Jemaat yang diberkati oleh Tuhan....
Alkitab memberi kesaksian bahwa relasi antara Israel dan Mesir pada awalnya berjalan baik. Hal ini dimulai ketika terjadi bencana kelaparan hebat yang melanda seluruh dunia dan mengharuskan Yakub dan anak-anaknya (saudara-saudara Yusuf) berimigrasi ke Mesir (Kej. 41:56-57; 46:1-47:4). Atas perintah Firaun mereka diperbolehkan untuk tinggal menetap di wilayah terbaik di Mesir, yaitu tanah Gosyen. Lama sesudah itu, penguasa di Mesir pun berganti dengan seorang raja baru yang tidak mengenal Yusuf. Relasi awal yang tadinya baik antara Israel dan Mesir berubah.
Raja Mesir yang baru itu tidak merasa nyaman dan takut dengan banyaknya populasi orang Israel di Mesir dan kuatir kalau suatu saat bangsa Israel akan bersekutu dengan musuh untuk menyerang Mesir. Sebelum kelahiran Musa, raja Mesir memperbudak orang-orang Israel secara brutal mereka ditindas secara kejam dengan kerja paksa/kerja rodi (Kel. 1:11-14), bahkan hal itu terus berlanjut sampai saat Musa lahir, ketika Firaun memberi perintah agar membunuh setiap bayi laki-laki orang Ibrani/Israel (Kel. 1:15-22). Itulah mengapa kemudian Musa ditempatkan dalam keranjang ditepi sungai dan miryam ada disana untuk mengawasinya. Perbudakan yang dialami bangsa itu terus berlanjut dan tampaknya semakin parah. Sampai kepada Musa dewasa dan melihat sendiri bagaimana bangsanya diperbudak dan ditindas.Karena itulah, ada saat dimana Ia melarikan diri ke Midian, sebab membunuh seorang Mesir yang melakukan kekerasan terhadap bangsanya sendiri.
Orang Israel tidak tahan lagi menghadapi perlakuan kejam; kerja paksa yang merupakan tindakan pelucutan harkat dan martabat manusia serta pembunuhan bayi-bayi Ibrani sebagai penghapusan eksistensi manusia. Oleh karena itu kita dapat memahami bahwa dalam ayat 23-24 mereka mengeluh, mereka berseru meminta pertolongan kepada Allah. Dan Allah mendengar seruan bangsa itu. Allah mendengar keluh kesah mereka dan teringat akan perjanjianNya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. “Allah mengingat akan perjanjianNya” adalah ungkapan yang sering kita temui dan digunakan di dalam Alkitab untuk menyatakan Allah menepati janjiNya. Bukan saja sekedar mengingat perjanjianNya, tetapi inilah juga waktu yang Allah pilih untuk bertindak menggenapi janjiNya dan menyelamatkan bangsa itu.
Sebagai orang-orang percaya, pernakah kita merasa Tuhan sepertinya meninggalkan kita ? Bahwa tangisan dan seruan yang kita naikkan padanya hanya memantul di langit. Seakan-akan Tuhan tidak peduli akan segala keberadaan dan apa yang kita alami ? Jika Ya… maka bagian ini hendak mengingatkan kita, Tuhan tidak pernah melupakan kita. Ia mendengat semua seruan, tangisan dan rintihan yang di naikkan umat-Nya. Namun ingatlah bahwa, sudut pandang Tuhan di dalam rancangan dan kehendakNya sangat berbeda dengan sudut pandang kita manusia. Dia melihat gambaran besarnya dan mengetahui apa yang terbaik bagi kehidupan kita. Kini Allah bertindak menolong umatNya itu dengan memilih dan memanggil Musa menjadi alatNya untuk membawa pembebasan bagi orang Israel dari tanah perbudakan di Mesir, melalui peristiwa “semak duri berapi”. Perjumpaan Allah dengan Musa menunjukan tindakan pembebasan Israel dari tanah perbudakan merupakan inisiatif Allah sendiri. Dalam penggembalaannya dihari itu, Musa melihat semak yang terbakan namun tidak habis dimakan api, menandakan kehadiran Allah yang hendak berbicara kepadanya. Allah menyampaikan maksud dalam panggilanNya kepada Musa dan mengutus Musa kepada Firau untuk membebaskan bangsa Israel.
Namun kita melihat, beberapa kali Musa berusaha menolak dan mengelak dari panggilan Allah dengan sejumlah alasan atau dalih yang ia berikan.
- Siapakah aku ?
- Bagaimana jika orang Israel bertanya “siapakah yang mengutus engkau/tentang namaNya”?
- Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku ?
- Ah Tuhan, aku tidak pandai berbicara !
- Tuhan utuslah kiranya siapa saja yang patut Kau utus.
Tetapi Allah tetap meneguhkan Musa dengan kuasa dan otoritasNya. Bahkan untuk lebih menyakinkan Musa, Allah memperkenalkan diriNya atau menyebutkan namaNya YAHWEH (TUHAN) kepada Musa. Kini Allah berbicara kepada Musa :
1. Ia meyakini Musa bahwa hal itu harus dilakukan sekarang (ay.7-9)
2. Allah memberinya tugas untuk bertindak memimpin bangsa itu dan menghadap Firaun.
3. Allah menjawab semua keberatan Musa atas ketidaklayakan dirinya.
4. Allah memberikan kepada Musa perintah (Instruksi) lengkap tentang apa yang harus dikatakan kepada Firaun dan bangsa Israel.
5. Dan Allah menyatakan penyertaan-Nya bagi Musa
Penerapan
• Kadangkala waktu Allah memilih seseorang untuk melaksanakan amanatNya, ada saja alasan untuk menolak panggilan Allah, termasuk dalam pelayanan. Tetapi sesungguhnya, Allah hanya minta kita mendengarkan yang paling ingin Ia lakukan melalui diri kita. Sering kita menolak panggilan Allah untuk melayani Dia dalam pelayanan kepada sesama; panggilan Tuhan dalam persekutuan denganNya melalui setiap ibadah-ibadah baik Rayon, KSP & Unsur dengan berbagai alasan, tidak sempurna, tidak layak dihadapan Tuhan, penuh keterbatasan; Tetapi juga hal-hal yang kita lakukan yang sebenarnya menunjukan bahwa kita sedang mengabaikan panggilan dan pelayanan Tuhan – Majelis/badan pelayan datang terlambat, atau tidak ikut serta dalam pelayanan dan kegiatan gereja dengan alasan yang jelas atau guru sekolah minggu yang mengajar tanpa persiapan yang serius. Rasa bosan dan jenuh dengan segala pelayanan yang dilakukan dst……
Semua penolakan yang diberikan Musa, ini bukanlah sikap rendah hati melainkan rendah diri. Musa telah menerima panggilan Tuhan, tetapi ia tidak mempunyai keyakinan pada dirinya sendiri dan juga kepada Allah. Namun semua keterbatasan yang dirasakan olehNya, dijawab dalam jaminan penyertaanNya. Ketika Tuhan memanggil kita dan mengutus kita, marilah kita mau bersedia mengikuti panggilanNya, karena Ia yang akan memampukkan kita. Janganlah mengikat diri kita dengan kualifikasi atau syarat-syarat tertentu yang sebenarnya Tuhan tidak minta karena Ia mengenal kita. Seperti halnya Musa, kita memang tidak mampu namun penyertaan-Nyalah yang akan memampukan dan memberdayakan kita. Marilah kita mendengarkan yang paling ingin Ia lakukan melalui diri kita. Jangan keras kepala dan menilak serta mengelak panggilan-Nya dengan berbagai alasan.
• Allah peduli kepada umat-Nya, Ia melihat/memperhatikan kesengsaraan mereka; ia mendengar semua seruan yang mereka naikkan kepadaNya. Manusia tidak pernah lepas dari keadaan yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh diri kita sendiri atau orang lain, pergumalan serta kesukaran. Namun yang harus dilakukan adalah tidak berhenti pada keadaan buruk/tidak menyenangkan itu. Hari ini ketidakadilan terjadi, pelanggaran HAM, masalah sosial politik, masalah lingkungan hidup semuanya membuat kita begitu menderita, kita tertekan, kita menangis; melihat kejahatan yang terjadi dimana-mana, seperti tidak ada lagi kasih antara sesama, masyarakat kecil semakin dibuat menderita oleh mereka yang memiliki kekuasaan, tindakan pelucutan harkat dan martabat, banyak kebijakan-kebijakan, keputusan-keputusan para petinggi yang seenaknya dan membuat masyarkat semakin menderita…
Rumitnya mendapatkan penghasilan tetap karena rusaknya norma administrasi dan sistem birokrasi yang memagari lapangan kerja dengan syarat yang terlalu sulit dijangkau. Keadaan ini menciptakan banyak pengangguran, kemiskinan dan ketergantungan. Golongan atas dan menengan dalam strata sosial mengambil alih pasar dan mengabaikan usaha golongan bawah yang konsumtif. Hasil bumi sebagai sumber pendapatan masyarakat di patok dengan standar harga yang murah meriah bahkan bisa ditawar hingga nilai terkecil. Disisi yang lain, golongan atas dan menengah cenderung mengisi bahan pokoknya di mini market, toko atau bahkan mendapatkan bahan baku dari luar daerah. Banyak uang ditimbun di bank, di brankas untuk menyambut peluang bisnis dan investasi yang lebih besar. Bahkan secara nyata terhamburkan di saat pehelatan pesta demokrasi Pilpres,Pileg, Pilkada maupun Pemilihan Kepala Kampung. Pilihan ini dianggap lebih baik ketimbang membeli jualan mama-mama Papua yang beralaskan karung dipinggir jalan.
Aparat pemerintah, aparat penegak hukum terus bersaing merebut posisi demi jahib yang lebih besar. Menggunakan cara yang baik hingga ancaman bahkan pembunuhan pun dilegalkan sendiri demi kepentingan. Politik kambing hitam, politik adu domba, politik provokasi menjadi acuan ternyaman untuk meraih tujuan. Ketidakpercayaan diri, ketidakpuasan berujung pungli, sogok dan korupsi. Dan berdampak pada pembuatan keputusan dan kebijakan yang pada akhirnya menjajah hak-hak hidup kaum latah seperti yang terjadi di atas tanah Papua. Legalitas tambang dan lahan perkebunana mengedepankan kepentingan penguasa dan membunuh pemilik ulayat warisan leluhur. (Dikutip dari tulisan Facebook Pdt. Decky N.K Maker, S.Si Th – Ketua Klasis GKI Nabire)
Dengan semua ini, kita hanya dapat menaikan doa kepada Tuhan Allah : Tuhan sertai kami, Tuhan berkati kami, Tuhan lindungi kami. Kita tidak dapat melepaskan semua situasi ini dengan kekuatan kita sendiri, kita membutuhkan pertolongan Tuhan. Datang kepadaNya untuk memohonkan pertolongan dan keselamatan dari padaNya sehingga Ia dalam kuasa dan kehendakNya dapat menolong kita dari semua hal yang kita alami kini. Kita berdoa supaya pemulihan terjadi atas tanah ini, kita berdoa supaya kehidupan di dunia ini ada keseimbangan, kita berdoa bagi peradaban manusia agar kehidupan jauh lebih baik, terus berlanjut sesuai rencana Allah. Kita percaya bahwa Allah memperhatikan kesengsaraan umat-Nya, Allah mendengar setiap seruan-seruan dalam tiap doa yang kita panjatkan kepadaNya, dan kita mengimani bahwa dalam rancangan, kuasa dan kehendakNya, pertolongan Tuhan pasti dinyatakan. Amin
Amin.
BalasHapusDia Allah yang peduli terhadap setiap seruan dan penderitaan umat-Nya.
Terima Kasih, Tuhan memberkati. 🙏😇
Diberkati selalu kaka :)
HapusTerima kasih banyak untuk komentarnya...