memaparkan sikap yang seharusnya ketika seseorang mengalami pertobatan, maka orang yang bertobat harus menunjukkan kasih, keadilan dan rasa syukur.

Para pemungut pajak yang dibenci datang bertanya kepada Yohanes apa yang harus dilakukan. Ia memberi tahu mereka untuk tidak mengambil lebih dari yang diminta dari orang-orang. Yohanes Pembaptis mengatakan “jangan pungut lebih dari yang seharusnya”, ini nasihat yang sangat praktis. Yohanes Pembaptis mengatakan “engkau punya tugas apa, jangan ambil lebih”. Kepada para pemungut pajak yang tamak, korup, dan dibenci, ia tidak menyuruh mereka meninggalkan pekerjaan mereka. Yohanes tidak tertarik pada revolusi sosial. Ia menyuruh mereka untuk bersikap jujur, tidak tamak. Tunjukkan integritas. Inilah buah pertobatan. Para prajurit bertanya apa yang harus mereka lakukan. Yohanes memberi tahu mereka untuk merasa cukup dengan upah mereka dan tidak memeras uang dari orang-orang. Yohanes memberi mereka cara-cara praktis untuk menunjukkan kemurahan hati, integritas, keadilan, dan kepuasan. Ia memberi tahu mereka agar tidak menggunakan wewenang dan senjata untuk mengintimidasi dan mengancam orang serta memeras uang, tetapi bersikap puas.Kamu dapat apa, nikmatilah apa yang Tuhan percayakan, jangan mau lebih dengan cara yang tidak benar. Pemungut cukai boleh mengerjakan pekerjaannya, asalkan pajak yang dipungut sesuai dengan kebijakan pemerintah. Tentara harus mengerjakan tugasnya dan tidak boleh mengambil lebih dari tugasnya. Yohanes Pembaptis mengatakan “cukupkan dengan gajimu”.
Apa yang membuat kita benar-benar hidup dengan baik hanya satu yaitu kalau saya merasa apa yang Tuhan berikan itu cukup, saya mendapatkannya dengan jalur yang baik, saya tidak merugikan siapa pun, saya mengambil tanpa peras siapa pun. Tapi kalau Saudara mendapatkan dengan merugikan orang lain, peras orang lain, Saudara berada dalam bahaya besar karena Tuhan akan mengancam dan memusuhi Saudara. Ini yang Yohanes Pembaptis peringatkan kepada para tentara. 

Jadi siapa yang berlimpah uang, Yohanes Pembaptis mengingatkan jangan serakah. Siapa yang kurang, Yohanes Pembaptis mengingatkan jangan merasa kurang karena ini adalah dorongan untuk memeras orang lain, menipu orang lain demi kepentingan diri. Jadi inilah satu nasihat simple dari Yohanes Pembaptis untuk menantikan Kristus. Kristus sudah mau datang, hidup dengan baik. Bagaimana hidup dengan baik? Tunjukkan buah pertobatan. Bagaimana buah pertobatan? Kalau lebih ingat orang lain yang kurang, kalau rasa diri kurang jangan mau ditipu, jangan peras orang orang. Dan Tuhan nanti akan memberkati dan memimpin kita.
Kita selalu diingatkan untuk terus setia kepada cara hidup yang berkenan menghasilkan buah yang diperkenan Tuhan dan memberkati banyak orang, menunjukan kasih dalam hidup kita, menyatakan keadilan kepada sesama dengan senantiasa bersyukur kepada Tuhan.


Penerapan

Seruan Yohanes Pembaptis ini sebenarnya merupakan seruan rohani bagi umat Tuhan, baik dahulu maupun sekarang. Kita diperintahkan untuk mempersiapkan hati dan hidup selayaknya untuk menyambut kehadiran-Nya. Jalan hidup kita harus diluruskan. Lembah, yaitu hati yang putus asa dan jauh dari Tuhan, harus ditimbun dengan percaya dan penuh pengharapan hanya kepada-Nya. Gunung dan bukit kesombongan kita harus diratakan. Cara hidup kita yang berliku-liku, yang seenaknya dan tidak benar, harus diluruskan. Jalan hidup yang berlekuk-lekuk, tidak stabil, dan tidak konsisten dalam iman harus dikuatkan. 

Bertobat supaya ada jalan yang siap. Jalan apa yang harus disiapkan? Ini jalannya, jalan supaya ada yang menyambut Kristus waktu datang. Bagaimana siapkan jalan itu?
Kita pun menantikan kedatangan Sang Raja untuk kedua kalinya nanti. Kita yang menantikan Yesus datang pun, harus hidup dalam buah pertobatan sejati. Yohanes Pembaptis mengatakan “siapa bilang kamu selamat? Mana buah pertobatannya? Tidak perlu beri tahu kamu keturunan siapa, namun tunjukan buah pertobatanmu

Dan pertanyaan yang sama pula datang kepada kita hari ini..... “Orang Kristen, kamu sudah bertobat, mana buah pertobatanmu, ada atau tidak?”.
Mengatakan bahwa kita adalah orang Kristen saja tidak cukup !
Mengatakan bahwa kita selalu pergi ke gereja saja tidak cukup !
Mengatakan bahwa saya dulu seorang majeli bertahun-tahun; atau hari ini saya seorang majelis saja tidak cukup !
Mengatakan bahwa saya yang memberi lebih banyak dalam pekerjaan Tuhan saja tidak cukup.

Firman Tuhan hari ini katakana : “Mana buah pertobatanmu ?”
Ini yang harus kita miliki sebagai bentuk penantian kedatangan Kristus, yaitu pertobatan dan tindakan pertobatan. Sebab buah dari pertobatan kita menunjukan bahwa kita sudah ada dalam keselamatan, yang menyelamatkan, yaitu iman kita kepada Kristus.
Sebab kalau sudah bertobat…. Jemaat Tuhan
Kita tidak boleh lagi berbalik kepada dosa dan kejahatan.
Sebab kalau hari ini tong datang ke gereja, minta ampun untuk kita pu dosa bicara orang, iri hati, kedengkian, dendam dan akar pahit, dosa mencuri, dosa kekerasan, dosa perzinahan….
Lalu keluar pintu gereja kita kembali melakukan hal itu, maka itu bukan pertobatan. Kita seperti peribahasa yang dikatakan dalam 2 Petrus 2:22 “Anjing kembali ke muntahnya dan babi kembali ke kubungannya”. Kita mempermainkan Kasih dan Anugerah Tuhan yang telah berkenan menjumpai kita, supaya kita mengalami keselamatan itu.

Karena itu marilah kita kembali merenungkan bagian ini.
Sudahkan kita mempersiapkan diri kita untuk menyambut kedatang Kristus ? Maknai minggu-minggu adven ini dalam pertobatan yang sungguh. Ya… Kristus datang segera. Amin

 

Semoga Jadi Berkat :)




Share:

Perintah Tuhan Kepada Yosua Untuk Merebut Tanah Kanaan - Yosua 1:1-18

KETEGUHAN DALAM MENGHADAPI TANTANGAN

Bahan Bacaan : Yosua 1:1-18



(Dokumentasi Rapat Triwulan Klasis GKI Nabire 29 Agustus 2023)

 

Pengatar

Bapak, ibu Persekutuan Jemaat yang diberkati Tuhan…
Berbicara tentang tantangan…
Dalam perjalanan kehidupan kita, seringkali kita diperhadapkan dengan berbagai tantangan. Baik tantangan yang berasal dari diri kita sendiri karena suatu keadaan yang kita alami, tantangan dari keluarga dalam kehidupan rumah tangga, dalam dunia kerja antara kita dengan pimpinan atau dengan sesama rekan kerja, atau juga dalam lingkup persekutuan dan pelayanan bergereja. Tantangan-tantangan itu yang kita tahu seperti apa bapa/ibu ?
Kesulitan finansial/ekonomi sebab inflansi yang terus terjadi mengakibatkan semakin hari harga barang dan kebutuhan semakin mahal; perubahan zaman dengan segala perkembangannya seperti ilmu pengetahuan dan teknologi yang sekarang sudah merasuk dalam segala rana kehidupan menyebabkan ketergantungan sampai menguasai segala bidang hidup kita, menjadikan manusia pecandu media sosial dan tidak bisa mengontrol diri; kejahatan, ketidakadilan, kekerasan, korupsi/pencucian uang, perselingkuhan & perzinahan serta perceraian, pergaulan bebas, pesta pora dan kemabukan, gereja yang kian waktu berjalan semakin berkurang dan hampir-hampir kosong dst ….. 

Tidak ada orang yang bisa menghindar dari semua tantangan ini, mau kita ke ujung dunia manapun tantangan itu pasti kita temui. Semua hal-hal tadi dapat menjadi pemicu dan menyebabkan kemudian dalam diri, kita merasa putus asa, kecewa, tidak ada rasa damai, kegelisahan, gentar tapi juga rasa takut. Demikian pula kita melihat baik Yosua dan bangsa Israel, ada dalam sebuah tantangan yang harus mereka hadapi, tantangan kini ada dihadapan mereka.

Teks

Bagian pasal 1 dari kitab ini dimulai dengan kalimat “sesudah Musa hamba TUHAN itu mati”. Kita tahu seperti pembacaan kita diminggu lalu bahwa Musa yang sudah 120 tahun tidak dapat giat lagi untuk memimpin bangsa itu tapi juga Allah sendiri telah menyampaikan bahwa Ia tidak akan menyebrang kesana tetapi hanya dapat melihat negeri itu dari kejahuan saja (Ul.34:4). Kita belajar tentang sebuah suksesi, tentang sebuah pengkaderan, dimana tongkat estafet kepemimpinan itu harus diserahkan dari Musa kepada orang yang telah pilih oleh Allah yaitu Yosua. Kita lihat yhaa, khusus bagian ini, bahwa ketika Tuhan Allah mempunyai pekerjaan besar yang harus diselesaikan, Ia sendiri yang akan menyediakan orang-orang pilihanNya agar pekerjaan dan karya Allah atas umatNya itu terus berjalan sesuai dengan apa yang telah Allah tetapkan. Kini setelah kematian Musa, Yosua-lah  yang berdiri untuk memimpin bangsa itu. Dari ayat 1 – 18 saya membaginya menjadi 4 bagian untuk menolong kita agar dapat memahami keseluruhan bacaan ini :

1. Ayat 1 – 9 Yosua menerima perintah dan janji Allah

Tuhan Allah memberikan perintah kepadaYosua, bersiaplah sekarang, sebrangilah sungai Yordan, ke negeri yang Kuberikan kepada mereka. Kita melihat bahwa janji Allah kepada bangsa Israel untuk menduduki tanah perjanjian akan segera tergenapi. Bahkan dalam perintah diawal ayat 2, kita melihat sebuah tantangan bagi Yosua. Membawa bangsa itu memasuki tanah kanaan dengan menyebrangi sungai Yordan. Sungai yang mengalir sekitar kurang lebih 60 mil antara danau Galilea hingga laut mati. Tidak ada lewat jalan lain. Perintah itu jelas bahwa mereka harus menyebrangi sungai Yordan untuk dapat sampai ke tanah Kanan. Dan perintah itu kemudian diikuti dengan janji penyertaan Tuhan.  Setiap tempat yang diinjak diberikan Tuhan kepadanya dan bangsa Israel sebagaimana janji Tuhan Allah. Dari padang gurun, Gunung Libanon, sampai ke Sungai Efrat, seluruh daerah orang Het sampai ke Laut Besar. Bangsa itu belum menyebrang kesana, mereka belum memasuki tanah Kanan tetapi Allah telah menyampaikan yakni setiap tempat yang akan menjadi milik kepunyaan bangsa itu, yang diberikan oleh Allah sendiri. Sebab seperti Allah menyertai Musa, Ia juga akan menyertai Yosua. Tetapi ada hal yang perlu diperhatikan dengan baik oleh Yosua dalam tugasnya berkenan dengan tantangan yang akan dihadapi bersama dengan bangsa itu :

•    Kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Sebab engkau akan pimpin bangsa ini. Tugas ini bukan tugas yang enteng dan ringan. Bukan sekedar bawa mereka pergi Kanaan. Yosua akan pimpin bangsa yang besar yang jumlahnya tidak sedikit. Kita atur orang dengan jumlah 200-300 saja terkadang sulit. Apalagi ini atur satu bangsa yang begitu banyak jumlahnya. Walaupun memang mereka yang akan masuk tanah Kanaan ini genarasi baru tetapi karakter mereka tidak jauh berbeda dengan generasi yang sebelumnya, tidak jauh berbeda dengan mereka yang dihukum Allah di padang gurun karena kedegilan hati mereka. Tetapi juga penduduk yang ada di Kanaan pada saat itu orang Het, orang Yebusi, orang Amori, orang Hewi dan orang Girgasi, bahkan orang Kanaan sendiri Alkitab katakan tinggi besar seperti raksasa bahkan kotanya sendiri yang memiliki banteng dan kubu pertahanan dengan tembok-tembok. Kalau kita lihat kalimat ‘kuatkan dan teguhkanlah hatimu” ini diulang beberapa kali dalam bagian ini. Itu berarti menjadi penegasan untuk sesuatu yang penting. Mengapa Tuhan Allah tidak mengatakan kepada Yosua, kuatkan Fisikmu, tenagamu, kekuatanmu tapi Tuhan katakan kuatkan dan teguhkanlah hatimu ? Sebab bukan mereka yang nanti berperang untuk mengalahkan bangsa itu, melainkan Allah. Sebab Allah yang akan menyebrang di depan mereka dan memusnahkan bangsa-bangsa itu sehingga bangsa Israel dapat memiliki negeri itu (Bacaan kita minggu lalu Ul.31:3). Makanya yang Tuhan Allah minta adalah kuatkan dan teguhkanlah hati untuk tetap percaya dan berpengharapan hanya kepadaNya.

•    Dengan bertindak hati-hati sesuai sesuai dengan hukum yang telah mereka terima

•    Tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri

•    Selalu memperkatakan dan merenungkannya

Supaya kemudian perjalananmu berhasil dan engkau akan beruntung.(bdk. Im.26; Maz. 1). Yosua harus menjadikan firman Tuhan sebagai pedoman dan penuntun, tidak memimpin dan bertindak mengikuti pikiran dan kemauannya, karena tanggung-jawab yang diemban itu datang dari Tuhan, maka Tuhan akan menyertainya memberi kekuatan dan kemenangan.

2.    Ay. 10-11 Perintah Yosua kepada para pengatur pasukan bangsa Israel

Perhatikan disini apa yang disampaikan oleh Yosua kepada para pengatur pasukan. Pergi ke seluruh perkemahan dan sampaikan kepada bangsa itu menyiapkan bekal sebab dalam 3 hari mereka akan menyebrang.Perintah Yosua bukan kemudian sebuah perintah untuk menyusun strategi militer dalam perlawanan terhadap orang-orang Kanaan untuk beperang. Dia memberi petunjuk kepada mereka untuk menyiapkan bekal; untuk menyiapkan makanan serta petunjuk sebab dalam 3 hari mereka akan menyebrang ke negeri yang diberikan Allah kepada mereka. Dia hanya menyuruh mereka melakukan persiapan untuk perjalanan memasuki nnegeri yang Tuhan Allah berikan kepada mereka.

3.    Ay. 12 -15 Kesepakatan bersama Orang Ruben, Gad & Stengah Suku Manasye

Persetujuan dengan orang Ruben, orang Gad dan suku Manasye yang setengah bahwa orang laki-laki mereka akan berperang bersamanya, sementara para perempuan dan anak-anak tinggal di tanah mereka di sebelah timur sungai Yordan. Dua stengah suku yang meminta dan menerima warisannya di sebelah timur sungai Yordan tidak melupakan janji yang telah mereka ucapkan sebelumnya kepada Musa. Mereka siap menyebrangi sungai Yordan dan membantu sesama bangsa Israel menaklukan wilayah barat (bdk. Bil. 32:1-33).

4.    Ay 16 – 18 Komitmen Ketaatan Pada Yosua

Respon bangsa itu dengan sebuah komitmen. Mereka menjanjikan kepada Yosus ketaatan (Ay.16). Semua yang engkau perintahkan kepada kami akan kami lakukan dengan senang hati, tanpa bersungut-sungut, tanpa berselisih dan kemanapun engkau mengirim kami bahkan kendatipun berbahaya kami akan pergi. Mereka berdoa agar penyertaan Allah ada bersama-sama dengan Yosua.

 Penerapan

1. Kuatkan & Teguhkan Hati

Apakah arti dari kuatkanlah hatimu? Kuatkanlah hati sinonim dengan bernai, tidak takut. sedangkan teguh berarti kuat/tetap/tidak goyah/tidak mudah terpengaruhi atau diombang-ambingkan. Kita perlu yang yang namanya menguatkan dan meneguhkan hati kita tetap percaya dan berpengharapan, mengandalkan Tuhan terlebih khusus ketika kita mengahadapi berbagai tantangan dan ada pada situasi sukar sulit dan berat, saat kita sedang mengalami sakit berat dan tidak sembuh-sembuh. kita perlu menguatkan hati, kalau kondisi keuanganmu sedang krisis dan penagih hutang terus menerormu. kita perlu menguatkan hati pada saat sedang mengalami masalah-masalah atau sedang tertekan karena persoalan rumah tangga dengan pasangan hidup kita, kita perlu menguatkan hati ditengah-tengah pergaulan anak-anak kita yang mungkin semakin tidak bisa di atur dan di control, atau juga mungkin sulitnya mencari pekerjaan dst…. Bagian ini kemudian membutuhkan hati yang teguh dan kuat untuk tetap percaya kepada Tuhan. Mengapa ? karena bisa saja ketika bagian-bagian yang saya sebutkan tadi kita alami, maka tentu akan membuat kita mudah khawatir dan bimbang, putus asa bahkan mungkin mempertanyakan kuasa Tuhan dan hidup kita.

Perintah untuk menguatkan hati datang kepada Yosua, kuat dan teguh, bertindak hati-hati dan tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri. Inilah yang harus diperhatikan tetapi juga harus dilakukan oleh Yosua. Inilah yang sebenarnya menjadi fokus utama bagi Yosua, bagian yang harus dikerjakan olehNya.Sebab penyertaan Tuhan itu ada,ay. 5 seperti bagaimana Tuhan menyertai Musa demikianlah Ia akan menyertai Yosua hambaNya itu. Supaya perjalananNya akan berhasil dan ia akan beruntung.Bagian ini kamudian mengingatkan kita perkataan Yesus dalam pengajarannya dari Injil Matius 6:33 “Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya maka semuanya itu akan ditambahkanNya kepadaMU” Itulah Firman Tuhan, asalkan engkau taat dan setia melakukan kehendakKu, asalkan engkau tidak menyimpang ke kanan dan kek kiri, asalkan engkau mencari Aku dalam hidupMu. Maka engkau akan berhasil dan beruntung dalam pekerjaanmu, Karirmu pendidikanmu, keluargamu, rumah tanggamu, usahamu, pelayananmu, cita-citamu, dan seterusnya. Sebab Aku ini, Tuhan menyertai engkau dan tidak akan membiarkan Engkau Kalau tahun sebelumnya Tuhan menjadi nomor sekian setelah pekerjaan kita, setelah kesibukan kita. Kalau tahun sebelumnya pekerjaan pelayanan bukan lagi menjadi bagian penting bagi kita, kalau tahun sebelumnya begitu banyak alasan kita berikan untuk menolak pekerjaan pelayanan dan persekutuan. Ingalah Firman Tuhan hari ini.

2. Jangan Lupa Tuhan

Karna nasihat berikutnya adalah kalau mau berhasil jangan lupaTuhan, jangan habiskan waktu untuk kesibukan tugasmu sampai Tuhan dan Firman-Nya diabaikan. Ingat Tuhan berarti ingat Firman-Nya dan berpegang pada petunjuk-petunjuk-Nya. Artinya, jangan hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri dan kemampuan tehnis yang dimiliki. Andalkan Tuhan dan Kuasa-Nya yang tak terbatas itu kalau ingin berhasil dalam pelaksanaan tugasmu dan beruntung, ini petunjuk Tuhan yang jelas kepada Yosua. Sebab kesibukan mengurus tugas itu juga akan menguras waktu dan itu yang membuat orang bisa melupakan Tuhan dalam hidupnya.  Disinilah peringatan Tuhan dari awal sangat penting bagi kita, agar tetap ingat akan Tuhan, dekat dengan Firman-Nya dan ber-Ibadah kepada-Nya, melayani-Nya, ada dalam persektuan denganNya.

3. Tuhan Selalu Menyertai

Janji Allah yang mendasar kepada Yosua -- "Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau" -- juga merupakan komitmen Allah kepada semua orang percaya di dalam pergumulan iman mereka (Mat 28:20; Ibr 13:5-6; bd. Ul 31:6;). Karena tugas ini harus dilihat sebagai amanat Tuhan, maka Tuhan juga yang menjamin untuk menyertai. Karena penyertaan Tuhan itulah maka Yosua diminta untuk tidak takut, jangan kecut dan tawar hati. Ini peringatan penting yang menguatkan dan menopang setiap pelaksanaan tugas yang besar dan berat, dan dengan demikian memiliki kepastian dan keteguhan hati untuk menjalani tugas yang mulia.  Tetapi jaminan penyertaan Tuhan itu kekuatan bagi kita. Jaminan penyertaan Tuhan itu juga kekuatan yang mampu memampukan kita untuk berjalan dalam seluruh kehidupan serta pelayanan kita di tahun ini, Ia tidak akan pernah membiarkan dan meninggalkan kita sendiri, karena Dialah Immanuel, Allah yang selalu menyertai kita. Atas dasar keyakinan inilah, maka kita menjalani tahun ini dengan penuh sukacita. Amin 


Semoga Menjadi Berkat :)

 

Share:

Yesus Di Urapi - Matius 26:6-13 (Perayaan HUT Persekutuan Ibu Sara Klasis GKI Nabire)

BERKAT DARI PERJUMPAAN DENGAN YESUS 

Bahan Bacaan : Matius 26:6-13

(Persembahan Pujian Persekutan Ibu Sara Klasis GKI Nabire)

Bapak, Ibu, Saudara.i yang dikasihi di  dalam Tuhan kita Yesus Kristus…

Patut kita naikan syukur pada Tuhan, betapa Tuhan begitu baik. Ia mengantar,  menyertai kita hingga pertengahan tahun ini dan kita sudah ada dibulan yang keenam. Dalam semua aktifitas kita dan semua yang kita jalani baik di rumah, di kantor, dalam usaha, dalam semua hal yang kita lakukan, kita ada sampai saat ini bukan karena kita kuat tapi ada rencana Tuhan dan kuasa Tuhan yang selalu menyertai anak-anakNya. Termasuk juga Tuhan mengantar dan menyertai Persekutuan Ibu-Ibu Sara GKI di Tanah Papua 48 Tahun perjalanan persekutuan ini. Mengawalinya mari kita memberikan ucapan selamat disamping kiri kanan kita pertanda, kita semua boleh bersyukur hari ini Tuhan boleh menambahkan usia dalam persekutuan kita.

Kita tahu bersama Injil Matius menyampaikan kepada kita bahwa Yesus adalah Raja, Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah dan melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang dijanjikanNya di dalam kita Perjanjian Lama. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun kabar baik atau Injil Kerajaan Allah itu bukan hanya untuk orang-orang Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia. Supaya semua orang dapat mendengarkan berita tentang kabar sukacita itu. Injil Matius telah menyampaikan bahwa peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus itu merupakan inti pemberitaan dari kempat Injil atau yang disebut sinoptik. Sebab ada kesamaan dalam memberitakan cerita yang sama. Secara khusus dalam pembacaan kita saat ini Matius 26:6-13. Ini menceritakan tentaang hal pengurapan yang dilakukan oleh seorang perempuan terhadap Yesus. Siapa dia  ? dia adalah Maria dari desa Betania, saudaranya bernama Lazaurus yang mati dan dibangkitkan oleh Yesus, tetapi juga bersama saudara perempuannya yaitu Marta. Ketiga saudara itu adalah murid-murid Yesus dan mereka memang sangat mengasihi Yesus, dan tidak bisa membalas semua yang dilakukan Yesus kepada saudara mereka Lazarus ketika Yesus membangkitkan Lazarus yang sudah mati kurang lebih empat hari. Mereka percaya dan karena keyakinan mereka bahwa Yesus adalah Mesias dan Juruselamat, sehingga benar-benar ketiga saudara itu sangat mengasihi Yesus dalam kehidupan mereka.

Bapak, Ibu yang terkasih di dalam Tuhan...

Dalam bagian pembacaan ini, Yesus bersama murid-muridNya berada di Betania, dirumah Simon si kusta dan Simon ini juga adalah murid yang telah disembuhkan dari sakit kusta dan mengalami sukacita ketika dia berjumpa dengan Yesus, serta membuka pintu rumahnya untuk menjamu makan bersama Yesus dan murid-muridNya. Tetapi tiba-tiba datanglah seorang perempuan yang membawa sebotol minyak wangi dan menuangkan minyak wangi tersebut ke atas kepala Yesus. Dengan kesungguhan hatinya dia melakukan pengurapan tersebut dengan kasih. Tidak  ada maksud apa-apa, tetapi dengan kasihnya, dengan kerinduannya, dengan rasa cintanya kepada Yesus karena Dia percaya bahwa Yesus adalah Mesias dan Juruselamat baginya, berkenan dengan apa yang pernah Ia alami, bahwa Yesus pernah berkunjung kepada mereka dan mujizat kebangkitan yang dilakukan Yesus terhadap saudaranya Lazarus. Lalu Yudas mewakili teman-temannya dan berkata, apa  gunanya semua ini diboroskan. Bukankah minyak tersebut dapat dijual dengan harga yang mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin. Namun itulah yang dapat dilakukan perempuan itu karena yang ia ketahui betapa besar kasih Yesus bagi dia dan semua orang percaya yang dipilih oleh Bapa di Sorga. Maka ia pun mempersiapkan hal yang paling baik, yang dapat ia lakukan untuk Yesus dalam mempersiapkan kematianNya (bdk. Yoh.12). Ini berarti bahwa Maria telah mengetahui makna perkataan Yesus, yang mengatakan bahwa diri-Nya akan dibunuh di Yerusalem. Karena dua hari kemudian akan di  rayakan Paskah, dan ia melakukan semua itu tepat pada waktunya. Maria membeli minyak narwastu yang sangat mahal, harganya sekitar 300 dinar dan dalam kurs rupiah kurang lebih 30juta. Ini adalah jenis minyak wangi yang sangat mahal, yang hanya di pakai oleh kalangan orang-orang tertentu saja, para raja, para imam, kalangan kelas atas. Dan ia berusaha, kepekaan hatinya untuk mempersiapkan dari apa yang ada padanya kendati ia harus menabung dengan jumlah minyak wangi seharga 300 dinar. Ia ingin memberikan yang terbaik dalam pelayanannya kepada Yesus. Pada bagian ayatnya yang kesepuluh, Yesus paham dan mengetahui arah pikiran murid-murid dan mencoba menenangkan sedikit suasana gaduh yang terjadi serta berkata “mengapa kalian meresahkan perempuan ini ? Tidak tahukah kamu, bahwa ia melakukan sesuatu yang baik dan terpuji untuk-Ku. dan Yesus melajutkan perkataanNya “Orang-orang miskin selalu ada diantara kalian, tetapi aku tidak akan selalu bersama-sama dengan kalian, lagipula dengan menuangkan minyak wangi tersebut ke atas kepala-Ku, ia telah mempersiapakan Aku untuk penguburanKu dan diseluruh dunia di mana kabar baik ini disampaikan, perbuatan perempuan ini  akan diceritakan juga sebagai kenangan bagiNya.

Penerapan

Apa yang hendak  kita pelajari dari kisah ini Bapak, Ibu..... :

1. Perbuatan kasih yang dilakukan seorang  perempuan yang meminyaki kepala Yesus dilakukan dengan penuh kasih dan lemah lembut. Dia sangat menghormati Tuhan Yesus, dengan tidak memperhitungkan berapa besar biaya minya tersebut. Secara diam-diam dia juga mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat yang memberikan keselamtan kepadanya (1 Samuel 10:1) dan ia melakukan sesuatu yang bernilai sebagai penyembahan dan penyerahan dirinya yang sungguh-sungguh kepada Yesus.

2. Sebagai orang percaya kita dipanggil untuk melakukan dan memperlihatkan kasih yang sungguh-sungguh kepada Allah dalam perbuatan kita bagi orang-orang yang lemah, yang perlu di tolong, sebagaimana dalam kitab Injil Matius 5:19 berkata Begitu juga terangmu hendaklah bersinar di hadapan orang supaya mereka melihat perbuatan-perbuatanmu yang baik lalu  memuliakan Allah Bapa di Sorga".

3. Di usia 48 Tahun Persekutuan Ibu-Ibu Sara GKI di Tanah Papua, kiranya semakin memancarkan terang kasih Allah dan terus berperan dalam tanggung jawab melalui kehidupan keluarga. Menjadi seorang ibu yang baik bagi suami dan anak-anak tetapi juga menyatakan kasih bersama kawan-kawan sekerja dalam persekutuan, dalam organisasi-organisasi masyarakat dimana saja kita berada. Kita menjadi wanita-wanita yang kuat, wanita-wanita yang hebat dalam menghadapi badai hidup, dalam menghadapi cobaan dan tantangan hidup yang tidak sedikit, kita juga menjadi wanita yang bijakasana dalam mengambil segala keputusan. Semoga kita menjadi wanita-wanita yang terus diberkati oleh Tuhan yang punya persekutan ini. Seperti lima perempuan hebat yang dicatat oleh Alkitab yaitu Miryam, Deborah, Ester, Lidia, dan Priskila. Mereka wanita-wanita hebat yang telah berjuaang bukan untuk kepentingan diri mereka sendiri, tetapi untuk kepentingan bangsa mereka yaitu bangsa Israel. Supaya semua orang memiliki dan mengenal Yesus dan mendapatkan keselamatan dari Tuhan. Dengan demikian berkat dari menjumpai Yesus yang dialami oleh Maria dari Betania itu juga menjadi bagian bagi kita sekalian. Terang dan kasih Tuhan tetap bersinar dalam kehidupan kita sebagai Ibu-Ibu Sara. Mampu melakukan terang, cahaya Tuhan itu bersinar, dirumah, dimana saja kita berada. Nyatakan, terangilah sekelilingmu, sehingga orang lain melihat terang itu dan memuliakan Tuhan. Amin

(Dikhotbahkan oleh : Pdt. Sandie Ishack, S.Si Theo - Dalam Ibadah Syukur HUT Ke-48 Tahun Persekutuan Ibu Sara GKI di Tanah Papua di Jemaat GKI Sola Gratia Tapioka)

 

(Sambutan Ketua Klasis GKI Nabire - Pdt. Decky NK Maker, S.Si Theo)


(Ucapan Terima Kasih dari Ketua Badan Pelayan Persekutan Ibu Sara Klasis GKI Nabire)

 

Share:

Musa Di Utus TUHAN - Keluaran 2:23-25; 3:1-22; 4:1-17

PEMILIHAN MUSA DAN PEMBEBASAN ISRAEL

Bahan Bacaan : Keluaran 2:23-25; 3:1-22; 4:1-17

(Dokumentasi Pelayanan di Jemaat GKI Imanuel KM-64 Centriko Klasis Nabire)

Jemaat yang diberkati oleh Tuhan....

Alkitab memberi kesaksian bahwa relasi antara Israel dan Mesir pada awalnya berjalan baik. Hal ini dimulai ketika terjadi bencana kelaparan hebat yang melanda seluruh dunia dan mengharuskan Yakub dan anak-anaknya (saudara-saudara Yusuf) berimigrasi ke Mesir (Kej. 41:56-57; 46:1-47:4). Atas perintah Firaun mereka diperbolehkan untuk tinggal menetap di wilayah terbaik di Mesir, yaitu tanah Gosyen. Lama sesudah itu, penguasa di Mesir pun berganti dengan seorang raja baru yang tidak mengenal Yusuf. Relasi awal yang tadinya baik antara Israel dan Mesir berubah.

Raja Mesir yang baru itu tidak merasa nyaman dan takut dengan banyaknya populasi orang Israel di Mesir dan kuatir kalau suatu saat bangsa Israel akan bersekutu dengan musuh untuk menyerang Mesir. Sebelum kelahiran Musa, raja Mesir memperbudak orang-orang Israel secara brutal mereka ditindas secara kejam dengan kerja paksa/kerja rodi (Kel. 1:11-14), bahkan hal itu terus berlanjut sampai saat Musa lahir, ketika Firaun memberi perintah agar membunuh setiap bayi laki-laki orang Ibrani/Israel (Kel. 1:15-22). Itulah mengapa kemudian Musa ditempatkan dalam keranjang ditepi sungai dan miryam ada disana untuk mengawasinya. Perbudakan yang dialami bangsa itu terus berlanjut dan tampaknya semakin parah. Sampai kepada Musa dewasa dan melihat sendiri bagaimana bangsanya diperbudak dan ditindas.Karena itulah, ada saat dimana Ia melarikan diri ke Midian, sebab membunuh seorang Mesir yang melakukan kekerasan terhadap bangsanya sendiri.

Orang Israel tidak tahan lagi menghadapi perlakuan kejam; kerja paksa yang merupakan tindakan pelucutan harkat dan martabat manusia serta pembunuhan bayi-bayi Ibrani sebagai penghapusan eksistensi manusia. Oleh karena itu kita dapat memahami bahwa dalam ayat 23-24 mereka mengeluh, mereka berseru meminta pertolongan kepada Allah. Dan Allah mendengar seruan bangsa itu. Allah mendengar keluh kesah mereka dan teringat akan perjanjianNya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. “Allah mengingat akan perjanjianNya” adalah ungkapan yang sering kita temui dan digunakan di dalam Alkitab untuk menyatakan Allah menepati janjiNya. Bukan saja sekedar mengingat perjanjianNya, tetapi inilah juga waktu yang Allah pilih untuk bertindak menggenapi janjiNya dan menyelamatkan bangsa itu.

Sebagai orang-orang percaya, pernakah kita merasa Tuhan sepertinya meninggalkan kita ? Bahwa tangisan dan seruan yang kita naikkan padanya hanya memantul di langit. Seakan-akan Tuhan tidak peduli akan segala keberadaan dan apa yang kita alami ? Jika Ya… maka bagian ini hendak mengingatkan kita, Tuhan tidak pernah melupakan kita. Ia mendengat semua seruan, tangisan dan rintihan yang di naikkan umat-Nya. Namun ingatlah bahwa, sudut pandang Tuhan di dalam rancangan dan kehendakNya sangat berbeda dengan sudut pandang kita manusia. Dia melihat gambaran besarnya dan mengetahui apa yang terbaik bagi kehidupan kita. Kini Allah bertindak menolong umatNya itu dengan memilih dan memanggil Musa menjadi alatNya untuk membawa pembebasan bagi orang Israel dari tanah perbudakan di Mesir, melalui peristiwa “semak duri berapi”. Perjumpaan Allah dengan Musa menunjukan tindakan pembebasan Israel dari tanah perbudakan merupakan inisiatif Allah sendiri. Dalam penggembalaannya dihari itu, Musa melihat semak yang terbakan namun tidak habis dimakan api, menandakan kehadiran Allah yang hendak berbicara kepadanya. Allah menyampaikan maksud dalam panggilanNya kepada Musa dan mengutus Musa kepada Firau untuk membebaskan bangsa Israel.

Namun kita melihat, beberapa kali Musa berusaha menolak dan mengelak dari panggilan Allah dengan sejumlah alasan atau dalih yang ia berikan.
- Siapakah aku ?
- Bagaimana jika orang Israel bertanya “siapakah yang mengutus engkau/tentang namaNya”?
- Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku ?
- Ah Tuhan, aku tidak pandai berbicara !
-  Tuhan utuslah kiranya siapa saja yang patut Kau utus.
Tetapi Allah tetap meneguhkan Musa dengan kuasa dan otoritasNya. Bahkan untuk lebih menyakinkan Musa, Allah memperkenalkan diriNya atau menyebutkan namaNya YAHWEH (TUHAN) kepada Musa. Kini Allah berbicara kepada Musa :
1.  Ia meyakini Musa bahwa hal itu harus dilakukan sekarang (ay.7-9)
2.  Allah memberinya tugas untuk bertindak memimpin bangsa itu dan menghadap Firaun.
3.  Allah menjawab semua keberatan Musa atas ketidaklayakan dirinya.
4. Allah memberikan kepada Musa perintah (Instruksi) lengkap tentang apa yang harus dikatakan kepada Firaun dan bangsa Israel.
5. Dan Allah menyatakan penyertaan-Nya bagi Musa

Penerapan
• Kadangkala waktu Allah memilih seseorang untuk melaksanakan amanatNya, ada saja alasan untuk menolak panggilan Allah, termasuk dalam pelayanan. Tetapi sesungguhnya, Allah hanya minta kita mendengarkan yang paling ingin Ia lakukan melalui diri kita. Sering kita menolak panggilan Allah untuk melayani Dia dalam pelayanan kepada sesama; panggilan Tuhan dalam persekutuan denganNya melalui setiap ibadah-ibadah baik Rayon, KSP & Unsur dengan berbagai alasan, tidak sempurna, tidak layak dihadapan Tuhan, penuh keterbatasan; Tetapi juga hal-hal yang kita lakukan yang sebenarnya menunjukan bahwa kita sedang mengabaikan panggilan dan pelayanan Tuhan – Majelis/badan pelayan datang terlambat, atau tidak ikut serta dalam pelayanan dan kegiatan gereja dengan alasan yang jelas atau guru sekolah minggu yang mengajar tanpa persiapan yang serius. Rasa bosan dan jenuh dengan segala pelayanan yang dilakukan dst……
Semua penolakan yang diberikan Musa, ini bukanlah sikap rendah hati melainkan rendah diri. Musa telah menerima panggilan Tuhan, tetapi ia tidak mempunyai keyakinan pada dirinya sendiri dan juga kepada Allah. Namun semua keterbatasan yang dirasakan olehNya, dijawab dalam jaminan penyertaanNya. Ketika Tuhan memanggil kita dan mengutus kita, marilah kita mau bersedia mengikuti panggilanNya, karena Ia yang akan memampukkan kita. Janganlah mengikat diri kita dengan kualifikasi atau syarat-syarat tertentu yang sebenarnya Tuhan tidak minta karena Ia mengenal kita. Seperti halnya Musa, kita memang tidak mampu namun penyertaan-Nyalah yang akan memampukan dan memberdayakan kita. Marilah kita mendengarkan yang paling ingin Ia lakukan melalui diri kita. Jangan keras kepala dan menilak serta mengelak panggilan-Nya dengan berbagai alasan.

• Allah peduli kepada umat-Nya, Ia melihat/memperhatikan kesengsaraan mereka; ia mendengar semua seruan yang mereka naikkan kepadaNya. Manusia tidak pernah lepas dari keadaan yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh diri kita sendiri atau orang lain, pergumalan serta kesukaran. Namun yang harus dilakukan adalah tidak berhenti pada keadaan buruk/tidak menyenangkan itu. Hari ini ketidakadilan terjadi, pelanggaran HAM, masalah sosial politik, masalah lingkungan hidup semuanya membuat kita begitu menderita, kita tertekan, kita menangis; melihat kejahatan yang terjadi dimana-mana,  seperti tidak ada lagi kasih antara sesama, masyarakat kecil semakin dibuat menderita oleh mereka yang memiliki kekuasaan, tindakan pelucutan harkat dan martabat, banyak kebijakan-kebijakan, keputusan-keputusan para petinggi yang seenaknya dan membuat masyarkat semakin menderita…
Rumitnya mendapatkan penghasilan tetap karena rusaknya norma administrasi dan sistem birokrasi yang memagari lapangan kerja dengan syarat yang terlalu sulit dijangkau. Keadaan ini menciptakan banyak pengangguran, kemiskinan dan ketergantungan. Golongan atas dan menengan dalam strata sosial mengambil alih pasar dan mengabaikan usaha golongan bawah yang konsumtif. Hasil bumi sebagai sumber pendapatan masyarakat di patok dengan standar harga yang murah meriah bahkan bisa ditawar hingga nilai terkecil. Disisi yang lain, golongan atas dan menengah cenderung mengisi bahan pokoknya di mini market, toko atau bahkan mendapatkan bahan baku dari luar daerah. Banyak uang ditimbun di bank, di brankas untuk menyambut peluang bisnis dan investasi yang lebih besar. Bahkan secara nyata terhamburkan di saat pehelatan pesta demokrasi Pilpres,Pileg, Pilkada maupun Pemilihan Kepala Kampung. Pilihan ini dianggap lebih baik ketimbang membeli jualan mama-mama Papua yang beralaskan karung dipinggir jalan.
Aparat pemerintah, aparat penegak hukum terus bersaing merebut posisi demi jahib yang lebih besar. Menggunakan cara yang baik hingga ancaman bahkan pembunuhan pun dilegalkan sendiri demi kepentingan. Politik kambing hitam, politik adu domba, politik provokasi menjadi acuan ternyaman untuk meraih tujuan. Ketidakpercayaan diri, ketidakpuasan berujung pungli, sogok dan korupsi. Dan berdampak pada pembuatan keputusan dan kebijakan yang pada akhirnya menjajah hak-hak hidup kaum latah seperti yang terjadi di atas tanah Papua. Legalitas tambang dan lahan perkebunana mengedepankan kepentingan penguasa dan membunuh pemilik ulayat warisan leluhur.
(Dikutip dari tulisan Facebook Pdt. Decky N.K Maker, S.Si Th – Ketua Klasis GKI Nabire)
Dengan semua ini, kita hanya dapat menaikan doa kepada Tuhan Allah : Tuhan sertai kami, Tuhan berkati kami, Tuhan lindungi kami. Kita tidak dapat melepaskan semua situasi ini dengan kekuatan kita sendiri, kita membutuhkan pertolongan Tuhan. Datang kepadaNya untuk memohonkan pertolongan dan keselamatan dari padaNya sehingga Ia dalam kuasa dan kehendakNya dapat menolong kita dari semua hal yang kita alami kini. Kita berdoa supaya pemulihan terjadi atas tanah ini, kita berdoa supaya kehidupan di dunia ini ada keseimbangan, kita berdoa bagi peradaban manusia agar kehidupan jauh lebih baik, terus berlanjut sesuai rencana Allah. Kita percaya bahwa Allah memperhatikan kesengsaraan umat-Nya, Allah mendengar setiap seruan-seruan dalam tiap doa yang kita panjatkan kepadaNya, dan kita mengimani bahwa dalam rancangan, kuasa dan kehendakNya, pertolongan Tuhan pasti dinyatakan. Amin

Share:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Khotbah & Renungan

Roma 12 : 1 - 8 "Persembahan Yang Benar"

 "Kesehatian Dalam Persembahan Tubuh & Karunia Pelayanan" Bacaan : Roma 12 : 1 - 8                                            ...

Postingan Terbaru