Blog ini berisi Khotbah dan Renungan Kristen yang dapat menolong saudara-saudara dalam mempersiapkan diri saat memimpin ibadah persekutuan. Baik ibadah jemaat maupun unsur-unsur PKB, PW, PAM dan PAR. Bahan ini semoga dapat menolong dan menjadi referensi bagi saudara-saudara. Tuhan Yesus memberkati kita semua....

Renungan Dan Khotbah

  • Kumpulan Khotbah Dan Renungan

    Blog ini menolong kalian sobat Inspirasi Kristen Dalam Mempersiapkan Bahan Khotbah dan juga Renungan serta berbagai Kreatifitas dan Games menarik yang dapat dipakai dalam setiap pelayanan

Setiakah Kita Menanti Janji Tuhan ? - Kejadian 16:1-16

 

HAGAR DAN ISMAEL

Bahan Bacaan : Kejadian 16:1-16

 

                              "Tema : Setiakah Kita Akan Menanti Janji Tuhan" ?


Pengantar
Sebuah pertanyaan mengawali perenungan di saat ini.
Pernakah kita menantikan sesuatu yang menjadi harapan dan kerinduan kita ? Apa yang kita lakukan dalam masa-masa penanti itu ?
Di minggu yang lalu kita merenungkan tentang Abram yang dipanggil Allah dan diberikan janji berkat Kejadian 12 khususnya ayat 2 & 3. Berkat bagi Abram yaitu, pertama : Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar; kedua :  Memberkati engkau serta membuat nama mu masyhur; ketiga : Dan engkau akan menjadi berkat.

Isi

Dan pembecaan kita disaat ini, juga berkaitan dengan janji Allah kepada Abram yaitu tentang keturunan. Janji tentang keturunan bagi Abram direncanakan Allah. begitu pula untuk waktu dan masanya juga ada di dalam kendali  Allah. Karena itulah untuk menantikan akan janjiTuhan ini, komitmen untuk tetap taat dan setia sangat diperlukan. Bukan saja bagi Abram, tapi juga bagi isterinya sarai. Namun kita melihat sebuah hal yang berbeda disini. Saat Sarai merasa sudah tua usianya dan tidak mungkin melahirkan anak, ia tidak punya harapan lagi mengenai kegenapan janji Allah kepada Abram tentang keturunan.


Rasa frustasi ini kemudian menghasilkan sebuah tindakan tanpa bertanya pada Tuhan, sebuah tindakan berdasarkan pemikirannya sendiri, sesuai dengan kondisi dan keadaan yang ia alami. Sebuah tindakan yang menurut Sarai,  inilah solusi yang dapat daua lakukan, inilah jalan yang dapat saya ambil untuk persoalan di dalma rumah tangga saya. Tanpa bertanya pada TUHAN, sarai menyarankan Abram suaminya untuk pergi menghampiri hambanya Hagar untuk memiliki anak darinya.
 
Bagi bangsa Israel, keturunan/anak adalah bagian penting dari rumah tangga. Anak-anak diperlukan untuk melestarikan rumah tangga. Dalam konteks Patriakhat “Tujuan memiliki isteri adalah untuk memiliki anak laki-laki yang kemudian sebagai penerus, yang meneruskan kelanjutan kekuasaan. Dna kalau bicara tentang pentingnya keturunan/anak dalam kehidupan bangsa Israel. Kita melihat bukan saja kisah Sarai dan Hagar, tetapi juga kita ingat tentang bagaimana kisa dar Hana dan Penina. Hana yang selalu disakiti hatinya oleh Penina membuat pergumulan tentang seorang anak ini, selalu ia baawa kepada TUHAN dengan penuh air mata. Karena itu kita melihat persoalan untuk memiliki keturunan ini, bukanlah sebuah hal/perkara yang mudah bagi seorang perempuan yang hidup pada masa itu. Dan saya kira, bukan terjadi bukan terjadi pada konteks Israel saja, tetapi juga terjadi pada kita hari ini. Bagaimana seorang Istri/menantu perempuan dalam sebuah keluarga tidak bisa memiliki seorang anak. Ia akan merasa tekanan-tekakan dari keluarga-keluarga khususnya keluarga dari pihak suaminya, mertuanya, atau bahkan juga suaminya sendiri.
 
Sehingga ini menjadi sebuah beban, menjadi hal yang terus menerus terbawa dalam pikiran dan batin Sarai sehingga dia mengambil tindakan dan jalan keluar yang menurutnya benar. Dan jika kita melihat kelanjutan dari tindakan Sarai mendatangkan penderitaan baginya sendiri. Karena ia merasa tidak dihargai dan dihormati Hagar settelah Hagar mengandung. Sarai merasa Hagar telah menggeser posisinya. Akhirnya singkat cerita, Sarai mengadukan peristiwa ini kepada Abra, Hagar ditindas sehingga melarikan diri, tetapi dalam pelariannya itu Malaikat TUHAN menampakan diri kepada Abram, memberitahukan 3 berkat bagi keturunan Abram dari Hagar sera memberinya nama. Inilah yang kemudian menjadi kekuatan bagi Hagar untuk kembali ke rumah tuannya.
Pengalaman perjumpaan Hagar membuat Ia memanggil nama Tuhan dengan sebutan El-Roi yang berarti “Bukankah disini kulihat Dia yang melihat aku?” dan orang menyebut tempat itu dengan nama Lahai-Roi.

 
Penerapan

1. Penantian akan janji Tuhan dalam kehidupan kita.
Menanti bukanlah kegiatan yang menyenangkan bagi kebanyakan orang. Ketika seseorang menanti, ia menghadapi ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi. Apalagi kalau masa penantian itu begitu lama. Tidaklah mengherankan jika ada orang yang akhirnya menyerah dan mengambil jalan pintas. Ketidaktaatan Sarai menantikan penggenapan janji Allah membuat Dia bertindak menurut kehendakNya.
2. Allah memperhatikan segala keberadaan hidup kita.
Pengalaman dan pengakuan Hagar ini yang seirngkali kita lupakan. Dimanapun kita ada, Tuhan melihat kita dalam pelarian-pelarian kita sebab persoalan hidup yang kita berat. Bagaimana anak itu diberi berkat tetapi juga nama menunjukan bahwa Tuhan tidak pernah membiakan umatnya sendiri. Ia selalu ada, memimpin kita kepada apa yang seharusnya kita buat dan menolong kita untuk bertindak kepada sesuatu yang benar yang mendatangkan berkat atas kehidupan kita. Amin

 Semoga khotbah ini menjadi berkat... :)

Share:

Hikmat Allah Dan Hikmat Manusia - I Kor. 1:18-31; 2:1-5

 

HIKMAT ALLAH DAN HIKMAT MANUSIA

Bahan Bacaan : 1 Korintus 1:18-31 2:1-5

Tema : "Yesus Kristus Hikmat Allah, Membenarkan, Menguduskan & Menebus Manusia".

Pengantar

Bapak/Ibu Jemaat Tuhan Syalom…
Surat Pertama Korintus merupakan salah satu surat yang ditulis oleh dan ditujukan kepada jemaat di Korintus, sebuah kota di Yunani yang pada waktu itu merupakan salah satu kota perdagangan terbesar di dunia sebab kota itu adalah kota pelabuhan. Sebagai seorang Rasul, Paulus melakukan perjalanan ke berbagai kota untuk memberitakan Injil dan mendirikan jemaat-jemaat baru. Korintus adalah salah satu kota yang dia kunjungi dalam perjalanannya dalam keadaan di mana jemaat di Korintus sedang mengalami berbagai permasalahan internal yang mempengaruhi kehidupan rohani mereka. Hal-hal seperti perpecahan dalam jemaat, perselisihan atas ajaran-ajaran Kristen, dan sifat-sifat duniawi yang telah merasuki jemaat menjadi masalah yang dihadapi oleh Paulus. Oleh karena itu, Paulus menuliskan surat ini untuk memberikan nasihat, teguran, dan pengajaran kepada jemaat di Korintus agar mereka bisa memperbaiki keadaan mereka dan hidup sesuai dengan ajaran Kristus.

Isi
 
Kata sambung “sebab” di awal ayat 18 mengindikasikan bahwa ayat 18-25 memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan bagian sebelumnya. Bagian ini merupakan penjelasan terhadap apa yang sudah disinggung di ayat 10-17. Secara khusus, bagian ini menjelaskan ayat 17b “itupun bukan dengan hikmat perkataan supaya salib Kristus tidak dikosongkan kuasanya”. Surat I Korintus 1:18-31;2:1-5 menunjukkan kepada kita hikmat dan kekuatan Allah yang terwujud dalam diri Yesus Kristus. Ayat-ayat ini menggambarkan betapa kuatnya kekuatan salib Kristus dalam mengubah dan menyelamatkan manusia. Dan itulah mengapa kemudian Sinode GKI di Tanah Papua memilih bagian ini untuk menghatarkan kita memasuki masa raya sengsara yang sedianya dimulai pada minggu depan. Mengajak kita untuk melihat dan memandang kepada Salib Kristus
Cukup menarik jika kita membaca keseluruhan perikop ini, tentang penjelasan Paulus mengenai Salib dan juga mereka yang menganggap Salib sebagai kebodohan karena hikmat yang mereka miliki. Paulus memiliki suatu uraian argumentasi yang sangat indah dalam menjawab pertayaan orang Yahudi dan Yunani tentang makna Salib itu. Bagi mereka yang ada dalam kelompok orang-orang Yahudi kita tahu bahwa bukan saja terjadi pada zaman Paulus tetapi ini seringkali terjadi pada masa ketika Yesus masih di dalam dunia dan melakukan pelayananNya. Mereka selalu datang kepada Yesus dan memintanya memberi tanda untuk mencobai Dia bahkan juga meminta tanda bahwa benar dialah Mesias. (Mrk. 8:11; Luk. 11:16; Yoh. 6:30),  Karena Mesias yang mereka harapkan adalah seorang pemimpin yang perkasa, yang diurapi, yang dapat memimpin dan membebaskan mereka dari belenggu penjajahan romawi pada saat itu. Menurut mereka, kematian Yesus di kayu salib menunjukkan bahwa Dia tidak mampu menyelamatkan diri-Nya sendiri, apalagi mau menyelamatkan bangsa Yahudi. Karena itu ketika Allah menyatakan karyaNya melalui seorang Yahudi yang tersalib tentu bagi mereka ini adalah suatu kebodohan.
Di sisi lain, orang-orang Yunani yang menyukai “hikmat” (bdk. Kis. 17:21) melihat berita salib sebagai kebodohan. Sebagian dari mereka mungkin mempercayai konsep seorang dewa yang menjadi manusia (walaupun sebagian dari mereka – terutama di kalangan filsuf – menganggap hal ini sebagai mitos), namun konsep yang mereka pegang berbeda dengan inkarnasi Yesus. Dewa yang menjadi manusia tidak mungkin mengalami kematian. Di samping itu, kematian di atas kayu salib hanya dikhususkan bagi para penjahat yang biadab. Bagaimana bisa Allah menjadi manusia, mati dan dengan cara disalib? Semua ini jelas sulit diterima oleh orang Yunani.

Penerapan

Rasul Paulus Paulus menyadari bahwa konsep keselamatan melalui salib merupakan hal yang sulit diterima oleh orangorang pada jamannya, baik orang Yahudi maupun Yunani. sehingga menganggap itu sebagai suatu kebodohan. Karena itulah karena hikmat yang mereka miliki yang disebutkan Paulus sebagai hikmat manusia telah membuat mereka tidak dapat mengenal Allah (ay.21). Tetapi bagi mereka yang percaya Kristus adalah Hikmat Allah dan Kekuatan Allah. Hikmat Allah bukan hanya sekedar pengetahuanNya yang sempurna, melainkan juga termasuk rencanaNya yang sempurna bagi manusia, pimpinanNya bagi sejarah manusia dalam karya keselamatanNya di dalam Yesus Kristus. Amin

Share:

Kemerdekaan Dalam Kristus - Galatia 5:1-15

KEMERDEKAAN KRISTUS

Bahan Bacaan : Galatia 5:1-15

Tema : "Kemerdekaan Dalam Kristus"


Syalom
Keluarga yang diberkati Tuhan....
Berbicara tentang kemerdekaan berarti tidak terlepas dari hal kelepasan (terlepas dari segala tekanan), ketenangan, kedamaian, sukacita, serta kesejahteraan. Tentu kita tahu bahwa sebuah bangsa atau seseorang yang masih dalam penjajahan selalu menjalani hidup dengan banyak tekanan dari berbagai pihak. Oleh sebabnya kemerdekaan menjadi cita,-cita yang harus diwujudkan sebagai bentuk untuk mendapatkan kebebasan.
 
Sebelum kita melihat bacaan ini, perlu terlebih dahulu kita melihat pasal sebelumnya dimana Paulus memperingatkan orang-orang Galatia supaya mewaspadai guru-guru yang masih berpegang pada ajaran agama Yahudi, yang membawa mereka kembali kepada perhambaan hukum Taurat. Beberapa anggota jemaat di Galatia rupa-rupanya telah mengganti iman mereka dengan iman kepada upacara-upacara legalistik dari hukum Taurat. Paulus mengatakan bahwa mereka sudah berada diluar kasih karunia. Hidup di luar kasih karunia berarti terasing dari Kristus dan meninggalkan prinsip karunia Allah yang membawa hidup dan keselamatan (Galatia 5:4). Oleh karena itu Paulus menginginkan supaya mereka berdiri teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan, karena supaya kita sungguh-sungguh merdeka, sebab Kristus telah memerdekakan kita.
Kita tahu bahwa Alkitab mengajarkan bahwa seseorang diselamatkan oleh iman, iman yang hidup kepada Juruselamat, iman yang mau menyatakan diri di dalam perbuatan kasih, iman yang sungguh-sungguh mengasihi dan mentaati Kristus. Iman kepada Kristus yang menyelamatkan dan keselamatan itulah yang memerdekakan kita.

Menyadari dengan sungguh bahwa kita telah dimerdekakan oleh Kristus, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Pergaulan dengan Firman Tuhan artinya kita tahu bahwa Firman Tuhan adalah senjata yang mampu menembus apa saja yang ada di depan setiap langkah orang percaya, karena itu sangat perlu setiap orang percaya bergaul dekat dengan Firman Tuhan. Bergaul dengan Firman Tuhan, bukan hanya sekedar mendengar, membaca dan merenungkan saja, melainkan menghidupkan seluruh Firman Tuhan dalam seluruh hidup kita.
2. Iman yang teguh kepada Kristus. Iman adalah dasar dan bukti yang memberikan harapan kepada setiap orang, bukti dari jawaban doa-doa yang selalu dinaikan kepada Tuhan (Ibrani 11:1) bahkan iman juga senjata atau perlengkapan rohani yang sangat berguna bagi setiap orang yang telah mengalami kemerdekaan. Sebuah keyakinan tentang jaminan kelepasan yang diberikan Kristus bagi setiap orang yang percaya.

Keluarga yang diberkati Tuhan, perlu kita memaknai karya keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus yang telah memerdekakan kita dari dosa. Untuk itu kita yang telah mengalami kemerdekaan di dalam Kristus, dituntut untuk hidup sesuai Injil kebenaran Allah dan juga berpegang serta beriman teguh di dalam Tuhan, agar kita tidak lagi menjadi budak dosa, melainkan sungguh-sungguh dimerdekakan Allah. Amin

Semoga Renungan Ini Menjadi Berkat Bagi Kita Semua :)
Share:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Daftar Khotbah & Renungan

Roma 12 : 1 - 8 "Persembahan Yang Benar"

 "Kesehatian Dalam Persembahan Tubuh & Karunia Pelayanan" Bacaan : Roma 12 : 1 - 8                                            ...

Postingan Terbaru