"Kesehatian Dalam Persembahan Tubuh & Karunia Pelayanan"
Bacaan : Roma 12 : 1 - 8
(Dokumentasi Setelah Ibadah Tahun Baru - GKI Pengharapan Sibena Permai)Pengantar
Jemaat yang di kasihi Tuhan Yesus Kristus, shalom…
Hari ini kita ada pada hari ke-47, minggu ke-7 bulan Februari Tahun 2025. Dan disepanjang Triwulan I (Januari – Maret) kita akan belajar dari Firman Tuhan, dengan tema Triwulan yaitu “Sehati Dalam Hikmat Allah Menyembah Bapa, Anak & Roh Kudus”.
Dan Firman Tuhan yang menjadi dasar dalam minggu ini dari Roma 12:1-8 memberi arah pengajaran untuk kita sehati dalam hal penyembahan kepada Allah dalam 3 aspek :
- Pertama, Persembahan tubuh
- Kedua, Ibadah yang dikehendaki Allah
- Ketiga yaitu Fungsi karunia dalam persekutuan
Sebab itu, Sinode GKI di Tanah Papua kemudian memberi tema bacaan ini : “Kesehatian Dalam Persembahan Tubuh & Karunia Pelayanan”. Keseluruhan kitab Roma khusunya pasal 12- 15 ini membahas tentang Kekristenan dalam praktek. Pasal-pasal sebelumnya 1 – 11; adalah bagian-bagian dari Surat yang isinya asas-asas dan persoalan-persoalan. Paulus telah menguraikan secara mendalam tentang bagaimana orang dapat menjadi benar dan tetap dalam kebenaran dihadapan Allah. Dan sekarang Ia menerangkan hidup beriman dalam keadaan sehari-hari dan untuk menekankan pada pembaca kewajiban untuk hidup secara Kristen.
Isi
Jemaat sekalian, hampir semua bentuk ibadah yang dilakukan mulai dari ibadah anak sekolah minggu, pemuda, kaum ibu, kaum bapak, lansia, ibadah hari minggu, ibadah keluarga dan lainnya melakukan pemberian persembahan sebagai korban syukur dan menjadi bagian dalam liturgi ibadah. Persembahan yang diberikan itu, dimaknai sebagai suatu bentuk penyataan iman dalam rasa syukur kepada Tuhan atas segala kasih dan berkat Tuhan yang dirasakan dalam hidup baik pribadi, keluarga dan persekutuan. Apa yang kita berikan hari ini sebagai persembahan bagi Tuhan ?
Kita memberi persembahan dalam bentuk uang untuk kemudian dipakai untuk menopang pekerjaan pelayanan/GerejaNya. Kita juga kenal hari ini dengan persembahan natura dalam ibadah kontekstual minggu ke-4.
Namun jika kita mendalami bagian Firman Tuhan disaat ini, yang berbicara tentang persembahan yang benar sesuai perikopnya, maka akan kita temui bahwa Paulus menekankan persembahan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah. Dalam ibadah PL dalam kurban bangsa Israel… tubuh binatang yang hidup dimatikan untuk dipersembahkan di Mezbah Allah sebagai korban persembahan. Dalam PB Kristus menjadi Anak Domba Allah yang dipersembahkan untuk keampunan dosa manusia. Sehingga konsep memberi persembahan kepada Tuhan hari ini, tidak lagi berupa menyembelih hewan/korban untuk korban penghapusan dosa/korban keselamatan. Tetapi sebagai bentuk respon Iman kita kepada Allah di dalam Kristus atas pengorbanannya dan karya keselamatannya yang kita terima.
Penekanan Paulus tentang mempersembahkan Tubuh yang dimaksudkan pada ayat 1, tidak terlepas dari makna kata mempersembahkan…. “parastesai” – menyerahkan hidup kita – segenap jiwa dan raga. Namun tidak hanya itu, apa yang kita persembahkan itu mesti kudus dan berkenan kepada Allah. Itulah ibadah yang sejati. Karena mempersembahkan tubuh atau hidup kita pada Tuhan sebagai ibadah itu berarti bentuk sebuah pengabdian diri. Mengabdikan seluruh hidup kepada Tuhan. Jadi sebenarnya, bagian ini mau memperluas pemahaman kita tentang persembahan,….tentang ibadah… yang tidak terbatas hanya dalam unsur liturgis, atau di dalam gedung gereja bahkan persekutuan. Ibadah yang sejati ialah mempersembahkan tubuh kita kepada Allah dan semua yang dikerjakan oleh tubuh itu setiap hari sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah dan berkenan kepadaNya.
Hidup beribadah seperti itu, lanjut Paulus menuntut perubahan hidup secara radikal. Ayat selanjutnya ayat 2, kita tidak boleh menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi sebaliknya harus berubahlah oleh pembaharuan budimu. Untuk menyatakan gagasan ini Paulus menggunakan istilah Yunani yang akan saya jelaskan secara sederhana bagi kita saat ini. Istilah yang dipakai Paulus yaitu schema yang artinya bentuk luar yang selalu berubah-ubah dari tahun ke tahun dan dari hari ke hari. Jadi seseorang tidak sama ketika ia berumur 17 tahun dengan ketika ia berumur 70 tahun; tidak sama ketika ia berpakaian untuk bekerja dan ketika ia berada di rumah. Schema itu terus menerus berubah. Oleh karena itu Pulus berkata, “Janganlah berusaha menyesuaikan kehidupanmu kepada kebiasaan-kebiasaan dunia; jangan menjadi bunglon yang warnanya berubah-ubah, menurut lingkungannya. Kita tidak boleh menggunakan ketentuan-ketentuan dunia ini sebagai pedoman utama kita untuk bertindak, atau menjadikan kesukaan dunia ini sebagai tujuan akhir. Tetapi perubahan itu haruslah dalam rana pembaharuan budi, pembaharuan pikiran. Sehingga kemudian, kita dapat membedakan mana kehendak Allah dan yang bukan kehendak Allah, apa yang baik dan yang tidak baik, dapat membedakan yang berkenan kepada Allah dan yang tidak berkenan kepada Allah; membedakan yang sempurna dan yang tidak sempurna.
Sehingga kecenderungan kita untuk terpengaruh, terbawa arus dengan semua yang ada dan ditawarkan oleh dunia dapat kita batasi karena apa ? Karena kita tahu batasan kita sebagai orang-orang percaya. Kita tahu ini yang Allah kehendaki dan ini yang tidak boleh kita lakukan dalam hidup kita karena tidak dikehendaki Allah.
Sehingga bagian ini memungkinan Jemaat di Roma tetapi juga orang-orang percaya untuk mempersembahkan tubuh mereka, bukan untuk berbuat dosa sebagai alat kejahatan, tetapi kepada Allah sebagai korban yang hidup dan untuk menggunan pikiran yang tidak berpusat pada daging, tetapi pada Roh, untuk dapat membedakan perbuatan-perbuatan seperti apa yang menyenangkan Allah.
Dengan demikian, maka ini akan terlihat atau nampak dalam kehidupan orang-orang percaya yang di gambarkan Paulus dengan tubuh manusia, yang meskipun banyak anggota tetapi satu tubuh dalam Kristus. Dan sama seperti banyak anggota dengan berbagai fungsinya yang berbeda, demikian karunia-karunia yang berlainan dianugerahkan Tuhan, yang meskipun berbeda-beda namun semuanya itu berguna untuk pelayanan bagi Tuhan.
Disebutkan tujuh jenis karunia, yang bekerja dengan saling membantu dalam fungsinya di tengah persekutuan. Karunia bernubuat dalam artian sebenarnya mengarah kepada (berkhotbah/memberitakan Firman); karunia melayani, mengajar, menasehati; membagi-bagikan sesuatu; memimpin dan juga menunjukan belas kasihan. Tubuh yang telah dipersembahkan kepada Tuhan; hidup kita yang kita persembahkan harus benar-benar secara totalitas. Selain dari pembaharuan pola pikir kita, menjaga batasan hidup kita dari segala rupa dunia, dengan melakukan kehendak-kehendak Allah tetapi juga memanfaatkan segala potensi atau karunia yang Tuhan berikan untuk pekerjaanNya, bagi pelayananNya dan bagi Kemuliaan NamaNya.
Penerapan
Sehingga persekutuan, Firman Tuhan hari ini mengajarkan kita semua saya calon pelayan, bapak/ibu majelis/ bapak/ibu. sdar.i jemaat Tuhan :
1. Mari merenungkan kembali persembahan apa yang kita bri pada Tuhan ? Apakah persembahan-persembahan kita berkenan dan menyukakan hati Tuhan sebagai sebuah ibadah yang sejati ?
Kita ingat bacaan Firman Tuhan di tanggal 19 Januari 2025 – Dari Kitab Mazmur 150:1-23. Tuhan Allah bilang….. semua yang Israel persembahkan adalah milik kepunyaanNya; lembu, kambing jantan, segala binatang hutan dan yang bergerak dipadang.
- Yang mengingatkan umat Allah bahwa ibadah tidak hanya tentang ritual korban, tetapi tentang ketaatan dan hati yang bersyukur.
- Menegur kemunafikan orang-orang Israel yang menjalankan ibadah secara lahiriah tetapi tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah.
- Mengajarkan bahwa Allah menghendaki hubungan yang sejati dengan umat-Nya, bukan sekadar formalitas agama.
Sebab itu mari kita menyadari bahwa, hidup kita yang kita persembahkan kepada Tuhan jauh lebih berarti daripada persembahan yang kita bawa dan berikan kepada Tuhan. Jadi jang bilang – sa tra datang ibadah jadi ss titip persembahan, atau ss tra datang ke ibadah karena trada persembahan. Hidup dan diri kita inilah persembahan bagi Tuhan.
Apa yang kita berikan bagi Tuhan dari segala kelebihan dan kekurangan kita, dipersembahakan sebagai respon iman kita atas semua yang Allah kasih untuk kita nikmati hari ini sebagai wujud syukur dan menyukakan hati Tuhan; dalam konteks ibadah secarah liturgis. Namun persembahan tubuh yang kita persembahkan kepada Tuhan, hidup kita dalam kekudusan itu berkenan dihadapan Allah sebagai ibadah kita kepadaNya. Sebab tadi… pengertian ibadah latreuin itu berarti pengabdian diri kepada Tuhan. Dalam upaya inilah kemudian kita mau untuk konsep pemikiran kita diubahakan sesuai Firman Tuhan, kita mau untuk hidup sesuai dengan apa yang berkenan bagi Tuhan.
2. Karena hari ini banyak kita, lebih suka dan memilih untuk hidup serupa dengan dunia ini.
Kita mengikuti segala perubahan zaman, menyesuaikan diri kita lalu tanpa kita sadari, pembedaan itu sudah tidak ada. Waktu saya kuliah di jayapura, disitu selain STT I.S Kijne ada beberapa kampus yang dekat, ada Uncen, ada USTJ tapi dari semua mahasiswa/i itu, bisa dibedakan yang mana mahasiswa STT. Dari apa ? Cara mereka berpakaian. Analogi ini kemudian menghantarkan kita untuk melihat, seharusnya dari semua manusia yang hidup di dunia hari ini, kita bisa bedakan yang mana anak-anak Tuhan, yang mana orang-orang percaya.
Namun kenyataannya adalah, kita sudah menjadi serupa dengan dunia; kita menjadikan standar dan ukuran dunia untuk hidup kita hari ini dan bukan Firman Tuhan.
- Ada masalah sedikit, bukan berdoa, minta pelayanan dan pendampingan dari hamba Tuhan tetapi mabuk-mabukan.
- Masalah Rumah Tangga bukan diselesaikan sebagai keluarga Kristen tetapi pergi cari pelampiasan lain.
- Ada persoalan yang dialami sesama kita dalam persekutuan, bukan saling menguatkan dan saling mendukung tetapi jadikan itu sebagai bahan cerita.
- Persoalan ekonomi, keinginan memiliki lebih membuat kita mencuri, korupsi, mengambil apa yang menjadi hak milik orang lain dan bukannya bersyukur.
- dst…. cara-cara yang dunia tawarkan, yang instan, cepat, menyenangkan, nikmat dan menguntukan inilah yang hari ini kita jalani.
Kita memang tidak bisa menghidari itu semua, selama kita masih hidup di dunia ini. Namun ingatlah bahwa dunia dan semaraknya begitu hebat hari ini, namun konsekuensi membawa kita kepada penghakiman di hadapan Tuhan.
3. Sebab itu, bagian terakhir dari Firman Tuhan hari ini.
Selagi Tuhan memberikan bagi kita kesempatan untuk hidup dan berkarya di tengah dunia ini, dengan segala yang kita punya, bahkan karunia yang Tuhan anugerahkan…apapun itu kita pakai untuk kemuliaan namaNya. Untuk memimpin kh, untuk melayani kha…. untuk menyanyi, bermain musik, mengajar dst…. jang baku iri karena kemampuan yang lain lebih dari pada kita, setiap orang Tuhan bri karunia. Apapun itu semua berguna dalam pelayanan.
Dengan demikian, kita berupaya untuk terus mempersembahkan segala apa yang kita miliki serta hidup kita…. semuanya bagi Tuhan. Amin
Semoga Menjadi Berkat.
Tuhan Yesus Memberkati :)